BLUSUKAN JAKARTA PART 3 : Hotel Mewah Tak Semewah Hati Para Pengunjung



Taksi berwarna biru berhenti tepat di depan kantor. Kami segera malaju menuju salah satu hotel yang cukup besar dan berbintang di Jakarta. Taxi menuju ke Bandara Soekarno Hatta, gedung-gedung menjulang. Kali ini saya tidak berdecak kagum seperti orang-orang “ndeso” pada umumnya, meskipun saya sendiri berasal dari “ndeso”. Justru miris aku melihat gedung menjulang, ketika sesampai dijembatan layang, entah di kawasan mana saya tidak tahu. Kejauhan terlihat milyaran genting didataran rendah, kemudian kanan kiri gedung-gedung menjulang sangat tinggi.
Dari kejauhan udara terlihat begitu suram. Sangat suram, tidak terlihat jelas oleh mata. Mungkin itu efek fatamorgana bercampur asam kendaraan Ibu kota dan asap pabrik di kawasan Tanggeran sana. Sedih aku melihatnya, dan cukup damai hidup di Desa saja. Taxi kembali kedataran yang lebih rendah, tak bisa saya memandang panorama yang menyedihkan di Ibu Kota. bagiku, tidak ada daya tarik sama sekali. Pohon nyaris jarang terlihat. Sepanjang jalan hanya pohon dipinggir jalan satu dua tiga saja.
Tibalah di Hotel Sheraton Bandara Jakarta. Kali ini tidak menginap. Bukan, kali ini saya mendapat kesempatan mengikuti rapat bersama para menteri minyak di tanah air. Mengikuti proses rapat yang dihadiri petinggi besar dan penting. Mungkin di sana ada menteri yang sering muncul di televisi, sayangnya selama ini saya sendiri tidak pernah melihat televisi. Wajar jika saya menyamaratakan mereka semua, menyamakan seperti halnya saya sebagai masyarakat biasa (miskin, kaya dan terkenal maupun tidak terkenal sama saja). Tak peduli dengan orang-orang yang ada di depan saya pada waktu itu. Seusai rapat, dan menjadi notulen. Salah satu sekertaris atasan kita bercerita kepadaku sosok orang-orang penting yang ada di depanku dengan segala prestasi dan lain sebagainya. Saya hanya mengangguk, memang setelah diceritakan aku juga tetap tidak mengerti dan tidak tahu siapa. Menurut ceritannya, beliau para menteri kaya di Indonesia. lagi-lagi wong ndeso hanya mengangguk dan dengan polos “ooooo…”, dalam hati, aku tidak peduli dengan itu.

Kami menuju lobi, di sanalah kami dihidangkan banyak makanan super lezat. Makanan yang sungguh menggoda nafsu makan saat itu. Saat itu bulan Ramadhan, yah bulan Ramadhan. Dan rapat dilakukan siang hari. Kami berkumpul di meja bundar, sambil makan. Jangan bayangkan saya ikut makan tanpa dosa seperti mereka. Entah kenapa, pada waktu itu saya tidak tertarik makan. Ya biasa saja tidak ada perasaan apa-apa soal hal ini. Didepanku makan semaunya, tambah porsi sebebasnya dan gratis. makanan seharga ponsel pun akan tetap dihidangkan, masalah biaya sudah ditanggung.
Ada salah satu orang yang cukup punya nama dan orang-orang yang melek media pasti tahu orang tersebut, berkata padaku seperti ini “Ayo makan, Islam Cuma islam, jilbab bukan jaminan bla bla”, entah kenapa saat itu sedikit tersinggung, tapi masih bisa saya tanggapi dengan slengekkan dan retorika basa basi sekenanya, dengan maksud dan keinginan untuk menegaskan apa yang dikatakannya hanya untuk situasioonal.
Tik tok tik tok waktu berjalan. Kali itu saya dengan sekertaris atasan, membuang waktu, sengaja jalan-jalan kebawah. Lebih tepatnya menghindari petua-petua bermulut pisau yang sok keminter soal agama. Sekedar menghindari kekotoran hati. Berfoto-foto seperti umumnya wanita. Sekedar untuk pamer, atau sekedar untuk lari dari ocehan tidak jelas. Jika bisaku putar waktu, ingin aku putar perbincangan dahulu, sekedar membalikkan realitas yang ada. Membicarakan soal iman dan keyakinan, padahal pada waktu mengatakannya juga sambil makan dan minum, padahal ditengah-tengah puasa wajib. Ia sadar dirinya bukan seorang wanita, apabila tidak puasa akan dimaklumi, tetapi orang ini laki-laki yang jelas tidak ada siklus bulanan. Adudombanya sakit maag sebagai alasan untuk tidak berpuasa. Ah sudahlah, setelah aku fikirkan, percuma aku balas, puasaku nanti batal. Wong jowo ki gur di “grundel”, dan untuk hal-hal tertentu “ngrundel” itu lebih baik.
BLUSUKAN JAKARTA PART 3 : Hotel Mewah Tak Semewah Hati Para Pengunjung BLUSUKAN JAKARTA PART 3 : Hotel Mewah Tak Semewah Hati Para Pengunjung Reviewed by elisa on Sunday, June 29, 2014 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.