Optimalkan Kemampuan Berfikir Anak



Foto : Elisa

Dahulu, ibu saya sangat suka mendongengkan sebuah cerita kepada saya dan kedua kakak saya. Cerita yang ibu ceritakan ada sebagian cerita yang ibu karang sendiri, adapula cerita yang ibu dengar dan cerita kisah nyata yang sangat menginspirasi. Bahkan inti dongeng yang ibu ceritakan sampai saat inipun saya masih mengingat betul. Kenapa cerita itu bisa saya ingat sampai saya sebesar ini? cerita tersebut teringat setelah terkubur bertahun-tahun, dan ketika diberikan sebuah stimulus yang mengingatkan dongeng masa lalu, langsung kembali teringat inti cerita itu dengan sangat baik.
Kemampuan berfikir dan memori pada anak-anak lebih tajam dari orang dewasa. Selain daya ingat jangka panjang masih sangat baik, sangat penting bagi orangtua untuk memberikan nilai-nilai positif sejak kecil. Anak lebih ekspresif dan spontan karena yang dijalankan adalah alam bawah sadar, sedangkan alam sadar masih belum banyak dilibatkan. Alam bawah sadar menerima semua informasi yang masuk, hampir 88%nya informasi yang masuk pada anak-anak langsung diserap dan diterima dan dimasukkan ke alam bawah sadar. Sedangkan 12% adalah alam sadar yang bertugas sebagai filter. Hanya saja pada anak-anak usia 3-7tahun belum cukup baik memfilter informasi yang baik atau buruk. Apabila lingkungannya baik, maka tumbuh kembang anak akan baik. Jika tidak percaya, perhatikan anak tetangga dan anak sendiri. Tetangga yang memiliki kakak usia 8 tahun ke atas dan memiliki teman yang kurang baik, akan mempengaruhi adiknya bersikap tidak baik. Berbeda bagi anak yang lingkungannya sangat terjaga betul.
Anak-anak tidak memiliki filter yang cukup baik. Pada orang dewasa, memiliki alam sadar lebih matang, sehingga mampu menyaring data yang masuk ke alam bawah sadar. Tetapi ingat, jangan “dumeh” sudah gede punya banyak ilmu langsung “gumede” seolah-olah apa yang disaringnya benar seratus persen dan berani menjastifikasi seseorang. Kita perlu ingat kembali, kemampuan alam bawah sadar 88% sedangkan alam sadar hanya 12%, hal ini menunjukkan kesalahan dalam berfikir lebih berpotensi besar. Ingat kata Baron & Byrne (2004), kesalahan berfikir bisa disebabkan karena banyak hal. bisa di buka tulisan yang lalu tentang kesalahan berfikir ya kakak. Jadi hilang fokus nih #gagalFokus. hahaha
Berbeda penalaran pada anak-anak dengan orang dewasa, meskipun kapasitas alam bawah sadar dan alam sadarnya sama. perbedaannya hanya terletak pada alam sadar anak yang belum bekerja secara maksimal saja. Pada anak-anak penalarannya masih belum cukup sempurna. Sehingga wajar jika diusia masih kecil anak mengalami kekeliruan dalam memahami suatu permasalahan. Ketika orang mengatakan “nak, itu salah”, atau “nak itu benar”, sebenarnya anak-anak saat melakukan kesalahan/kebenaran mereka juga tidak tahu benar itu apa dan salah itu apa. Nah, disinilah peran orang tua terlibat. Ingat! Bukan karena mentang-mentang orang tua “selalu benar” lo ya. Sangan karena sok tahu orangtua menyebabkan anak tersesat. Perlu diingat, usia 3-7 tahun anak menjadikan ucapan orangtua “kitab sucinya”, yang mereka tahu dan mereka tekankan adalah, apa kata “ibuku”, atau “ayahku”, atau “bupohku”, atau “bulikku” adalah yang paliing benar dari pendapat orang asing lain. Ini pola pikir si anak.
Kembali ke kemampuan otak anak mengaktifasikan memory jangka panjang melalui cerita/dongeng sebelum tidur. Saat orangtua menceritakan sebuah dongeng/cerita, anak dalam posisi sangat rileks dan nyaman. Di dalam psikologi disebut sebagai hipnosis. Sebenarnya setiap manusia memiliki kemampuan menghipnosis seperti uya kuyo. Paling mudah adalah menghipnosis kepada anak lewat mendongeng/bercerita saat anak ingin tidur (daripada seperti uya kuya susah kan mau praktek?, jadi langsung praktek ke anak sendiri lewat dongeng boleh tuh).  Oleh karena itu, cerdas atau tidaknya seorang anak adalah pilihan kata dan muatan positif dari orangtua. Hanya saja untuk memaksimalkan perkembangan otak perlu dilatih dan dipengaruhi dulu. Misalnya dengan metode mendongeng/bercerita. Sebenarnya bisa dilakukan dengan cara yang lain tetapi masih memanfaatkan anak dalam keadaan rileks dan aman. Tujuannya agar stimulus yang kita berikan bisa masuk.

Tanda anak dalam kondisi hipnosis ketika kedua bola mata anak mengalami gerakan memutar, dan setengah tertidur tetapi masih dalam kondisi terjaga dan tersadar. Nah, dimomen inilah bisa dimanfaatkan untuk mengakses pikiran alam bawah sadar anak dengan cara memberikan nilai-nilai positif. Sedikit cerita, kali ini cerita saya yang suka tidur dikelas saat pelajaran. Suatu ketika saya benar-benar tidak bisa menahan rasa kantuk, jadi mata tertidur tetapi tubuh masih bisa menangkap apa yang disampaikan oleh dosen di kelas. Suatu ketika, dikesempatan lain saya bertanya pada dosen, meminta maaf karena saya sering tertidur dikelas dan menjelaskan kenapa saya sering tertidur dikelas (karena kesibukan pada waktu itu). mau tahu yang dikatakan dosen saya?? “Terkadang orang tidur terkadang tidak sepenuhnya tertidur, ada sebagian jiwannya yang masih mampu mengikuti pelajaran. Jadi yang tidur fisikmu, jiwamu masih bisa menyimak, itulah dimana kamu sedang berada di gelombang THETA”, saat itu saya terheran-heran maksudnya, dan baru sadar saat ini jawabannya karena tulisan satu ini (yang mnjadi pertanyaanku, bagaimana tahu beliau bisa membedakan orang yang tertidur kebo dan tertidur tapi bisa menyimak pelajaran ya? : belum terjawab ini).
Lebih tepatnya tidak menjadikan 2 keponakanku dan 1 adik asuh sebagai korban eksperimen, tetapi secara kebetulan saja. Masih soal hipnosis yang melibatkan tiga anak-anak. Pertama, Fafa (adik asuh) setiap kali tidur, ibu tidak mendongeng. Tetapi selalu diberi dot sampai tertidur pulas. Ini berlangsung sampai sekarang (kurang lebih 5 Tahun). Ia sangat cepat dalam merespons/mereaksi soal makanan dan minuman. Kedua, Fahri (keponakan pertama), sebelum tidur, Ibu selalu mengendongnya dan ibu selalu bersholawatyang dilagukan. Sekarang keponakan usia 6 tahun, dia memiliki reaksi sangat cepat soal menghafal sebuah liri/lagu/dan hampir semua sholawatan dia bisa dan hafal. Ketiga, Keponakan terkecil, usianya sekarang 3-4 tahun. SEbelum tidur, ibu selalu membacakan surat Al-Fatihah. Hasilnya belum bisa dilihat, tetapi setiap kali tidur, Jihan bisa minimal hafal Al-Fatihah. Semoga pengalaman dan pengamatan ini bisa dipraktekkan. Sementara belum ada penelitian/observasis lebih lanjut. Masih dalam proses.
MUNGKIN ini penting untuk para orangtua yang memiliki anak-anak, anak yang sejak kecil sudah anda biasakan berfikir ada sisi kekhawatiran. Terkadang, ada fase dimana anak suka menyendiri dan berfikir. Sebenarnya ini yang terjadi pada diri sendiri saat kecil, sisi lain memang bagus, tapi sisi lain juga buruk. Terkadang saat anak  bermain sendirian dirumah, kemudian dia melamun, segera hampiri dan ajaklah berbicara atau berkomunikasi. Bisa jadi anak tersebut sedang berfikir keras, dan apa yang difikirkannya terkadang lebih kritis dari orang dewasa. Ada fase di mana anak mengalami depresi atau stress atas kebingungan pikiran si anak. ciri-cirinya anak banyak bertanya kepada orangtua atau saudara terdekat mengenai. Saat anak banyak bertanya sebenarnya anak sedang mengalami krisis pada dirinya. jadi sebenarnya anak depresi dan binggung, tetapi anak tidak ingin menunjukkan kekhawatiran, depresinya kepada orang sekitarnya. Jadi, banyak bertanya bukan anak itu kritis, tetapi dia ingin keluar dari gejolak pikiran yang menganggu dirinya. ada istilahnya, tapi saya lupa, males harus buka skripsinya :v :D. sementara sekian dulu ya.. besok kita sambung seputar anak~




Daftar Pustaka :
Robert a Baron & Donn Byrne. 2004. Psikologi Sosial. Erlangga
Herna, Asep. 2014. Hebatnya Hipnosis anak. Jakarta Selatan : Panda media.
Elisa., Istiyani, N., & Utami, RKB. 2014. Dampak Mengenalkan Teknologi Pada Anak Menjadikan Stereotip Gender. Yogyakarta : UTY. Prosiding, SEMNAS. 179-181 halamn
Optimalkan Kemampuan Berfikir Anak Optimalkan Kemampuan Berfikir Anak Reviewed by elisa on Wednesday, July 30, 2014 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.