UN Bukan Taruhan Hidup dan Mati
Tanggal 20 April adalah hari di selenggarakannya UN tingkat SMA/SMK. Sedangkan untuk SMP sederat dilaksanakan pada 27 April.Sungguh momentum yang bisa di bilang hari-hari mendebarkan. Belajar selama tiga tahun ditentukan dalam waktu hitungan hari. Sungguh ironi, bagaikan perpolitikan yang menjual suara dengan uang.
Peraturan inilah yang dijadikan alas an anak didik menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kelulusan. Ada yangmengambil jalan lpintas, seperti bekerja sama dengan teman, membeli soal UN, yang isinya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Bahkan tahun kemarin ada yang mrelakan bunuh diri dari pada mengikuti UN.
Baguskah meningkatkan standar kelulusan tiap tahunya? Jwabannya pun relative. Di pandang dari sudut mana kita.
Benarkan persoalan mendasar kependidikan ini dari segi sumber daya manusianya , atau atura n itu sendiri dibuat. Artinya suatu peratuan dibuat, harus ada langkah kongkrit nyata. Contoh : jika melarang para pedagang kaki lima berjualan di inggir jalan, ya… mereka dibuatkan tempat seperti pasar untuk mereka. Tapi kenyataannya pendidikan di Indonesia masih seperti ini.
Lalu sarana dan prasaranan UN serta mental para peserta, apakah sudah maksimal?.
“Aku bingung tidak tau harus jawab apa pertanyaan yang kau lemparkan padaku, aku baru mikirin besok pagi”. Jawab arif syarifudin (18tahun) SMK Muhamadiah 3, satu hari menjelang UN.
“Kalo masalah sarana dan prasaranya sudah di sediakan sekolah. Inginnya UN ini di undur saja. Jujur aku belum siap secara maksimal jika dilakukan besok pagi” ungkap purwanto, siswa SMK Budhi Dharma (17Tahun).
“Wah, aku deg-degan, nervous, gemetar, takut pokoknya campur aduk jadi satu. Pusing, soal hari pertama sulit!!. Mengerjakannya keburu-buru waktu habis”. Ungkap ASna Yumaidah 18 TAhun, SMK Kalasan.
Apa ya, tanggapan siswa dan tanggapan para Pengajar?
“Jangan Cuma menaikan standar kelulusan saja, tetapi dibarengi dengan kualitas”. Jawab singkat Arif Syarifudin (!8 tahun) setelah satu siswa dari SMK Muhamadiyah 3, saat usai UN hari pertama.
“Terlalu padat kurikulum, dan tidak focus. Harusnya dari SMP sudah di arahkan penjurusan,”. Jelas Windu MAhmud salah satu pengajar dari SMPN 2 Bambanglipuro Bantul.
“Sistem pendidikannya gak jelas dalam arti membinggungkan. Karena ganti-ganti kurikulum melulu, seingga kita sering repot dalam mengerjakan tugas sebagai guru. Terutama ketika sedang ujian.
Cotonhonya tahun ini kita sudah menggunakan KTSP, tapi soal dari dinas masih menggunakan KBK. Jadi kita yang terkna komplain wali murid dan anak-anak. Karena materi yang mereka pelajari tidak keluar, yang keluar malam soal yang belum di pelajari. Tetapi ya sejauh ini ibu hanya bisa berusaha menjalan kan tugas yang sudah diamanahkan dengan sebaik-baiknya, terlepas dari segala kekurangan dan kelebihan ibu sebagai manusia”. Jalas ibu Inna Alawiyah, alumnus dari UMJ (Guru SD STIBA Sukabumi), saat saya Tanya melalu FB.
Untuk kanak-kanak kelas tiga, dan adik-adik yang juga akan melaksanakan UN. Kita turut mendoakan kalian semua. Jangan takut gagal. Kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Meskipun ada teman-teman yang menganggap UN sebagai dasar kecerdasan atau bahakan ada yang menganggp taruhan hidup atau mati. Hiraukan perkataan itu jika membuat kawan-kawan tertekan. Lupakan semua kata yang membuatmu takut, jangan dengarkan.
Jika tidak lulus, masih banyak kesempatan. Jalan tidak hanya satu, masih banyak jalan yang belum kita kuak. Hidup bukan di ratapi, tetapi sebagai cermin. Karena hidup sesungguhnya adalah kita bisa mencari hikmah di balik kegagalan dan di balik keberhasilan itu. Jadi untuk kakak kelas tida SMP, SMA jangan pernah putus asa. Raih kembali layng-layang yang sudah putus. SEMANGAT!!!! (Elisa)
Sumber : BIAS
Peraturan inilah yang dijadikan alas an anak didik menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kelulusan. Ada yangmengambil jalan lpintas, seperti bekerja sama dengan teman, membeli soal UN, yang isinya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Bahkan tahun kemarin ada yang mrelakan bunuh diri dari pada mengikuti UN.
Baguskah meningkatkan standar kelulusan tiap tahunya? Jwabannya pun relative. Di pandang dari sudut mana kita.
Benarkan persoalan mendasar kependidikan ini dari segi sumber daya manusianya , atau atura n itu sendiri dibuat. Artinya suatu peratuan dibuat, harus ada langkah kongkrit nyata. Contoh : jika melarang para pedagang kaki lima berjualan di inggir jalan, ya… mereka dibuatkan tempat seperti pasar untuk mereka. Tapi kenyataannya pendidikan di Indonesia masih seperti ini.
Lalu sarana dan prasaranan UN serta mental para peserta, apakah sudah maksimal?.
“Aku bingung tidak tau harus jawab apa pertanyaan yang kau lemparkan padaku, aku baru mikirin besok pagi”. Jawab arif syarifudin (18tahun) SMK Muhamadiah 3, satu hari menjelang UN.
“Kalo masalah sarana dan prasaranya sudah di sediakan sekolah. Inginnya UN ini di undur saja. Jujur aku belum siap secara maksimal jika dilakukan besok pagi” ungkap purwanto, siswa SMK Budhi Dharma (17Tahun).
“Wah, aku deg-degan, nervous, gemetar, takut pokoknya campur aduk jadi satu. Pusing, soal hari pertama sulit!!. Mengerjakannya keburu-buru waktu habis”. Ungkap ASna Yumaidah 18 TAhun, SMK Kalasan.
Apa ya, tanggapan siswa dan tanggapan para Pengajar?
“Jangan Cuma menaikan standar kelulusan saja, tetapi dibarengi dengan kualitas”. Jawab singkat Arif Syarifudin (!8 tahun) setelah satu siswa dari SMK Muhamadiyah 3, saat usai UN hari pertama.
“Terlalu padat kurikulum, dan tidak focus. Harusnya dari SMP sudah di arahkan penjurusan,”. Jelas Windu MAhmud salah satu pengajar dari SMPN 2 Bambanglipuro Bantul.
“Sistem pendidikannya gak jelas dalam arti membinggungkan. Karena ganti-ganti kurikulum melulu, seingga kita sering repot dalam mengerjakan tugas sebagai guru. Terutama ketika sedang ujian.
Cotonhonya tahun ini kita sudah menggunakan KTSP, tapi soal dari dinas masih menggunakan KBK. Jadi kita yang terkna komplain wali murid dan anak-anak. Karena materi yang mereka pelajari tidak keluar, yang keluar malam soal yang belum di pelajari. Tetapi ya sejauh ini ibu hanya bisa berusaha menjalan kan tugas yang sudah diamanahkan dengan sebaik-baiknya, terlepas dari segala kekurangan dan kelebihan ibu sebagai manusia”. Jalas ibu Inna Alawiyah, alumnus dari UMJ (Guru SD STIBA Sukabumi), saat saya Tanya melalu FB.
Untuk kanak-kanak kelas tiga, dan adik-adik yang juga akan melaksanakan UN. Kita turut mendoakan kalian semua. Jangan takut gagal. Kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Meskipun ada teman-teman yang menganggap UN sebagai dasar kecerdasan atau bahakan ada yang menganggp taruhan hidup atau mati. Hiraukan perkataan itu jika membuat kawan-kawan tertekan. Lupakan semua kata yang membuatmu takut, jangan dengarkan.
Jika tidak lulus, masih banyak kesempatan. Jalan tidak hanya satu, masih banyak jalan yang belum kita kuak. Hidup bukan di ratapi, tetapi sebagai cermin. Karena hidup sesungguhnya adalah kita bisa mencari hikmah di balik kegagalan dan di balik keberhasilan itu. Jadi untuk kakak kelas tida SMP, SMA jangan pernah putus asa. Raih kembali layng-layang yang sudah putus. SEMANGAT!!!! (Elisa)
Sumber : BIAS
UN Bukan Taruhan Hidup dan Mati
Reviewed by elisa
on
Friday, October 16, 2009
Rating:
No comments: