PELAJAR NAIK GUNUNG : Cara Bertahan Dari Gangguan Cuaca Saat Mendaki


@snowlife-elisa

Naik gunung tidak hanya dilakukan oleh para pecinta Gunung, anak-anak Sekolah tingkat Menengah Atas juga melakukan aktivitas naik gunung. Aktivitas ini cukup mengasyikkan  dan dapat mengisi waktu luang. Aktivitas ini dilakukan para pelajar sekedar memuaskan hobi mereka dan menambahkan pengalaman.
Mendaki gunung memang memberikan manfaat tapi juga berisiko cukup besar, maka kita harus mempersiapkan semuanya dengan benar. Kadang untuk mendapatkan izin orangtua pun tidak mudah. Seperti Ardin dan Risna, awalnya mereka juga tidak diizinkan, namun mereka dapat membuktikan bahwa mereka sanggup dan membuat orangtua yakin.
Biaya untuk naik gunung sebenarnya tidak sedikit, tinggal bagaimana kita bisa meminimalisirnya atau tidak. “Mahal nggaknya sih dari peralatan tergantung kita dalam memilih, kalau memang mau hemat bisa pinjam teman. Kalau beli, ya tergantung dari merk dan kualitas. Karena kegiatan ini menyangkut kenyamanan dan keamanan, kita pasti memilih yang kualitasnya baik,” jelas Donny.
 Arisna Pramudya Agustiara menceritakan pengalamannya selama naik gunung penuh perrjuangan, awalnya berat. Siswi  SMA N 1 Yogyakarta yang telah mejejak puncak Sindoro, Merapi dan Merbabu ini ternyata juga memiliki kesan selama melakukan pendakian, “Waktu di Merbabu cuacanya buruk, dan lagi malam hari. Gelap, berkabut, hujan, dan aku benar-benar kedinginan. Untung nggak sampai hipotermia,” ungkap Risna. “Dan lagi waktu di Merapi, walaupun lebih pendek dari Merbabu atau Sindoro, tapi mendakinya susah banget. Dan setelah mencapai puncak, menurutku justru lebih indah dari yang lain.”
Donny Satrio, SMA N 8 Yogyakarta memiliki kesan berbeda, menurutnya naik gunung dapat menikmati pemandangan baru yang jarang bisa dijumpai, dan memang rasanya seperti di atas awan. Dari sinilah pecinta naik gunung bisa belajar, misalnya menahan ego dalam diri. “Naik gunung itu pengalaman yang berbeda dari kegiatan alam lain yang pernah aku lakuin,” ungkap Rahajeng Ardinni Noor yang gemar dengan kegiatan outdoor.

Ardin, itulah nama akrabnya pelajar yang duduk di SMA N 2 Yogyakarta, menurutnya naik gunung itu simple, tapi juga kompleks, karena mau nggak mau harus punya bekal nggak cuma sekadar peralatan tapi juga mental dan fisik. Menaiki gunung memang tidak bisa sembarangan, karena pada dasarnya kegiatan ini membutuhkan skill dan fisik yang kuat. Kita juga harus mengerti kondisi alam dan menyiapkan segala perbekalan dengan benar.
“Fisik jelas harus fit, sebelum mendaki sering-sering pemanasan, jogging, olahraga. Sisanya tinggal melengkapi peralatan, terlebih alat survival dan P3K,” cerita Ardin kemudian. Ardin pernah merasakan badai ketika di Merbabu. “Dengan cuaca ekstrem begitu mau nggak mau 26 orang harus masuk ke tiga dome berkapasitas 4-6 orang.” Selain itu menurutnya menghadapi orang yang memiliki ego tinggi ketika di gunung agaknya juga sedikit membuat emosi. Tidak jauh berbeda dengan Ardin, Donny pun merasa egonya diuji ketika ada teman yang tidak mempersiapkan barang dengan benar dan hanya mengandalkan teman seperjalanan.
Beryl Pungki Ardiansyah, siswa SMA N 7 Yogyakarta itu merasa mendaki gunung penuh tantangan, kita juga dapat belajar banyak menjadi mandiri, belajar kesetiakawanan dan saling membantu. “Kadang packing barang itu agak ribet, karena ada aturannya sendiri. Pokoknya kita harus pinter-pinter buat diri kita sendiri nyaman waktu bawa carrier­-nya,” tegas Beryl. (Adhisti & Elisa)
PELAJAR NAIK GUNUNG : Cara Bertahan Dari Gangguan Cuaca Saat Mendaki PELAJAR NAIK GUNUNG : Cara Bertahan Dari Gangguan Cuaca Saat Mendaki Reviewed by elisa on Wednesday, August 20, 2014 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.