Fadhilah Surah Al-Hijr: Keteguhan Iman di Tengah Ujian dan Janji Penjagaan Al-Qur’an
Ketika membuka lembaran Al-Qur’an dan membaca Surah Al-Hijr, kita seolah diajak menapaki jejak sejarah umat terdahulu yang penuh peringatan, sekaligus janji penuh rahmat dari Allah. Surah Al-Hijr bukan hanya mengisahkan kaum yang ingkar, tetapi juga menjadi sumber penguat bagi hati yang sedang berjuang menjaga iman di tengah kehidupan yang kian kompleks.
Surah ini terletak di urutan ke-15 dalam Al-Qur’an dan
terdiri atas 99 ayat. Ia termasuk golongan Makkiyah, diturunkan setelah Surah
Yusuf. Nama Al-Hijr diambil dari nama suatu lembah di antara Madinah dan
Syam yang pernah dihuni oleh kaum Tsamud—kaum yang membangkang kepada Nabi
Shalih. Dalam kisah mereka, tersimpan pesan penting tentang akibat kesombongan,
ketidaktaatan, dan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah.
Namun, lebih dari sekadar kisah masa lalu, Surah Al-Hijr
adalah refleksi kehidupan manusia sepanjang zaman—tentang bagaimana iman diuji,
tentang kesetiaan terhadap kebenaran, dan tentang janji Allah untuk menjaga
kitab suci-Nya dari segala bentuk perubahan.
Janji Allah untuk
Menjaga Al-Qur’an Sepanjang Zaman
Surah Al-Hijr diawali dengan huruf-huruf muqatta‘ah —
Alif Lam Ra — yang sering kali menjadi pembuka surah Makkiyah,
menandakan keagungan dan keunikan Al-Qur’an sebagai wahyu ilahi. Sejak ayat
pertama, Allah menegaskan bahwa kitab ini diturunkan bukan untuk permainan,
melainkan sebagai kebenaran yang pasti.
Ayat-ayat dalam Surah Al-Hijr menggambarkan dua sisi
kehidupan: kebinasaan bagi mereka yang ingkar dan ketenangan bagi mereka yang
beriman. Gaya bahasanya tegas namun indah, penuh dengan metafora alam dan
peringatan spiritual yang dalam.
Salah satu ayat yang sangat terkenal dan menjadi jantung
keimanan umat Islam adalah firman Allah pada ayat ke-9:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
(QS Al-Hijr: 9)
Ayat ini merupakan bentuk penegasan sekaligus jaminan dari
Allah bahwa Al-Qur’an akan selalu terjaga dari perubahan dan penyimpangan
hingga akhir zaman. Tidak ada kitab suci lain dalam sejarah manusia yang
memiliki jaminan ilahi seperti ini.
Dari Kaum Luth hingga
Tsamud
Surah Al-Hijr memuat kisah beberapa kaum terdahulu—seperti
kaum Nabi Luth, kaum Tsamud, dan kisah penciptaan Nabi Adam bersama
Iblis—semuanya menjadi cermin bagi umat manusia.
Allah mengingatkan bahwa setiap kaum yang menolak kebenaran
selalu berakhir dengan kebinasaan, bukan karena kekejaman, tetapi karena mereka
menolak petunjuk yang membawa kehidupan.
Kisah kaum Tsamud yang hidup di lembah Al-Hijr diceritakan
sebagai contoh nyata. Mereka memiliki kemampuan luar biasa, bisa memahat rumah
di gunung batu, tetapi kehebatan itu tak membuat mereka tunduk kepada Allah.
Ketika mukjizat datang melalui unta Nabi Shalih, mereka malah membunuhnya. Akibatnya,
suara keras mengguncang negeri mereka dan menghancurkan segalanya.
Melalui kisah ini, Surah Al-Hijr seolah berbicara kepada
pembacanya: “Betapa pun kuat dan megahnya manusia, tanpa iman dan
ketundukan, semua akan runtuh.”
Keteguhan Nabi dan Ujian
Dakwah
Di antara makna yang paling menenangkan dari surah ini
adalah penghiburan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam ayat-ayat pertengahan,
Allah menegaskan bahwa para rasul terdahulu pun telah menghadapi penolakan dan
cemoohan, namun mereka tetap tegar.
“Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa dadamu menjadi
sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan.”
(QS Al-Hijr: 97)
Ayat ini menyentuh hati siapa pun yang pernah merasa lelah
karena perjuangan. Allah memahami kesedihan Nabi, memahami kesempitan hati yang
muncul akibat penolakan, dan memberikan obatnya melalui ayat berikutnya:
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu
di antara orang-orang yang bersujud.”
(QS Al-Hijr: 98)
Surah ini menegaskan bahwa obat bagi hati yang lelah adalah
dzikir dan sujud. Allah tidak menjanjikan jalan tanpa ujian, tetapi menjanjikan
ketenangan bagi mereka yang tetap dekat dengan-Nya.
Fadhilah Membaca Surah
Al-Hijr
Setiap surah dalam Al-Qur’an memiliki keutamaan tersendiri,
dan Surah Al-Hijr pun demikian. Fadhilah atau keutamaannya tidak hanya bersifat
ritual, tetapi juga spiritual dan psikologis.
- Menumbuhkan
Keteguhan Iman dan Kesabaran
Membaca Surah Al-Hijr secara rutin dapat menumbuhkan kekuatan hati. Ayat-ayatnya mengingatkan bahwa setiap penolakan dan ujian adalah bagian dari perjalanan iman, dan bahwa Allah selalu mengetahui isi hati hamba-hamba-Nya. - Pengingat
Janji Penjagaan Al-Qur’an
Surah ini mengandung ayat 9, yang menjadi sumber keyakinan bahwa Al-Qur’an tidak akan pernah berubah. Membacanya menumbuhkan rasa cinta dan tanggung jawab untuk menjaga kemurnian ajaran Islam. - Perlindungan
dari Godaan Iblis
Di dalam surah ini juga terdapat kisah tentang Iblis yang menolak sujud kepada Adam, dan bagaimana Allah memberikan waktu kepadanya hingga hari kiamat. Kisah ini mengingatkan pembaca bahwa setiap godaan memiliki tujuan untuk menguji iman, bukan untuk menjerumuskan jika kita tetap teguh. - Menumbuhkan
Ketenangan dalam Hati
Membaca Surah Al-Hijr di waktu malam atau setelah shalat dapat membawa ketenangan. Banyak ulama menyebut bahwa ayat-ayat penutup surah ini sangat indah dibaca sebagai penutup hari karena mengandung seruan untuk sujud dan bertasbih.
Pesan Penjagaan Iman di
Tengah Godaan Zaman
Salah satu pesan besar dari Surah Al-Hijr adalah tentang penjagaan.
Allah menjaga Al-Qur’an dari perubahan, tetapi juga mengajarkan manusia untuk
menjaga iman sebagaimana kitab itu dijaga.
Sebagaimana ayat 9 menjadi jaminan ilahi, ia juga menjadi
inspirasi bagi setiap mukmin untuk menjaga kemurnian hatinya. Dalam konteks
kehidupan modern, menjaga iman berarti tetap berpegang pada nilai-nilai
kebenaran di tengah arus informasi yang menyesatkan.
Jika Al-Qur’an dijaga dari perubahan huruf, maka manusia
harus menjaga diri dari perubahan hati—agar tetap jernih dan selaras dengan
cahaya wahyu.
Pedoman Kehidupan untuk
Tetap Tegar, Bersyukur, dan Beriman
Surah Al-Hijr tidak hanya untuk dibaca, tetapi untuk
direnungi. Ada beberapa pelajaran praktis yang bisa diterapkan dalam kehidupan:
1.
Hargai Nikmat Iman
Banyak orang kehilangan arah bukan karena kurang ilmu, tetapi karena tidak
menjaga iman. Surah ini mengingatkan bahwa yang terpenting adalah hati yang
tetap tunduk kepada Allah.
2.
Sabar dalam Menghadapi Ujian
Allah menghibur Rasul-Nya agar tidak bersedih. Begitu pula kita — kesabaran
bukan tanda kelemahan, tetapi kekuatan yang bersumber dari keyakinan kepada
janji Allah.
3.
Refleksi terhadap Alam dan Sejarah
Kaum-kaum yang disebut dalam surah ini bukan sekadar cerita, melainkan cermin
bagi manusia modern: bahwa kesombongan terhadap ilmu dan kekuasaan bisa membawa
kehancuran.
4.
Menjaga Kemurnian Diri di Era Modern
Sama seperti Al-Qur’an yang dijaga oleh Allah, seorang muslim perlu menjaga
dirinya dari pengaruh buruk — melalui dzikir, ibadah, dan pembacaan ayat-ayat
suci.
Surah Al-Hijr sebagai
Sumber Ketenangan dan Keyakinan
Surah Al-Hijr adalah surah yang menenangkan sekaligus
menggugah. Ia mengajak kita menatap masa lalu untuk belajar, melihat masa kini
dengan sabar, dan memandang masa depan dengan yakin.
Ketika dunia terasa berat, membaca Surah Al-Hijr seperti
mendengar bisikan lembut dari langit: bahwa Allah mengetahui segalanya, bahwa
Al-Qur’an akan tetap terjaga, dan bahwa siapa pun yang berpegang padanya akan
selalu berada di bawah lindungan-Nya.
Merenungi setiap ayatnya akan menumbuhkan rasa damai — damai
karena yakin, damai karena sujud, dan damai karena mengetahui bahwa janji Allah
adalah pasti.
Daftar
Pustaka
Departemen
Agama Republik Indonesia. (2019). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
Al-Jazairi,
Abu Bakar Jabir. (2018). Aisarut Tafasir. Riyadh: Darul Kutub.
Tafsir Ibnu
Katsir. (2020). Tafsir Surah Al-Hijr. Darus Salam Publications.
Quraish
Shihab. (2016). Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an.
Lentera Hati.
IslamWeb.net
& MyIslam.org — artikel tafsir dan refleksi Surah Al-Hijr.
Reviewed by elisa
on
Friday, November 14, 2025
Rating:

No comments: