Bahaya Fanatik Terhadap Idola Bagi Pelajar

Banyak kebudayaan luar masuk tanpa disadari. Budaya masuk lewat tayangan televisi, dan lewat media sosial. Artis menjadi icon pertama yang mempengaruhi pola pikir para fans. Hanya lewat kemampuan mereka sebagai artis mampu membius masyarakat yang mengidolakan sosok dirinya berubah secara perilaku, gaya berpakaian dan sikap sang idola.
Foto : http://bit.ly/2ic00Ke
Dua pelajar dari sekolah yang berbeda, Nabilah Putri, MAN 3 Wates dan Husein Efendi, SMKN 10 Yogyakarta berpenampilan layaknya arti yang diidolakan sampai dibawa ke lingkungan sekolah tidak setuju. Alasannya sederhana, karena terlihat aneh dan lebai. 
Menurut pelajar SMK Kesehatan Sadewa, Dewi Irene sebenarya tidak masalah. Baginya, asal tidak berlebihan dalam meniru. Menurut Irene, teman-teman sekeliling yang fanatik terhadap idolanya, sampai-sampai cara berbicara, ber-make-up secara berlebihan terkesan lebai dan aneh. [Baca fenomena remaja hingga mengikuti kehidupan idolanya di medsos]
“Saat berada di sekolah sebenarnya ber-make up, mengenakan lipstick, bedak tebal dan pensil alis tidak perlu,” tambah Irene. Banyak teman-temannya yang seperti itu, dan ketika ditanya apa manfaat mengikuti gaya sang idola, itu semua belum perlu.
“Segi manfaatnya sendiri sih menurutku tidak ada ya, karena tidak ada gunanaya juga kita mengikuti gaya dan kebiasaan oranglailn, hal tersebut hanya akan menghilangkan jati diri kita dan membuat kita terkesan tidak percaya diri,” Ungkap
Lain lagi pandangan siswa dari SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, Abhiya Satria. Menurutnya ketika seseorang mengikuti life style sang idola terkesan berlebihan dan tidak bermanfaat. Ia beranggapan bahwa, sekeras apapun kita mengikuti dan mengorbankan tenaga, dan banyak uang hanya mengikuti trend, Sang Idola tidak  mengenali dan melihat kerja keras.
“Sebenarnya boleh mengikuti trend fashion, ya asal tidak berlebihan. Mereka yang mengikuti trend fashion seperti di televisi dan berlebihan, menurutku mengerikan dan justru terlihat idak natural seperti usia mereka. Sewajarnya saja, sesuai dengan usia, keadaan lingkungan sekitar,” ceritnya.

Dila, sapaannya, salah satu siswi dari SMKI yang tidak jauh berbeda dengan pendapat Irene dan Satria. Sekalipun Dila juga memiliki Idola, tapi Ia tidak sampai fanatik, sebatas suka, tidak kurang dan tidak lebih. Menurutnya, fanatik itu memang tidak perlu. Dampak mengikuti trend fashion dan terlalu fanatik dengan idolanya, banyak teman-temannya rela merogok kocek mereka untuk perawatan ke salon, menonton konser yang harga tiketnya ratusan, bahkan ada yang mencapai jutaan. Baca juga dampak terlalu mengidolakan terhadap anak muda (Dhea, Elisa)
Dipublikasi Tabloid BIAS | Edisi 4 | Th. XXI | 2016


Bahaya Fanatik Terhadap Idola Bagi Pelajar Bahaya Fanatik Terhadap Idola Bagi Pelajar Reviewed by elisa on Tuesday, January 10, 2017 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.