Peduli Boleh, Asal Jangan Lupa Mempedulikan Diri Sendiri



Pastikan ketika kau mencintai sesuatu, boleh memberikan perhatian kepada orang yang kau cintai. Terlepas apakah orang tersebut mencintai atau tidak itu bukan urusan utama kita. Selama memberi itu hal yang baik dan membuatmu lebih baik, saya rasa itu tidak apa-apa. Hanya saja, catatan yang harus digarisbawahi. Saat kau memberikan perhatian kepadannya, jangan lupa kau juga memberikan perhatian kepada dirimu sendiri. Karena perhatian yang kau berikan tidak selalu mendapatkan perhatian kembali, dan ternyata kau memperoleh balasan perhatian jangan terlalu senang, anggap itu sebagai bonus.
Membahas soal perhatian, mengingatkanku pada salah satu Dosenku yang begitu care kepada para mahasiswanya. Salah satunya saya, pelajaran penting yang saya ambil dari perhatian yang diberikannya, sekalipun sebelumnya saya tidak pernah menceritakan masalah kepada beliau. Menarik perhatianku ketika Dosenku ini memberikan perhatian tanpa diminta dan datang diwaktu yang tepat. Entah ini termasuk cinta dari dosen ke mahasiswanya, atau sekedar bentuk dari perhatian saja tanpa embel-embel “cinta”. Berbeda ketika kita mencintai seseorang, sudah pasti dan sudah jelas kita akan memberikan perhatian tanpa diminta.
Lalu bagaimana mereka yang romansa carut marut dan mawut-mawut karena salah satu dari mereka tidak tahu apakah dia mencintainya juga, tidak sama sekali atau malah membencinya. Sebut saja Dimas (minjem nama temen), dia sebenarnya dia menyukai Nurul (nama ini juga minjem nama sahabatku), tetapi ia tidak mengatakannya dan tidak mau jujur, terlepas itu karena alasana apa tidak ada yang tahu secara jelas, tetapi ANGGAP saja dia sebenarnya menyukai Nurul. Pihak Nurul, dengan gamblang telah mengungkapkan hati dan pikirannya kepada Dimas. Ada satu zona yang aman, yaitu pihak Dimas. Nurul berada di zona tidak nyaman. Why? Kita bedah

Hubungan paling lemah dan riskan adalah pihak si Nurul. Karena ia tidak cukup memiliki pondasi untuk membuatnya bertahan. Nurul berada di posisi yang bisa kita bilang bimbang, antara melangkah ke depan atau melangkah kebelakang. Nurul takut jika melangkah ke depan ternyata Dimas mundur. Ketika Nurul memutuskan melangkah mundur, ternyata (sebenarnya) kemauan Dimas melangkah maju. Nurul berjalan sarat asumsi subjektif.
Kacamata laki-laki permasalahan ini terlihat simple saja, bisa juga ada yang berfikiran begiini “Alah jalani aja dulu, masalah dia suka (maju) atau tidak suka (mundur) itu belakangan sambil jalan”. Jika dilihat kacamata dari perempuan tentu saja hal ini tidak sesederhana itu. Perempuan lebih komplek karena mereka melibatkan pikiran dan hatinya. Sebagai salah satu contoh kasus yang biasa terjadi dalam romansa, ketika Dimas menginginkan Nurul selalu mengerti dirinya dan memberikan perhatian kepadannya. Pihak Nurul pun bertanya “Loh kenapa aku harus mengerti dan pengertian kepada Dimas? Kamu suka atau tidak suka padaku saja tidak jelas. Lalu perhatian dan pengertian apa yang harus diberikan oleh si Nurul”,  dan disinilah pentingnya sebuah komunikasi.
Komunikasipun tidak cukup menjadi solusi final. Terkadang lewat dari komunikasi justru muncul dan timbul pertanyaan dan permasalahan baru. Mungkin dari pihak Dimas dan Nurul sama-sama meminta dan menuntut secara tidak langsung dan secara halus. Kemudian, solusi yang harusnya diberikan ya tidak saling menuntut. Tetapi saling memahami dan menghargai satu sama lain. Solusi terakhir ini bisa dilakukan dengan catatan, si Nurul minimal harus tahu keputusan Dimas, apakah suka atau tidak suka. Perkara pihak Dimas ingin serius atau tidak serius adalah step selanjutnya yang akan kita bahas lain waktu.
Peduli Boleh, Asal Jangan Lupa Mempedulikan Diri Sendiri Peduli Boleh, Asal Jangan Lupa Mempedulikan Diri Sendiri Reviewed by elisa on Tuesday, July 08, 2014 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.