KAMPUNG DOLANAN PANDES : Lestarikan Mainan Tradisional, Menentang Arus Zaman


Masih ingatkah kalian dengan angkrek, othok-othok, wayang kertas, payung, kitiran, atau klontongan? Pernahkah kalian memainkannya? Permainan tradisional anak, salah satu kearifan lokal bangsa dan media pembelajaran ini semakin ditelan gerak zaman. Keresahan akan memudarnya mainan tradisional membuat warga Desa Pandes, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berupaya memperkenalkan dan melestarikan kembali dolanan di hati anak-anak Indonesia.
Foto; Elisa
Inisiasi Kampung Dolanan lahir dari sejumlah warga di Dusun Pandes setelah tragedi Gempa pada tahun 2006. Tujuan utamanya adalah membantu mengobati kesedihan anak-anak akibat gempa, warga pun menghidupkan kembali Desa Pandes yang di masa lalu pernah menjadi sentral pembuatan dan produksi mainan tradisional di DIY. Dikukuhkan sebagai Kampung Dolanan, Dusun Pandes mengobati kerinduan dan memori akan mainan zaman dulu dengan mengemasnya dalam kegiatan wisata yang mengasyikkan.
Memasuki kawasan Kampung Dolanan, patung-patung jerami yang mengenakan pakaian tradisional telah siap menyapa, tak ketinggalan patung yang terbuat dari anyaman bambu menyambut. Menapaki area lebih jauh, pengunjung akan diajak untuk melihat bahkan ikut membuat dolanan anak sembari bernostalgia. Para simbah-simbah masih sangat lihai dalam merakit mainan tradisional. Kampung Dolanan juga memiliki kawasan outbond dan track yang menyenangkan, kolam lele, sawah, dan tempat bermain gamelan lengkap dengan guru seni.
“Walau zaman modern, tapi mainan-mainan tradisional seperti othok-othok masih banyak dicari, biasanya dipesan dalam jumlah banyak untuk acara-acara tertentu,” ujar Wahyudi, salah satu penggagas komunitas Pojok Budaya di Kampung Dolanan, komunitas yang membantu operasional produksi mainan tradisional dan kepengurusan Kampung Dolanan. “Tiap permainan memiliki multiple intelligent (kecerdasan majemuk) yang terdiri atas kecerdasan irama, kinestetis dan rasa, atau dalam bahasa Jawa disebut wiromo, wirogo, dan wiroso. Untuk itu Kampung Dolanan ada,”tambahnya.
Semangat para lansia atau simbah-simbah di Kampung Dolanan patut diapresiasi, karena hampir tiap hari mereka menghasilkan puluhan dolanan anak untuk dijual. Meski begitu, produksi dolanan di Desa Pandes tidak semata-mata menjadi mata pencaharian atau penghasilan tambahan bagi para sesepuh. Meski secara fisik mainan adalah sebuah benda mati, tiap dolanan yang diciptakan merepresentasikan ribuan makna yang ingin disampaikan, terutama nilai-nilai luhur. (Adhisti)


Dipublikasi Tabloid BIAS, Edisi 3, 2017
KAMPUNG DOLANAN PANDES : Lestarikan Mainan Tradisional, Menentang Arus Zaman KAMPUNG DOLANAN PANDES : Lestarikan Mainan Tradisional, Menentang Arus Zaman Reviewed by elisa on Thursday, January 17, 2019 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.