Pandanganku vs Pandangan Tuhan



Pengetahuan manusia tdk sluas pngetahuan Tuhan, pengetahuan manusia hanya setitik sinar berserakan ini (Foto : Elisa)

Disebuah masjid yang besar, mataku mengamati beberapa orang yang mengenakan jilbab. Bukan karena mendiskrimanasikan mereka, karena aku sendiri termasuk yang berjilbab, hanya saja banyak cerita. Terlepas cerita itu benar atau salah, yang jelas bukti yang sering aku lihat memang seperti cerita yang berseliweran itu. Mengulas soal ibadah. Mengingatkanku pada salah satu kawanku.
Mayoritas teman dan kenalanku adalah orang umum, mulai islam yang berjilbab dan islam tidak berjilbab, bahkan sampai orang-orang non muslim sekalipun. Banyak belajar dari pergaulan seperti ini dari mereka. bagaimana dinamika, pemikiran dan tingkah laku mereka. Sangat mengerti betul. Suatu ketika, kawan saya berkunjung disuatu tempat, adzan berkumandang. Kawan saya ini menyempatkan mampir melaksanakan kewajiban (sholat). Masuk ke salah satu masjid besar, secara fisik memang kawanku ini tidak mengenakan jilbab seperti muslim lain. Bukannya disambut hangat, justru diusir tidak boleh beribadah di moshola. Sehingga memberikan kesan bahwa islam itu keras. Padahal sekeras-kerasnya islam memiliki “tata krama” yang sopan dan santun.
Suatu ketika, masuklah kesebuah mall bersama teman-temanku. Banyak stand berjualan, mulai dari baju, aksesoris, maupun barang-barang mewah lainnya. Pelayannya berpenampilan seksi dan memakai rok mini. Waktu kian siang, memutuskan naik ke lantai atas mendirikan sholat dhuhur. Di sana ada beberapa penjaga yang memakai rok mini dan cantik itu juga sholat. “wuih, ternyata sholat”, itu yang terbersit dipikiran secara umum mungkin.
Tuhan itu milik semua, bahkan Tuhanlah memiliki dan menguasai semua manusia. manusia yang berok mini, yang ber-rok cekak maupun tidak ber-rok sekalipun juga milik Tuhan. Apakah Tuhan itu hanya untuk mereka yang tertutup? Sejak kapan orang mengaku-aku Tuhan hanya milik orang yang tertutup. Sadis dan egois sekali kalo begitu, mereka yang terbuka dan sering melakukan maksiat tidak berhak memiliki Tuhan kita Allah begitukah?. Sejenak aku menjadi berfikir, begitu munafiknya diriku, bahkan lebih menufik. Mengaku-aku kaffah, padahal cara berfikir dan menanamkan fikiran sok kaffah, tetapi belum cukup paham apa itu kaffah.
Kembali merenung, melihat kebelakang semua kejadian dan pengalaman yang sudah terjadi. Mereka yang belum mampu menutup aurot, mengusik pikiranku. Apakah syurga dan neraka ditentukan dari hal itu? kalo iya, kenapa banyak cerita hikmah didalam agamaku yang menceritakan seorang pelacur sekalipun bisa masuk surga karena memberikan air kepada si anjing yang kehausan? Padahal dengan jelas, pelajur tertuliskan dan dituliskan perbuatan dosa besar yang tak terampuni. Kemudian ada seorang pemuda yang membunuh 99 orang, dan akhirnya masuk syurga? Kenapa? Apakah aku yang bodoh mengolong-ngolongkan orang masuk syurga hanya lewat cara berpakaian? Ah mungkin aku yang bodoh dan sok tahu ternyata. Padahal maha tahu itu hanyalah Allah. Sombong sudah jika mengaku-aku sok tahu dengan apa yang kita ketahui, padahal itu belum seberapa dibandingkan ilmu yang Allah miliki.

Apakah tampilan dan penampilan sebegitu membutakan? Sehingga melarang-larang orang untuk beribadah karena tidak berjilbab atau tertutup?. Apakah aku cukup tahu isi hati si orang tak berjilbab itu? bisa jadi hatinya lebih baik dan lebih dekat kepada Allah dibandingkan diriku ini. Ah, aku hanya sok tahu keimanan seseorang. Sejatinya keimanan itu yang tahu hanyalah tuhan dan orang yang bersangkutan. Pernah juga terbersit, jika mengingat hal ini membuat turut malu. Malu dengan cara mengenalkan islam terlalu keras. Karena sepengatahuanku, islam itu disampaikan dengan halus dan baik-baik. Bukankah Tuhan memberikan pelajaran lewat cara yang begitu sopan, tersamar dan bijaksana? Cara Tuhan mengajari kita ilmu dan hikmah sangat luar biasa jika kita mampu menerimanya.
Tidakkah kita sebagai hamba juga tidak suka ketika diperingatkan oleh Tuhan dengan cara keras? Orang yang diberi cobaan berat menganggap Tuhan tidak sayang dan tega. Bisa jadi Tuhan bosan memberi peringatan dengan cara halus tapi hambannya tidak peka-peka (masih mau menyalahkan Tuhan? bukankah hambannya yang salah jika demikian?). Tuhan itu tidak stereotip dan tidak berprasangka kepada hambannya, karena Tuhan lebih tahu dari hambanya itu siapa dan bagaimana. Manusialah yang mengolong-golongkan Tuhan dengan ilmu sok tahunya. Duh duh duh, aku termasuk. Tuhan memberikan perbedaan, dan tuhan diam saja karena ingin melihat seberapa berbesar hati hati-hati hamba yang mengerti dan memahami. Tuhan sengaja menciptakan perbedaan untuk mengetahui mana hati yang dengki dan hati yang karena ilahi (tulisan ini hanya dialog pribadi dan perdebatan diri)   
Pandanganku vs Pandangan Tuhan Pandanganku vs Pandangan Tuhan Reviewed by elisa on Monday, June 30, 2014 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.