Wisman Jatuh Cinta Kebudayaan Jogja

Dinas Kebudayaan Yogyakarta targetkan 100 Desa Budaya di tahun 2020. Semakin banyak tempat wisata baru bermunculan di Jogja, ternayata dibarengi semakin banyak pula desa yang memiliki potensial lain di bidang kebudayaan. Dalam rangka memaksimalkan desa wisata, Dinas Kebudayaan Yogyakarta 22 Maret 2016 menyelenggarakan pengelolaan desa budaya. Ada sekitar 43 desa. Baik yang telah memperoleh SK maupun rintisan. Desa tersebut terdiri dari Kabupaten Sleman, terdiri dari 10 desa di 8 kecamatan. Kabupaten Bantul 9 Desa di 9 Kecamatan. Untuk wilayah Kulonprogo diambil 12 desa dari 11 kecamatan. Begitupun dengan Kabupaten Gunungkidul, terdapat 12 dari 11 kecamatan. Kesemuanya mendapatkan pembinaan agar desa budaya yang ditunjuk matang dalam melakukan berbagai program yang akan diusung.
Pak Umar Priyono tengah memaparkan tentang
potensi desa budaya (Foto : Elisa)
Sriwahyuni Sulitiowati, dari Dinas Kebudayaan saat ditemui ditengah-tengah workshop. Ia menuturkan bahwa kegiatan ini sudah dimulai sejak tahun 1995. Program pengelolaan desa Budaya diselenggarakan dalam rangka menjaga keberlanjutan eksistensi desa budaya Yogyakarta yang sarat makna dan aset kebudayaan. Menurutnya, wisata desa budaya penting dijaga dan dipertahankan. Mengingat banyak budaya barat masuk, salah satu cara meningkatkan kecintaan nilai-nilai kearifan lokal dan memperkuat agar tidak mudah hilang begitu saja, agar terus terjaga.
“Harapan dari program ini mampu meningkatkan kapasitas SDM dan mengenalkan potensi dari desa. Misalnya, Desa A memiliki kekhasan kerajinan dan kuliner, maka itulah yang ditonjolkan,” paparnya.
Pentingnya memberikan dukungan kepada desa yang berpotensi memberikan semangat dan rasa nasionalisme sendiri. Hal ini yang juga dirasakan Bu Yuni saat menceritakan pengalamannya melakukan kunjungan di desa Cangkringan, Sleman. Dimana, di tempat ini turis mancanegara dari Belanda belajar bagaimana carannya menghidupkan api dari kayu, belajar bagaimana memasak sayur lodeh. Mereka belajar kehidupan orang-orang desa dengan cara yang masih tradisional. Mulai mencari lauk dengan cara memancing, kemudian memasak. “Ketika makanpun mereka memakai kuali, batok. Dan ternyata efek wisata desa wisata ini sangat positif,” ceritanya penuh semangat bangga.

Semangat dan kebanggaan Bu Yuni berubah menjadi rasa keprihatinan ketika saya singgung fenomena kawula muda yang mungkin banyak anak muda tidak tertarik dengan kekayaan budaya lokal. Meskipun demikian, Ia tetap optimis, program desa budaya yang dikemas secara menarik mampu menarik remaja untuk kembali mencintai rupa ‘kita’ dan menjaga kebudayaan yang ‘kita’ miliki. (Elisa)


Diterbitkan, Tabloid Remaja BIAS, Edisi 2 | Th. XXI | 2016
Wisman Jatuh Cinta Kebudayaan Jogja Wisman Jatuh Cinta Kebudayaan Jogja Reviewed by elisa on Friday, October 28, 2016 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.