Mengapa Masalah yang Belum Tuntas Terus Terulang?
Ada satu pengalaman yang hampir semua orang pernah alami: merasa hidup berjalan di tempat. Masalahnya berbeda wajah, tetapi rasanya sama. Dulu konflik dengan orang tua, kini dengan pasangan. Dulu merasa tidak dihargai di sekolah, sekarang di tempat kerja. Seolah-olah hidup sedang memutar ulang cerita lama dengan pemeran baru.
Dalam ilmu kesadaran, kondisi ini tidak dianggap sebagai
kebetulan. Pengulangan justru dipahami sebagai tanda bahwa ada sesuatu di dalam
diri yang belum selesai dipahami.
Kesadaran Tidak Pernah Lupa
Tubuh dan batin manusia menyimpan pengalaman jauh lebih
dalam daripada ingatan logis. Ketika seseorang mengalami peristiwa emosional
yang kuat—ditinggalkan, diremehkan, gagal, atau tidak didengar—reaksi batin itu
tidak langsung menghilang. Ia tersimpan sebagai sensasi, emosi, dan keyakinan.
Ketika seseorang tidak memiliki ruang yang cukup untuk
benar-benar merasakan apa yang sedang terjadi di dalam dirinya—tidak sempat
memahami emosinya, apalagi mengekspresikannya dengan aman—pengalaman tersebut
sebenarnya tidak pernah selesai. Ia tidak hilang, hanya disimpan. Seperti napas
yang tertahan terlalu lama, perasaan itu berhenti di tengah jalan, menunggu
saat yang tepat untuk dilepaskan.
Kesadaran bekerja layaknya arsip hidup yang sangat teliti.
Setiap pengalaman yang belum diproses akan tetap tersimpan rapi di dalamnya,
dan suatu hari akan muncul kembali, sering kali melalui peristiwa lain yang
terasa mirip secara emosional, seakan hidup sedang mengulang cerita yang sama
dengan latar yang berbeda.
Itu sebabnya ada istilah menunggu bom waktu. Ketika meledak
BOOOOM akan fatal. Bagi yang memiliki midset dan mental yang baik akan menjadi
titik balik, dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik. berlaku sebaliknya. Atau
malah membuat cervo lagi-lagi lagi seperti snowball.
Mengapa Hidup Seperti Mengulang Pola?
Otak manusia menyukai pola, karena pola memberi rasa aman.
Secara biologis, otak lebih memilih situasi yang familiar—bahkan jika situasi
itu menyakitkan—daripada sesuatu yang tidak dikenal.
Ketika sebuah luka batin belum disadari, otak akan menarik
kita ke hubungan yang terasa “akrab”, memilih respos yang sama seperti
sebelumnya dan mengulang perasaan yang sama meski konteksnya berbeda.
Bukan karena kita bodoh atau lemah, melainkan karena sistem
saraf bekerja berdasarkan memori lama. Inilah sebabnya seseorang bisa berkata,
“Kenapa aku selalu seperti ini?” tanpa sadar bahwa jawabannya tersimpan di masa
lalu yang belum dipeluk sepenuhnya.
Itu artinya, untuk menyelesaikan pengulangan kita harus
berdamai, memeluk masa lalu kita. tidak harus mengubah sesuatu yang besar yang
berat untuk kita lalukan. Cukup lakukan dengan cara paling inti, yaitu belajar
dari kesalahan/kebodohan/kelalaian/kejahatan atau apapun itu. Dengan menerima
dan mengambil pelajaran hidup, itu cara mudah agar tidak mengulang.
Pengulangan Adalah Bahasa Kesadaran
Dalam ilmu kesadaran, hidup tidak berbicara lewat kata-kata,
tetapi lewat pengalaman. Ketika satu pesan tidak didengar, pesan itu tidak
hilang. Ia hanya dikirim ulang, biasanya dengan volume yang lebih keras.
Awalnya mungkin berupa rasa tidak nyaman. Lalu berubah
menjadi konflik. Jika masih diabaikan, ia datang sebagai krisis. Dan menjadi
masalah yang menganggu. Ini semacam ketika kamu sedang jatuh cinta, mungkin
hatimu berkata “jangan dengan orang ini”, tetapi ego dan ekspektasimu lebih
dominan, sehingga masa bodoh. Dan pada akhirnya, menjadi sumber masalah.
Pengulangan bukan hukuman. Ia adalah cara kesadaran mengajak
kita berhenti dan melihat lebih dalam. Itu artinya, kamu sedang diberikan soal
ujian. Jika masalah kemarin sudah usai, kemudian di kasih soal ujian sama, apakah
akan dijawab dengan jawaban yang sama dengan yang kemarin? Atau dengan jawaban
yang berbeda yang lebih baik. jika jawabanya sama dengan kesalahan kemarin,
akan diberi ujian lagi, begitu seterusnya, tinggal kelas terus.
Mengapa Masalah yang Sama Terasa Semakin
Berat?
Banyak orang merasa, “Masalahku sekarang lebih berat dari
dulu.” Dalam perspektif kesadaran, ini bukan kebetulan. Semakin seseorang
tumbuh, semakin besar kapasitasnya untuk memahami.
Kesadaran tidak akan membawa pelajaran yang belum sanggup
kita hadapi. Masalah terasa berat bukan karena kita melemah, tetapi karena kita
sebenarnya sudah siap melihat akarnya.
Sayangnya, banyak orang justru
berusaha menghindar dengan cara sibuk mencari pelarian, menyalahkan orang lain,
atau menekan perasaan yang muncul. Padahal, yang diminta bukan perubahan besar,
melainkan kejujuran pada diri sendiri.
Penyelesaian Tidak Selalu Berarti Mengubah
Keadaan
Ilmu kesadaran mengajarkan
bahwa masalah selesai bukan ketika situasi berubah, melainkan ketika cara kita
memandangnya berubah. Saat seseorang berani mengakui luka tanpa menyangkal, merasakan
emosi tanpa melawan, dan memahami pola tanpa menyalahkan, maka pengulangan
kehilangan fungsinya. Kesadaran sudah menangkap pesan yang dibawanya. Menariknya,
banyak orang mendapati bahwa setelah mereka benar-benar memahami satu pola
batin, situasi luar ikut berubah tanpa dipaksa.
Ketika Kesadaran Bertumbuh, Pola Pun
Berakhir
Masalah yang belum tuntas akan terus datang, bukan karena
hidup kejam, tetapi karena hidup bersifat cerdas. Ia tahu persis di mana kita
perlu bertumbuh. Pengulangan berhenti bukan karena kita “menang melawan hidup”,
tetapi karena kita akhirnya berhenti melawan diri sendiri. Dan pada titik itu,
hidup tidak lagi terasa seperti lingkaran, melainkan perjalanan yang bergerak
maju.
Dalam ilmu kesadaran, setiap masalah adalah pintu. Selama
pintu itu belum dibuka, kita akan terus berdiri di depannya. Namun begitu kita
berani masuk dan melihat apa yang selama ini kita hindari, pengulangan tidak
lagi dibutuhkan. Bukan karena masalah hilang, tetapi karena kesadaran kita
sudah berubah.
Reviewed by elisa
on
Wednesday, December 31, 2025
Rating:

No comments: