Melawan Kobaran Api

 Namaku Tyson Gadang Barek. Kalau dilihat dari nama, aku asli orang Padang. Kenapa nama panjangku Gadang Barek? Karena pas lahir, berat badanku tidak seperti bayi kebanyakan yang beratnya kisaran 3 kg-3,6 kg. Sedangkan aku lahir berat badanku sudah mencapai 8 kg. Bisa dibayangkan betapa besar dan beratnya diriku untuk seukuran bayi baru lahir. Orang tuaku terobsesi sekali dengan Mike Tyson si petinju hebat kelas dunia, dan orang tuaku berharap mudah-mudahan anaknya bisa mengikuti jejak Mike Tyson. Kenyataan di lapangan aku tidak bisa mengikuti jejak Mike Tyson, aku hanya sebagai penjaga hutan lindung di desa merbau, kecamatan Bunut, Pekanbaru. Tanah hutan lindung berasal dari tanah gambut, yang mudah sekali terbakar.

Foto : Irukawa Elisa

Hari ini aku sedang berlibur ke Padang, tidak hanya berlibur aku juga menjenguk amak aku yang sakit. Sudah 2 minggu lamanya aku berada di kampungku tercinta. Tiba-tiba aku mendengar dari salah satu stasiun televisi swasta bahwa hutan lindung yang aku jaga terbakar. Sebagai penjaga hutan lindung yang sudah diamanahkan oleh negara, aku harus bertanggung jawab. Tanpa pikir panjang aku langsung berpamitan dan menuju ke Pekanbaru dengan perjalanan darat kurang lebih 8 jam. Selama perjalan aku melantunkan sholawat, dzikir serta mencari solusi agar si jago merah cepat padam.

Sesampainya di Pekanbaru, aku langsung menuju tempat kejadian. "Kamu Tyson kan, si penjaga hutan lindung, kenapa kamu malah lari dari masalah!!" Bentak Pak Camat ketika aku baru keluar dari mobil. " Maaf pak, saya bukan lari dari masalah, sebelum ada kejadian ini saya sudah minta izin buat njenguk Amak saya yang lagi sakit" Balasku dengan sebisa mungkin tidak terpancing emosi. "Alah, itu alasanmu aja biar gak kena marah kan!!" Lanjutnya dengan menatap sinis kepadaku. Karena aku tidak ingin mempanjang masalah, aku tidak menanggapi omelannya. "Ya sudah, daripada kamu gak mau ngaku, mending kamu cari cara biar kobaran apinya cepat padam" Titahnya kepada diriku. Akhirnya Kami semua pun terdiam memikirkan cara bagaimana kobaran api bisa secepatnya padam. "Begini aja pak. Berhubung ini sudah malam dan si jago merah menyalanya terlalu besar bagaimana kalau kita laksanakan shalat istisqa aja dulu supaya Allah secepatnya menurunkan hujan, dan besok pagi pada saat ada matahari kita buat hujan buatan dari garam" Usulku kepada Pak Camat." Boleh juga idemu" katanya dengan mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju.

Kemudian Pak Camat menyebar luaskan ideku kepada warga-warga dan mereka pun menyambut positif ideku. Tak perlu waktu lama, para warga sudah berkumpul di Lapangan Camat yang tak jauh dari tempat kebakaran hutan. Shalat Istisqa malam hari ini dipimpin oleh orang yang selama ini menjadi imam Masjid Kecamatan Bunut. Shalat Istisqa dilaksanakn secara khidmat dan khusyuk. Setelah selesai, dilanjutkan dengan dzikir + doa bersama untuk diberikan jalan keluar dari masalah dan dipercepatnya turun hujan.  " Terimakasih banyak saya ucapkan atas partisipasinya para warga yang telah mengikuti shalat istisqa secara berjamaah. Agenda besok pagi kita akan membuat hujan buatan, dihimbau kepada seluruh warga untuk mempersiapkan baskom, air beserta garam" Tutur Pak Camat di depan jamaah shalat sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing.

 Keesokan harinya sekitar jam 10.00 WIB, para warga sudah siap dengan baskom, air dan garam. Mula-mula baskom yang kosong diisi dengan air sampai penuh. Kemudian masukkan garam secukupnya sampai air yang di dalam baskom terasa air. Setelah itu letakkan di luar rumah agar air garam tersebut menguap menjadi butiran-butiran uap air di udara. Semakin banyak yang meletakkan air garam di luar garam di luar rumah, maka semakin banyak butiran-butiran uap air di udara.

Desa Bunut tidak hanya sekali mempraktikkan ideku. Mereka melakukannya selama 3 hari berturut-turut. Pada hari ke-4 jam 08.00 WIB usaha yang dilakukan selama ini tidak sia-sia, akhirnya hujan pun turun bahkan lebat di Desa Bunut. Hujan turun selama 2 jam tanpa henti. Udara pun beragsur pulih dalam keadaan normal dan menjadi segar karena tidak ada sap lagi. "Alhamdulillah, usaha kita selama 3 hari membuahkan hasil. 15 menit yang lalu desa Bunut diguyur air hujan, dan sekarang semua api sudah padam. 

Terimakasih saya ucapkan kepada Tyson telah memberikan ide yang sangat luar biasa, dan kepada Para warga dengan ikhlas serta semangat melaksanakan ide Tyson. Tugas kita sekarang adalah menjaga hutan gambut dari percikan api agar tidak terbakar lagi dan menjaga stabilitas udara agar tetap segar selalu." Ujar Pak Camat di hadapan para warga. Kemuadian pak camat menyalamiku dan seluruh warga yang telah ikut berpartisipasi. Kini kuucapkan Syukur yang tiada terkira kepada Sang Maha Pemberi Rezeki, karena hari ini Allah telah menurunkan hujan dan membuat udara di desa Bunut menjadi segar kembali. (Hanifa Noor)

Melawan Kobaran Api Melawan Kobaran Api Reviewed by elisa on Sunday, April 16, 2023 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.