Menjadi Orangtua Itu Butuh Tanggungjawab Total: Tidak Hanya Manak Terus Dititipkan!


Melihat fenomena yang kini saya lihat di lingkungan sekitar saya. Tentang kasus penitipan anak kepada orangtua mereka. Sebelumnya ini bukan ditujukan untuk siapapun. Tidak bermaksud pula untuk menyindir siapun. Jadi jika kamu sensi terhadap tulisan ini, berarti kamu merasa. Karena tulisan ini saya tulis karena saya mengambil pelajaran dari kasus ini

***

Foto: Dokpri
Kasus orangtua menitipkan anak mereka kepada orangtuanya. Memang tidak ada yang salah menitipkan anak kepada orangtua kita. Apalagi jika orangtua memang pada dasarnya lebih mencintai cucunya daripada anaknya. Hal yang menjadi sorotan saya adalah, orangtua sebagai pengasuh full time. Dimana anak justru kehilalngan moment kebersamaan bersama bapak ibunya.
Padahal anak-anak lebih mementingkan kebersamaan bersama kedua orangtuanya. Saya tahu Anda bekerja. Saya juga tahu Anda mencari uang juga untuk buah hati Anda. Saya tahu hal itu. Saya hanya mencoba merenung dan memikirkan jaman dulu dan jaman sekarang memang berbeda.
Emak-emak jaman sekrang memang lebih update, lebih tahu gaya penampilan di depan kamera. Sedangkan jaman orangtua saya dulu, bisa dibilang HP saja tidak kenal. Bisa telp saja harus ke kota berjalan puluhan km. itupun masih nyari-nyari sinyal terbaik. Gaya orangtua saya memang lebih jadul dan manual. Tetapi mereka hebat.
Tidak perlu jauh-jauh mengambil contoh. Jaman ibu saya,  hidup ditinggal suami bekerja merantau. Merantau jaman dulu sama jaman sekarang sudah beda dong ya. Sekarang suami merantau, butuh uang Cuma modal transfer, uang bisa di ambil. Lah jaman dulu?? Boro-boro bisa begitu. Dulu butuh berminggu-minggu dan mengambil uang pun harus kekota mamakan waktu 2-3 jam karena faktor mobilisasi angkutan umum.
BACA JUGA: Gila Lebih Baik Daripada Mengaku Waras Tapi Jiwanya Yang Gila
Selama tidak di transfer uang, ibu saya harus mencari makan sendiri, mencari uang sendiri dengan tiga anak. Tanpa bantuan mertua atau orangtua. Nyatannya ibu saya kuat, tetap bisa merawat anak-anaknya hingga besar. Dan saya sangat yakin, pada jaman ibuku dulu, orang tua jaman dulu juga seperti itu. mereka merawat anak mereka sendiri, sesulit apapun ekonomi, sesulit apapun tidak memiliki makanan yang harus di makan.
Pertanyaan saya adalah, kenapa orangtua jaman sekarang tidak bisa melakukan hal seperti itu? Kenapa? Ada yang salah? Kenapa bekerja sambil momong anak tidak bisa? Karena kantoran? Jika memang iya, kenapa sistem kerja jaman sekarang begitu membatasi tanggungjawab dan fitra seorang ibu.
So, jangan heran jika anak kita justru lebih lekat dengan orangtua kita. Saya tahu dunia pengetahuan saat ini lebih mudah diakses. Sayapun juga tidak perlu berceramah tentang dampak psikologis anak akan kasus ini. Saya kira pun orangtua sebenarnya juga sudah tahu ilmu psikologi. Tetapi kenapa masih begitu?
Bagi saya, menjadi orangtua itu sebuah tanggungjawab. Tanggungjawab membesarkan anak-anak mereka. tanggungjawab meragati dan memberi makan anak-anaknya. Namun dengan seperti ini, saya pun kembali berfikir, apakah dengan menitipkan ke orangtua kita sebagai bentuk tanggungjawab kita?
BACA JUGA : Pandanganku VS Pandangan Tuhan
Sebelumnya maaf, jika kalimat ini mungkin akan menyakiti pembaca. Saya melihat, orangtua sekarang lebih egois. Meraka hanya mau membuat anak dan melahirkan saja. Selebihnya, melimpahkan pengasuhan kepada orangtua kita. Sebagai orangtua tentu saja memiliki risiko besar.
Pertanyaannya saja adalah, kenapa orangtua jaman sekarang lebih mengutamakan pekerjaan dibandingkan mengutamakan mengasuh anak-anak? Iya, saya tuh tahu karena anak butuh uang makannya mengutamakan pekerjaan. Tapi, apakah itu alasan tulus? Tidak pernahkah kita melihat dari sisi orangtua kita?
Orangtua sudah merawat kita dari kecil dengan susah payah. Rela tidak makan agar anak-anaknya tidak makan. Orangtua kita sudah menyekolahkan kita dan rela gali lobang tutup lobang demi pendidikan kita cepat kelar? Agar mereka bisa bernafas lega dan menikmati kerja keras mereka agar lebih santai? Lah, malah kita memberikan pekerjaan di waktu mereka santai dengan mengasuh anak kita. Sampai situkah? Dan benarkah bekerja alasan tertulus dan demi kebaikan banyak orang. Mungkin keputusan baik untuk masa depan anak, tetapi kita lupa tidak memikirkan kebaikan orangtuamu! (maaf saja sedikit sensi soal kasus tema ini).
Kenapa tidak berifkiran bahwa merawat dan membesarkan anak full sebuah kebahagiaan tersendiri. Meski susah, meski sibuk. Ada kebahagiaan di sana. Mungkin ada nggak enaknya tidak punya uang dan semacamnya. Tapi saya yakin jika niatnya baik, tuhan akan berikan rejeki dengan cara lain. Karena pada dasarnynya anak membawa rejekinya sendiri. Kenapa masih takut dan memaksakan diri membuat orangtuamu kelelahan.
BACA JUGA : Merasionalkan Irasional Terhadap Persepsi Subjektif 
Oke, orangtua kita senang merawat cucu mereka yang masih munggil. Tapi seberapa lama? Tenaga orangtua kita sudah tidak sekuat kita. Gini saja deh, seharian bekerja sambil merawat anak kam sudah ngeluh capek kan? Padahal ukuran usia kita lebih kuat dibandingkan orangtua kita. Bagaimana dengan orangtua kita? Belum lagi kalo ternyata anak kita rewel dan njengkelin.
Hemat saya, alangkah lebih baiknya jika kita membahagiakan anak kita dengna mengasuh full. Memberikan waktu kepada nenek mereka dengan tidak membebani untuk mengasuh. Melain memberikan waktu untuk bersama dan bermain. Ingat, bukan mengasuhkan yang sifatnya hanya ringan saja.
Intinya itu doang. Bagi orangtua yang memiliki keputusan dan berkomitmen mengasuh sendiri full, saya acungi jempol. Karena di era sekarang ini, sedikit yang berani mengambil keputusan dan risiko seperti itu.
Sekali lagi, tulisan ini bukan bermaksud menyinggung pihak manapun. Tulisan ini hanya sebagai renungan untuk diri saya sendiri. Tulisan ini juga sebagai kritik agar pembaca yang belum menikah atau yang akan memiliki anak, bisa mempertimbangkan akan hal ini. Oke, jika masalahnya orangtua kita yang menyuruh kita bekerja dan membiarkan anak kita di rawat mereka. Tapi seberapa lama? Kompensasi apa yang bisa kita berikan atas keringa orangtua kita? Pastikan kamu juga menjamin kesejahteraan orangtua yang sudah merawat anak-anak yang dengan ikhlas menjaga selama kita bekerja. Karena kenyatannya banyak yang tidak memperhatikan kesejahteraannya. (Elisa)
Semoga bermanfaat.


Menjadi Orangtua Itu Butuh Tanggungjawab Total: Tidak Hanya Manak Terus Dititipkan! Menjadi Orangtua Itu Butuh Tanggungjawab Total: Tidak Hanya Manak Terus Dititipkan! Reviewed by elisa on Thursday, April 16, 2020 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.