Tuesday, May 28, 2019

Budaya MOS, Masihkan efektif?


Detik-detik pengumuman hasil Kelulusan sudah terlewati. Nilai hasil UN Sudah dapat dilihat. Langkah selanjutnya ialah mencari tempat Sekolah dalam rangka meneruskan estafet masa depan yang lebih baik. Menyambut Tahun Ajaran Baru tahun 2011/2012. Uforia Masa Orientasi Siswa (MOS) segera digelar. Hampir Elemen pendidikan sekolah SMP maupun SMA menyelenggarakan MOS dengan caranya masing-masing.
Foto: Elisa
Beberapa sekolah mengadakan MOS, dari Masa Orientasi Siswa itu sebagai ajang perekrutan geng di sekolah. Ada pula MOS sebagai ajang perkenalan, ajang Balas Dendam tahun lalu, dan ada pula MOS sebagai kegiatan “Keakraban”. Dimana perkenalan murid baru dengan kakak kelas.
“MOS sangat penting dilakukan karena dengan MOS sebenarnya untuk memperkenalkan dirinya sebagai siswa. Selain itu memperkenalkan lingkungan sekolah, dan bagaimana menjadi siswa yang baik. Jadi sebenarnya Masa Orientasi Siswa itu bukan ajang balas dendam maupun sesuatu hal yang bersifat memaksa siswa baru untuk ini itu”.  Jelas Ahmad Yayid, S.Pd. Guru Pengajar di SMK Ma’arif 2 Piyungan, dan juga mengajar di MTs Hasyim Asy’ary Piyungan.
Masa Orientasi Sekolah biasa dijalankan kurang dari satu minggu Panitia MOS biasanya adalah OSIS yang merupakan senior di sekolah. Dan dalam MOS bisanya segala sesuatunya berjalan tidak lazim sebagai ajang keisengan, dan bersenang-senang.
BACA JUGA 'IKUT GENG, BIAR AKRAB DENGAN KAKAK KELAS'
“Menurut saya MOS itu menakutkan dan memalukan karena terlalu banyak persyaratan dan harus mencari sesuatu yang tidak biasa dan kita akan dihukum dengan hukuman yang memalukan jika melanggar. Misalnya diwajibkan membawa minuman banci, ternyata minuman banci itu adalah nama lain dari “aguaria”. Selain itu senior juga sering memarahi kita tanpa kita sadari apa salah kita. Terkadang mereka juga mengajarkan materi dengan dimarahi sehingga membuat kita tegang dan justru sulit memahami materi yang diajarkan,” ujar Silviana Trisna Setia Putri, siswi SMA N 1 Jetis kelas XI Sains 3 ini.
Senada yang di katakan Karina austrina Putri SMP 2 BANTUL mengatakan bahwa dirinya saat Masa Orientasi Siswa merasa sangat lelah, karena ada agenda baris berbaris setiap sore, dan harus membawa aneh-aneh. Kakak OSISnya juga banyak yang sok galak.
Hamasyaroh Intifadha siswi berumur 16 tahun juga ikut berpendapat, “Awalnya saya menganggap MOS itu hal yang memalukan karena harus mematuhi hal-hal yang sangat tidak wajar. Contohnya saja pada MOS tahun lalu saya harus membawa kiso yang digunakan sebagai tas. Kiso adalah tempat ayam yang terbuat dari janur kelapa. Selain itu saya harus memakai sepatu dengan tali dari kain perca yang warnanya berbeda. Tapi karena kita melakukan itu bersama-sama, saya tidak malu lagi. Lagipula saya menjalaninya dengan senang hati. Jadi MOS tidak menjadi beban lagi buat saya,”
“……dari MOS, saya bisa belajar lebih mandiri dan teliti. pesan buat kakak osis yang manis,cakep,kece besok lagi jgn terlalu ribet kasian adek kelas dan tetap semangat!” ungkap Pelajar 16 tahun, Zahra Sonda Arumdani, SMAN 1 IMOGIRI.
BACA JUGA 'NGE-MALL VS NONGKRONG: AJANG MENUNJUKKAN KELAS EKONOMI'
Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan oleh Ketua OSIS Erly lestari sebagai panitia penyelenggara Masa Orientasi Siswa tahun ini, “Tergantung dari segi apa kita memandang MOS itu. Menurut pendapat saya, MOS itu dapat menguji kepercayaan diri kita, selain itu juga menguji kita akan ketertiban dan kepatuhan terhadap tata tertib yang ada. Bagi panitia MOS dan koordinator kelas, mungkin menguji kesabaran dalam menangani siswa baru. Karena siswa baru tidak semuanya takut dan patuh terhadap senior dan peraturan yang ada, ada juga siswa yang nakal dan semaunya sendiri. Tetapi harus diakui MOS memang terkadang memalukan dan menyulitkan beberapa pihak”.
Bagaimanapun untuk kedepannya Masa Orientasi Siswa diharapkan dapat menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan dan tidak terlupakan. Seperti yang dijelaskan oleh Ahmad Yayid S.Pd. bahwa MOS perlu untuk disosialisasikan. Mengenalkan bahwa MOS tidak menakutkan. Bahwa MOS yang bersifat “Keras” memang harus di putus rantai kekerasan cukup sampai disini. Caranya antaralain mensosialisasikan kepada pengurus OSIS Lewat rapat rutin OSIS, maupun melalui jalur BK (Bimbingan Konseling) maupun Guru-guru pengajar di sekolah. Bahwa MOS yang keras tidak akan membawa perubahan yang baik. (Elisa, Risa, Amalia)


Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 3, 2011

Monday, May 27, 2019

Bebas Berekspresi Dengan Karya Fotografi


Fotografi - Tertuang dalam satu wadah “Kebebasan Berekspresi”. Inilah kebebasan berekspresi yang selalu digempor-gemporkan remaja yang mengatasnamakan ke-seni-an. “Rasa” perasaan senang, suka, cinta, rasa mempunyai, rasa memiliki dan berada diposisi yang sangat berharga. Rasa semacam inilah disebut hobi.
Hobi pembentuk awal suatu kebebasan berekspresi. Dimana dari hobi ini muncul rasa ingin mendapatkan hak kebebasan berseni. Hak untuk dihargai. Hobi merupakan jendela kreativitas yang mencoba digali dan dikembangkan. Bentuknya pun bermacam-macam, ada yang berupa berupa Grafiti, Mural, Menulis, Melukis dan karya fotografi. Hobi inilah yang menjadi pusat perhatian yang dapat diidentifikasi sebagai pembentuk karakter seseorang.
Seperti yang kita lihat disepanjang Jembatan Janti misalnya, disana tertuang dalam sebuah gambar berupa mural. Mural adalah gambar fotografi mempunyai pesan moral yang terkandung dalam gambar tersebut. Contoh lain Gedung sekolah. Tidak hanya untuk Mural, grafiti, lukisan saja, tetapi ekspresi dalam jepretan foto juga satu bagian kebebasan berekspresi dalam menuangkan sebuah peristiwa yang tidak terulang.
“Bagiku Fotografi itu sangat menarik dan Menantang”. Ungkap Angger Gregogrogi, alumni SMA 1 Sewon
Hal ini terlihat menjamurnya komunitas fotografi yang bermunculkan. Lebih menariknya lagi di sekolah juga bermunculan komunitas fotografi, khususnya sekolah-sekolah di kota. Hal ini berbanding terbalik dengan sekolah-sekolah yang ada di kabupaten Bantul misalnya.
BACA JUGA 'AIR TERJUN TUWONDO OBJEK WISATA PERAWAN YANG  LUPUT PERHATIAN'
“Aku suka dengan fotografi, tapi itu hanya sekedar suka, aplikasinya belum nyata”. Jelas Fitra Pelajar SMK Budhi Dharma Piyungan. “Karena di daerah sini tidak ada komunitas fotografi. Kalo pun ada harus ke Kota atau bergabung dengan komunitas fotogafi umum”. Jelasnya lebih lanjut.
Berbeda dengan pelajar yang tinggal di bantul, Titian Indriani yang suka dijadikan Model dibanding menjadi Fotografer.
“Jika liat Fotografi sih enak, gak tahu gimana seandainya aku yang jalani menjadi fotografer”. Jelasnya.
Fotografer memotret banyak sudut. Mencari sesuatu yang justru tidak dicarai orang pada umumnya. Aktif memotret miring sana, miring sini mencari diantara kerumunan. Guna mencari engle dan nilai artistik seni yang berbeda. Dimana orang lain melihat objek yang difoto biasa saja tidak ada istimewa dan seni, sesuatu biasa saja. Disitulah sesungguhnya nilai seni berekspresikan ditantang.
“Lucu saja melihat pose orang-orang yang berbeda-beda saat difoto. Apalagi melihat fotografer yang heboh sendiri dengan pengambilan gambar”. Ungkap Tivani Ambarwati, kelas XII Logam SMK N 1.
“Karena aku tidak hobi fotografi, mungkin para fotografer mempunyai kejelian khusus saat memotret sesuatu yang menjadikan foto itu bernilai lebih”. Papar Titian Indriani.
Berbeda lagi apa yang dipaparkan Angger Gregogrogi, alumni SMA 1 Sewon salah satu crew MARKISHOOT (Mari Kita Shooting), “Bagiku fotografi merupakan keindahan seni”. 
BACA JUGA 'DESA KEREBET: MENGENALKAN BATIK KAYU PADA DUNIA'
Ironisnya, Tidak semua elemen wilayah mempunyai fasilitas komunitas maupun wadah menampung hobi kamera fotografi, hingga akhirnya beberapa wilayah yang berada di wilayah seperti di Bantul sedikit sekolah SMA yang memberikan fasilitas komunitas fotografi. Seperti yang di katakan oleh Fitra, pelajar dari SMK Budhi Dharma Piyungan.
“Sebenarnya aku suka fotografi, tetapi itu hanya sebatas angan-angan”. Jelasnya saat saya temui di tempat rental.
 “Sebenernya memfoto itu asik dan banyak tantangan. Hal ini akan dirasain sama orang awam sekalipun. Sekedar memakai kamera mode auto (dalam arti semua sesuatunya manual, jadi cuma tinggal “cekrek”) akan terlihat hasilnya.” Papar Angger Gregogrogi labih lanjut.
“Aku rasa banyak yang tidak memperhatikan hal-hal kecil. Padahal itu penting buat hasil akhir dari gambar yang mau diambil.” Tegas Angger Gregogrogi.
Jadi fotografer itu tidak harus menggunakan kamera DSRL, bisa dengan kamera analog, kamera alternatif berupa Lomo maupun yang lain. Bahkan menggunakan kamera HP juga bisa dimanfaatkan. Tinggal bagaimana sang fotografer tau dimana harus memfoto moment yang tepat.
Settingan kamera yang pas mencari angle yang bagus akan mendapatkan hasil yang bagus dan artistik, foto nampak hidup. Paling penting disini adalah sang fotografer harus pandai memperhatikan hal-hal kecil disekitar lingkungan. Karena itu sangat penting sebagai hasil akhir pada hasil gambar. Jelasnya Alfan Aliafi. S.Pd.I.
Beliau juga memaparkan bahwa bagaimanapun prioritas pertama bagi seorang pelajar adalah belajar dengan baik. Aktifitas diluar sekolah boleh dan sangat disarankan, dengan catatan tidak menganggu kegiatan sekolah. Karena bagaimanapun khususnya di Indonesia mengukur lulus dan ketidaklulusan masih dengan jalur pendidikan formal berupa UN. Jelasnya lebih lanjut.
Y ait hal positif. Terkadang oarnga tidak bakat pada mapel tapi bakat pada hal lain misal fotografi tadi. Karena kemampuan orang berbeda-beda, tetapi jika sampai pendidikan formal tertinggal itu ya sangat disayangkan. Karena pendidikan kita belum mengakui seni bakat sebagai fomal kelulusan masih distandarkan pada mapel 5 pelajaran. Sedangkan orang tidak semuanya berbakat 5 pelajaran ini.
Ya disalurkan bakatnya tanpa meningkallkan pendidikan formal. Ideal ke fotografi tidak apa-apa yang penting jangan kebangeten, itu namanya melawan arus. Lebih baik lagi kalau sekolah memberi fasilis ekstra Fotografi. (Elisa)


Dipublikasi di Tabloid BIAS, 2011

Sunday, May 26, 2019

Diskusi Kongres Duta Anak: Merdekakan Hak Anak


Tumbuh Kembang anak banyak mengalami perubahan yang signifikan yang cenderung mengarah ke degradasi (Kemunduran). Kemunduran tersebut bermanivestasi ketidak tahuan dan kurangnya kesadaran diri mereka. Salah satunya kini banyak terjadinya pernikahan dini. Tidak tanggung-tanggung pernikahan dini saat berada di bangku sekolah. Sampai-sampai di tahun 1990 pernah hits lagu pernikahan dini yang menjadi sontrek sebuah film.
Foto: Elisa
Dampak pernikahan dini ada beberapa faktor. Diantarannya faktor kurangnya lahan bermain untuk mereka berkembang. Sehingga pelarian mereka ke permainan modern yang cangih, simpel. Seperti HP, Internet, TV yang lebih banyak menyumbang pada kemunduran dibandingkan dengan nilai positif.
Faktor lain Efek kekerasan rumah tangga dan broken home. Anak merasa pendapat mereka tidak dihargai, keberadaan mereka tidak diakui oleh orangtua mereka, disebabkan oleh kesibukan orangtua. Anak merasa kurang diperhatikan dan kurangnya kasih sayang. Sehingga anak menjadi memilih dunia luar yang bisa memberi kepuasan dan kasih sayang sebagai pengantinya.
Dalam Rangka Pemenuhan Hak Anak, FAD (Forum Anak Daerah) menyelenggarakan Kongres Pemilihan Duta Anak yang diselenggarakan serentak di 5 Kota di DIY. Antara lain di Balai Kota (FAKTA), Gunung Kidul (FAGK), Bantul (FONABA), Kulonprogo (FAKP), dan Sleman (FORANS). Dari kelima Kabupaten tersebut diambil satu perwakilan dari masing-masing Kabupaten untuk tingkat Propinsi. Setiap masing-masing duta itu lolos tingkat propinsi akan mewakili tingkat Nasional.
BACA JUGA 'OPTIMALKAN KEMAMPUAN BERFIKIR ANAK'
Minggu 29 Mei 2011 Kongres untuk Kota Yogyakarta dan Bantul Mengusung tema “Pemenuhan Hak Anak Cermin Masa Depan Bangsa”. Acara Pembuka Diskusi Kongres Bantul dibuka Oleh Drs. Sigit dari Dinas Pendidikan Menengah dan Informal mewakili Bupati Bantul yang berhalangan hadir. Dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Pendidikan Menengah Informal, perwakilan Dinas Sosial, perwakilan BKK PP dan KB.
“Hak Anak memang banyak sekali. Tetapi dari sekian banyak hal tersebut dapat di golongkan menjadi 4 hak, yaitu hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dan hak partisipasi”. Tutur Krisnoputro seorang mahasiswa kelahiran Trenggalek, sebagai Pembicara.
Seorang anak mempunyai hak menyuarakan aspirasi mereka dengan cara mereka sendiri. Bahwa seorang anak mempunyai perlindungan hukum seperti yang Dijelaskan tentang UUPA No. 23 tahun 2002 yang berisi tentang perlindungan anak.
Konggres ini mengulas tentang perlindungan anak. Membahas Divisi Kesehatan dan Lingkungan, Partisipasi dan Tumbuh Kembang, Pendidikan dan Kebudayaan, Humas dan Jaringan.
Disini ditegaskan bahwa orang tua, teman dan lingkungan harus saling berkaitan satu sama lain. Seorang Teman harus mendukung satu sama lain. Teman baik yang memberi semangat untuk berkembang. Orangtua mampu menjelaskan hak-hak mereka sebagai anak, seperti mendapatkan kasih sayang. Tentunya sebagai anak pula tidak mengacuhkan lingkungan sekitar.
BACA JUGA 'WANITA KARIR, CEMAS ANAK TIDAK NURUT'
Perlindungan Anak antara lain tidak melanggar hak-hak anak, tempat menampung aspirasi anak, tempat mendapatkan kasih sayang dan juga kenyamanan, tempat untuk memenuhi kelangsungan hidup. Faktor hak anak terampas disebabkan adannya masalah tentang Gangster, Pekerja anak, Broken Home, Kekerasan Anak.
Di paparkan pula ini berdampak terhadap Psikologis anak. Mampu mengubah Kepribadian anak yang lembut menjadi pribadi yang keras. Salah satu gejalanya seorang anak tidak betah berlama-lama di dalam rumah. Lebih suka nge-gang, dan keluar dengan teman-teman yang tidak baik. Hal ini menunjukkan terganggunya keseimbangan mental anak.
Di akir acara diskusi memaparkan tentang cara menjaga agar tetap harmonis dengan cara komunikasi antara orangtua dan anak, saling terbuka. Menjadikan orangtua menjadi teman bagi anak, agar berkurang jumlah pernikahan dini di Indonesia. (Elisa, Risa, Arif)


Dipublikasikan di Tabloid BIAS, Edisi 3, 2011

Saturday, May 25, 2019

Meski Mengikuti Ekstrakurikuler, Pelajar Harus Berperan


Karena perilaku sejumlah pelajar yang kurang beretika, khalayak dengan cepat memberi label bahwa pelajar susah diatur dan hanya bikin repot. Stigma ini sering muncul tatkala sekelompok pelajar kedapatan tawuran dengan pelajar lain. Atau nongkrong di tepi jalan tanpa agenda yang jelas.
Pelajar memang harus aktif (Foto: Elisa)
Ruang publik memang sangatlah bebas. Temasuk cara mengisinya. Tentu lebih bermanfaat jika ruang publik yang bebas tersebut mampu dimanfaatkan untuk adu kecerdasan dengan beragam aktivitas. Pelajar memiliki kesempatan luas mengisi ruang publik tersebut. Oleh sebab itu peran pelajar dalam menyikapi dinamika publik menjadi sebuah tantangan yang harus dijawab. Melalui aktivitas ekstrakurikuler (ekskul) yang diikuti pelajar, baik individu maupun berkelompok kesempatan memerankan beragam aktivitas di ruang publik semakin terbuka. Tentu dengan tujuan positif, yakni menyuguhkan unsur kecerdasan khas pelajar.
Seperti yang dilakukan Valentina S.Sitorus (16), siswa kelas X SMAN 6 Yogyakarta. Cewek yang biasa disapa Valen, selain sebagai pelajar, ia memiliki banyak peran, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. ”Organisasi yang sudah aku ikuti  paduan suara SMAN 6 (MW Suara), teater eMWe, MW Basket Ball, Bantara SMAN 6, vokalis UPLOAD band, juga menjadi ketua di salah satu komunitas gereja,” ungkap Valen, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara tersebut.
BACA JUGA 'PELAJAR JOGJA DUKUNG UJI COBA PLASTIK BERBAYAR
Valen juga menyampaikan sebagian besar organisasi yang dia ikuti lahir dari niatan pribadi dengan cara mendaftar sendiri karena sudah menjadi keinginannya. Meski ada yang dipilihkan. Karena keinginannya mengejar kejuaraan DBL, saat ini ia lebih banyak menekuni Muda Wijaya (MW) Basket Ball.
Di sisi lain, orang tua Valen mendukung 100 persen kegiatannya. Hanya berpesan agar tetap jaga kondisi dan pastikan selalu dalam keadaan yang baik. Justru yang sedikit menggangu, tambah Valen, kesulitan membagi waktu dengan pacarnya.
Aktivitas multiperan juga dijalani Hakam Aji Ramadhan (16). Pelajar SMAN 6 Yogyakarta ini mengaku mengikuti lima ekskul dan dua organisasi lain di sekolahnya. ”Aku serius di Muda Wijaya Hiking Club (MWHC) dan KIR (MWSC). Sementara di catatan BK, aku hanya tercatat peserta ekskul musik (MWSuara). Aku pun sering bergabung di ekskul jurnalistik (MWJC) dan sinematografi (MWCinema). Juga berbaur di Rohis Ash-shaff SMAN 6 serta Green School (MWGSC),” terang Hakam yang menjadwal ketat setiap kegiatan agar dapat teratur diikuti.
Hakam merasa sejumlah kegiatannya kurang mendapat dukungan orang tuanya. Tapi ia yakin, tidak ada larangan selama yang dilakukannya positif.
Hal serupa juga dijalani Novianda Aditya Istiqomah, siswa SMAN 1 Yogyakarta. Sejumlah peran juga ia jalani melalui kegiatan ekskul yang jadi pilhannya. ”Aku ikut peleton inti (tonti), pakibraka, debat bahasa Inggris, jurnalistik, juga olimpiade astronomi,” ungkap dia.
Hanya saja saat ini, Ovi sapaan akrabnya, lebih fokus pada kegiatan paskibraka. Lantaran telah lolos seleksi untuk tingkat kota Yogayakarta. Bahkan ia mengaku merelakan segala macam kegiatannya untuk serius di paskibraka. Meski begitu, Ovi juga sepakat jika sekolah tetap harus jadi prioritas utama, dengan cara menetapkan planning ke depan dengan jelas.
BACA JUGA 'BUDAYA KIAN MENGISTIMEWAKAN YOGYAKARTA
Guru Bimbingan Konseling (BK) SMAN 6 Yogyakarta Redita Yuliawanti, memaparkan seorang pelajar multiperan tidak harus berperan aktif dalam bidang akademik saja. Tetapi mereka juga bisa aktif dalam bidang lain. Seperti halnya yang dilakukan sejumlah siswa, yang sudah bersosialisasi dan mengembangkan diri melalui banyak kegiatan yang diikuti. ”Siapapun bisa menjadi remaja yang memiliki banyak peran. Tapi harus pandai-pandai mengatur waktu,” kata dia.
Secara psikologis, lanjut Redita, remaja yang banyak bersosialisasi akan mengalami perkembangan pesat. Semakin banyak aktivitas positif yang dijalani semakin bagus. Di masa depan nanti pelajar tersebut akan merasakan efek positifnya.  (afidati milati/ dina aulia) -- ed: irawan.

Dipublikasikan di Tabloid BIAS, Edisi 2, 2011

Friday, May 24, 2019

Ekskul versus Sekolah


Bagi seorang pelajar, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) di sekolah banyak menfaatnya. Ekskul merupakan kegiatan yang positif. Dengan mengikuti ekskul, pelajar dapat mengembangkan bakat yang dimiliki, yang mungkin tak tersalur pada saat jam pelajaran reguler.
Pelajar MI Sananul Ula: Ekskul Paduan Suara (Foto: Elisa)
Mengikuti ekskul bisa menambah banyak teman, banyak kenalan baru dan belajar berorganisasi. Persoalan mulai muncul, bagaimana kalau terlalu banyak mengikuti ekskul? Adakah dampak positifnya? Atau malah menggangu proses pembelajaran di sekolah?
”Prioritasku ekskul!” ujar Dyah Prihandini, siswi SAMN 1 Wates. Dyah menganggap sekolah itu santai, kalau ada kesulitan bisa bertanya pada teman yang lebih pintar. Sedang ekskul yang diminati dan ditekuni, bisa membuahkan prestasi yang akan membanggakan orang tua.
Gara-gara ikut ekskul terlalu banyak, lanjut Dyah, dirinya pernah juga dimarahi orang tua. Itu karena suatu saat, habis pulang sekolah tidak langsung pulang ke rumah tapi langsung ikut ekskul. Meski dimarahi orang tua dan kadang kondisi tubuhnya ngedrop, Dyah tetap semangat mengikuti ekskul yang sebagian besar bidang olahraga. Karena dia ingin mengembangkan bakat kepemimpinan dan aktivitas di luar sekolah.
BACA JUGA 'YOGYAKARTA SEBAGAI MINIATUR BHINEKA TUNGGAL IKA

Kemanfaatan mengikuti ekskul juga dirasakan Dwi Ariyanto. Pelajar SMKN 2 Pengasih Kulonprogo tersebut aktif mengikuti organisasi di sekolah seperti osis, rohis, dan drumband. Meski dirasa memakan banyak waktu, olahraga bola voli juga diikutinya. ”Seorang pelajar, di dalam kesibukannya harus tetap menyelipkan kewajiban sekolah, yakni belajar,” ujar cowok yang memiliki sapaan akrab Aan ini. Karena dengan berkegiatan di luar sekolah telah memberikan banyak kemanfaatan juga memiliki keasyikan tersendiri.

Lain halnya yang diungkapkan Handayani Tri Rezeki, siswa SMAN 11 Pengasih Kulonprogo. Sosok yang biasa disapa Kiki ini menyatakan kegiatan ekskul di sekolah sangat membosankan, meski pernah mengikuti ekskul drumband saat kelas X.  Dia juga menyatakan lebih senang mengikuti kegiatan di luar lingkungan sekolah, seperti olahraga kempo yang diikuti sejak di sekoah dasar hingga sekarang.
Kini Kiki sedang berlatih untuk menghadapi persiapan Pra PON yang akan diselenggrakan 20-24 Juli 2011. Melalui kempo Kiki telah memberikan sejumlah prestasi juara untuk sekolahnya. ”Biasanya cewek dianggap remeh. Dan aku aku nggak ingin kayak gitu,” ungkap Kiki serius.
Terbukti bahwa kegiatan di luar aktivitas akademik menjadi bagian dari keseharian yang menyenangkan. Tak hanya berfungsi mengusir kejenuhan dan ajang menyalurkan bakat, namun mampu membuahkan prestasi. Sekolah pun mulai memetik hasil dari aktivitas siswa di luar jam pelajaran. Di sisi lain, pelajar yang mengikutinya termotivasi dan percaya diri. Maka tak heran, banyak pelajar yang mengikuti kegiatan ekskul lebih dari satu jenis.
Heru Safrudin misalnya. Siswa SMK Ma’arif 1 Wates ini sangat suka olahraga. Maka sejumlah olahraga tak mau terlewatkan untuk diikuti. Mulai dari ekskul sepak bola, futsal, dan badminton telah menjadi aktivitas pendamping di luar rutinitas sekolah. Alasannya sejak kecil telah menyenangi kegiatan olahraga. Tak hanya olahraga, Heru juga terlibat di beberapa organisasi di sekolahnya, yakni Osis, Dewan Ambalan, (pengurus pramuka), dan Saka Wira Kartika.  
BACA JUGA 'MELAWAN ARUS INTOLERANSI, PELAJAR JOGJA PERTAHANKAN SIKAP TOLERANSI

Tak jarang Heru dinasihati orangtuanya perihal pembagian waktu antara belajar dan mengikuti ekskul. ”Aku suka membuat planning terlebih dulu, agar kegiatan berjalan lancar,” kata dia.

Berkegiatan di luar jam pelajaran bagi sejumlah pelajar tentu menuntut sejumlah konsekuensi, salah satunya manajemen waktu. Tentu ini juga melalui proses belajar yang tak sebentar. Bagaimana seorang pelajar mampu berprestasi tentu diawali pembagian waktu dan menentuan prioritas yang dibuatnya dengan tepat. Selanjutnya konsisten untuk dikerjakan dan ditaati, sehingga prestasi akan mengikuti. (amin sayaifullah) -- ed: irawan

Dipublikasikan di Tabloid BIAS, Edisi 2, 2011

Thursday, May 23, 2019

Tips Manajemen Waktu


Sekarang tidak pandang, tidak pelajar, karyawan atau orang tua kita sudah pasti memiliki kepadatan beraktivitas. Bentuk aktivitasnya pun macam-macam. Bahkan, pelajar SD sekalipun kini juga memiliki segudang aktivitas yang super padat. Jadi mulai pagi hingga sore selalu ada aja kegiatan yang di habiskan. Lantas apakah mereka memiliki manajemen waktu yang baik?
Mikir cara manajemen waktu (foto: Elisa)
Ternyata tidak semua orang bisa memiliki manajemen waktu yang baik. Alih-alih mengikuti banyak aktivitas juga akan memperoleh hasil yang banyak. Ternyata justru menjadi berantakan. Jadinya tidak ada satupun goal yang diinginkan tertangkap. Kenapa bisa demikian? Jawabannya mudah, itu bisa disebabkan karena terlalu bingung ingin menyelesaikan mana dulu.
Sebenarnya mengikuti aktivitas yang padat bukan menjadi alasan tidak bisa mencapai goal. Sebenarnya goal itu ditangkap kita atau tidak itu tergantung dari kepandaian kita dalam manajemen waktu. Lantas, apa saja sih tips manajemen waktu yang baik dan tepat? Berikut tipsnya.
1.    Catat Jadwal Hari ini dan hari besok
Agar tidak terdistrak dengan kegiatan-kegiatan yang lain, maka tips manajemen waktu yang pertama adalah mencaat jadwal hari ini atau esok pagi. Cara ini cocok buat kita yang merasa tidak memiliki ingatan yang tajam. Jadi mencatat juga bisa melatih memory untuk mengingat loh.
2.    Buatlah Skala Prioritas
Kesalahan yang seringkali dilakukan, tanpa di sadari adalah karena tidak bisa membagi waktu. Akibat tidak bisa membagi waktu, dapat menimbulkan kita menjadi binggung ingin mengerjakan kegiatan atau aktivitas yang mana dulu. Jika kamu merasa binggung, kamu bisa membuat skala prioritas.
Catat semua aktivitas atau tugas yang harus kamu kerjakan. Jika perlu, catat waktu deadline tugas yang menjadi beban kamu. Setelah semua jadwal dan aktivitas tercatat, langkah selanjutnya adalah, lingkarai pekerjaan atau tugas yang paling mendesak terlebih dahulu. Jika kegiatan atau aktivitasmu banyak, lakukan penandaan dengan memberikan angka.
Missal, memberi angka 1 untuk tugas atau aktivitas yang paling segera di kerjakan. Begitupun seterusnya. Jadi, dari sinilah minimal kita tahu mana dulu yang harus kita kerjakan terlebih dahulu. Ini pulalah tujuan dan maksudnya skala prioritas.
3.    Buat Segera Tugas-tugas untuk menghindari Tumpukan pekerjaan yang mendadak.
Kesalahan umum yang lain, kita lebih sering menunda pekerjaan. Kelihatannya sepele, namun hampir sebagian besar kasus penyebabnya hal sepele semacam ini. Oleh karena itu, tantangan besar kita adalah melawan diri sendiri dan disiplin untuk sesegera mungkin menyelesaikan tugas-tugas yang minta segera di kumpulkan.
BACA JUGA 'TIPS MEMBUAT STATUS YANG BERMANFAAT' 
4.     Agar tetap semangat setiap hari, Buatlah Target Masa Depan.
Nah, khusus bagi kamu yang merasa kurang greget dengan aktivitas yang dijalani. Tidak ada salahnya jika kamu membuat deadline atau target. Tujuannya jelas, untuk memicu semangat agar segera selesai. Tentunya, cita-cita dan keinginan kamu tidak sebatas isapan jempol.
5.    Terakhir, Berusaha, Berdoa, Ikhlas.
Tips terakhir adalah, berusaha sekeras tenaga, diiringi doa yang iklas. Karena doa dan usaha yang tulus, tidak akan membohongi hasil. Semisalpun hasil akhirnya jelek untuk kita, pasti itu takdir yang terbaik, dan ada rencana yang lebih manis di depan sana.

“Jika Kau Memberikan Suatu Hal Terbaik untukmu, Tuhan, dan Waktu. Maka Waktu, Usahamu, dan Tuhan Akan Menggantikan Kegigihanmu itu lebih dari apa yang kau berikan untuknya” (Elisa)

Wednesday, May 22, 2019

Kegiatan Seabrek, Sekolah Jalan Terus


Setiap mendengar kata sekolah, maka yang tersirat adalah kata, ”belajar, belajar dan belajar”. Memang benar, sebagai pelajar memiliki kewajiban utama belajar. Maka tidak ada salahnya kalau mengartikan sekolah sebagai tempat belajar.
Aktif berkegiatan (Foto: R. Cepi)
Tak hanya sebagai tempat belajar, dalam artian rutinitas di ruang kelas,  sekolah juga diposisikan sebagai tempat menyalurkan dan mengembangkan bakat yang dimiliki para pelajar. Di sela-sela waktu menunut ilmu di lingkungan sekolah, setiap pelajar diberi kesempatan mengembangkan talenta yang dimiliki.
Di sejumlah sekolah telah disediakan cara untuk menyalurkan bakat, salah satunya melalui program ekstrakurikuler (ekskul). Setiap sekolah memiliki ekskul yang berbeda-beda. Bahkan dalam satu sekolah, memiliki ekskul lebih dari 20 jenis yang berorientasi pada pengembangan bakat  pelajar.
Dari sekian banyak ekskul, ada sejumlah ekskul yang populer dan banyak diminati pelajar, diantaranya olah kedisiplinan melalui peleton inti (tonti), Karya Ilmiah Remaja (KIR), basket, Palang Merah Remaja (PMR), komputer, jurnalistik, fotografi, bola voli, dan olahraga bela diri semisal karate. Sejumlah aktivitas tersebut menawarkan pengembangan bakat individu, sehingga mampu berprestasi di luar nila-nilai akdemik.
BACA JUGA 'BERANI ITU PILIHAN


Suci Nurani Wulandari (17), siswa kelas XI SMA 1 Mlati, Sleman menyatakan memilih ekskul basket karena menyukai olahraga basket sejak SMP. Dari kegiatan yang diikuti, cewek yang akrab disapa Ucig ini, telah menorehkan sejumlah prestasi, yakni juara 1 basket Porkab 2011, juara 3 basket porkab. Dia juga pernah meraih juara 3 menulis cerpen Sastra UGM dan juara 1 menulis puisi Sastra UGM .
Ucig memang tetap mengutamakan belajar. Bukan berarti setengah-setengah mengikuti ekskul. Meski dirinya banyak izin tidak masuk sekolah untuk mengikuti beberapa lomba yang waktunya bertepatan dengan jam pelajaran sekolah. ”Semua toh tetap berjalan tergantung dalam membagi waktu. Saya mencoba menyisakan waktu satu setengah jam setiap hari untuk belajar,” terang Ucig.
Untuk  mengejar tertinggal pelajaran, Ucig ikut les privat. Ia mampu menggunakan waktu weekend untuk refreshing atau istirahat. Orang tua Ucig selalu mendukung kegiatan yang dilakukan anaknya selama kegiatan itu positif. Hobi menulis, membaca dan online, kerap dilakukan saat mengisi waktu luang. Meski ia mengaku, sempat tiga kali jatuh sakit karena terlalu kelelahan dalam berkegiatan.
Valentina Sidik (16) siswa SMA 2 Sleman menegaskan untuk mengikuti banyak kegiatan haruslah taat jadwal dan disiplin waktu. Siswa yang mengikuti dua ekskul yakni tonti dan komputer ini, lebih mengutamakan pelajaran. Saat dia memiliki waktu luang lebih sering memanfaatkan untuk refreshing atau mengerjakan sesuatu yang belum terselesaikan.
BACA JUGA 'BELAJAR MORAL LEWAT PEKAN TEATER NASIONAL

Bagi Joko (18), siswa kelas XI SMA 1 Godean, yang aktif di ekskul karate, merasakan kegiatannya sangat bermanfaat. Karena ekskul karate dirasa mampu menyalurkan bakat yang dimiliki. ”Kita harus berprinsip efisien menggunakan waktu. Karena kalau kita berprestasi dapat menjadi kebanggan orangtua dan diri kita sendiri,” katanya dia.

Tugas utama pelajar memang belajar tapi perlu juga hiburan. Bagi sejumlah pelajar, menghibur diri bisa dilakukan dengan cara menyalurkan bakat melalui ekskul di sekolah. Sehingga kejenuhan menjalani rutinitas sekolah mampu terobati.  (desi novita/ abey ya’ala) -- ed: irawan


Dipublikasikan di Tabloid BIAS, Edisi 2, 2011

Tuesday, May 21, 2019

Multiperan Pelajar Sebagai Pondasi Bangsa


Peranan pelajar adalah suatu bentuk ekspresi pondasi membangun suatu bangsa. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada seberapa cerdas pemuda saat ini. Inilah mengapa pemuda, khususnya pelajar sering menjadi pembicaraan hangat ketika suatu negeri mengalami carut marut problematika.
Proses pembelajaran (Foto: Elisa)
Kedudukan yang tidak bisa dipandang sebelah mata, bahwa pendidikan turut berperan aktif meningkatkan kapasitas dan kualitas mental seorang pelajar. Memberikan wadah berupa pendidikan formal maupun ekstrakurikuler media untuk mematangkan skill. Menggali kemampuan lebih awal guna menghadapi tantangan kedepan. Melatih kepemimpinan dan memupuk pengalaman lebih awal sebelum berada di medan perang sesungguhnya. Inilah yang mencoba disampaikan oleh Gunawan, S.Si Co, M.Pd salah satu pengajar di Bantul yang melihat peran pelajar yang multiperan.
Seperti yang terjadi lingkungan kita. Teman-teman kita, bahkan kita sendiri yang mengikuti banyak kegiatan di sekolah. Mulai dari mengikuti  kegiatan Ekstrakurikuler maupun non Ekstrakurikuler di kampung.
BACA JUGA 'MULTIPERAN PELAJAR, PERLUAS WAWASAN
Diawali sejak pagi hari berperan menjadi seorang pelajar di sekolah. Mengikuti pelajaran sehari-hari, usai pelajaran berpindah peran sebagai leader dalam organisasi Ekstrakurikuler hingga larut. Sesampainya dirumah berperan menjadi seorang anak yang harus membantu ayah dan ibu. Belum kegiatan organisasi di kampung.
Begitu hebatnya seorang pemuda pelajar sekarang, begitu berani mengambil banyak peranan dalam satu waktu. Berlatih lebih awal tentang menajemen waktu. Inilah kehebatannya. Meskipun Ada diantara pelajar yang pasif memandang hal ini berlebihan, sangat tidak mungkin dilakukan, dan menyiksa diri mereka sendiri yang terforsir. Tapi bagi mereka yang aktif menjadikan semua terasa menyenangkan.
“Bagiku tidak masalah, selama ini saya mengikuti 5 ektrakulrikuler di sekolah. seperti mengikuti olimpiade TIK. membuatku berkembang, lebih memperluas pemikiran dan pengalaman” jelas Nofrian Muhammad Muslih pelajar dari SMA N 1 IMOGIRI.
Beda lagi jawaban Fakhrunnisa yang sedang duduk dikelas XII IPS 3 di SMA N 2 Bantul. Baginya mengikuti ekskul ajang menambah wawasan, pengalaman, dan menambah teman. Selain itu juga melatih tanggung jawab atas tugas yang di amanahkan padanya.
Kebanyakan dari pelajar yang mengikuti banyak kegiatan di luar jam wajib belajar di kelas, faktor lain yang membuat mereka tetap bertahan mengikuti ekstrakurikuler disebabkan banyak hal, antara lain mengisi waktu luang, hobi, karena ingin tahu dan lain sebagainya.
“Saya mengikuti kegiatan ini karena kegiatan inilah yang membuat saya tertarik. Selain itu mengikuti ekstra untuk memanfaatkan waktu luang,dan tentunya menyalurkan hobiku bermain voli. Belajar membagi waktu. hemh,susah juga,tapi never mind”, Jelas Yashinta Prahastiwi (17 tahun) SMA N 1 IMOGIRI.
Saat beberapa pelajar ditanya diwaktu yang berbeda perihal prioritas ekstrakurikuler dengan pelajaran formal yang dijalani, mereka menegaskan tetap menomersatukan pendidikan formal.
Adapula beberapa dari mereka yang mengalami gangguan kesehatan. Beberapa faktor, seperti kurang makan, kurang istirahat yang memicu kekebalan metabolisme tubuh menurun kemudian jatuh sakit. Dampak dari kesibukan lain berkurangnya waktu luang berkumpul bersama keluarga.
Seperti yang diutarakan pelajar,. dan waktu luang untuk berkumpul dengan keluarga efek dari kesibukan
“Jujur dengan banyak kegiatan yang aku jalani sekarang ini, aku gampang banget nge-drop. Mungkin itu karena aku lebih memikirkan kegiatanku dari pada kesehatanku”, Ungkap Aris Munandar, kelas X di SMA N 1 Bambanglipuro.
“Meski waktu untuk keluarga kini menjadi berkurang, tetapi keluarga tetap memakluminya. Mengingat kegiatan saya yang banyak, insyaalah teman-teman juga tidak ada yang mengeluh baik dalam kelompok tugas atau yang lainnya. Meski banyak kegiatan, tapi tidak berdampak pada uang saku”, jelas Erly Lestari.
Berbeda dengan beberapa pelajar yang tidak aktif dalam beberapa organisasi sekolah.  seperti yang di ungkapkan oleh Risa Aulia Ranu, XI IPA 2, pelajar dari SMA N 1 Pleret. Bahwa kendala tidak mengikuti ekstrakurikuler pilihan disebabkan beberapa hal. Antara lain jarak tempuh rumah sekolah yang jauh dan memakan waktu banyak, faktor kecocokan komunikasi dengan teman yang disebabkan dari oleh faktor egosentrisme.
BACA JUGA 'KULIAH PERLU KEJELASAN TUJUAN
“Satu hal yang terlupakan bagi pelajar yang aktif dalam organisasi, yaitu kebersamaan bersama keluarga. Salah satu cara adalah berkomunikasi. mengkomunikasikan segala aktifitas yang ditemui”, Jelas Gunawan, S.Si Co M.Pd salah satu pengajar di Bantul yang juga seorang Dosen di UPY.
“Dimana Orang tua disini sangat berperan penting, maka karena itu komunikasi sangatlah membantu. Karena banyak anak muda sekarang lebih fleksibel curhat dengan orang luar di bandingkan dengan keluarganya sendiri. Meskipun tidak semua orangtua memiliki perhatian pengertian yang sama. Nah disinilah kita sebagai seorang pelajar yang harus aktif dalam keluarga dan aktif di sekolah harus saling beriring”, Ungkapnya lagi
Pengajar Logika, Evaluasi dan Matematika yang akrab disebut Pak Gun ini mengungkapkan kesan terakhirnya, “Bangga dengan murid aktif. kalian memiliki nilai lebih dibanding yang lain. Tetaplah berjuang. Orang Aktif bisa mengalahkan orang Pintar. Catatannya adalah gigih. Berani menantang masa depan”, pungkasnya. (Amalia, Elisa, Arif & Risa)

Monday, May 20, 2019

MENERAPKAN SKILL SEJAK DI BANGKU SEKOLAH MENENGAH ATAS


Sebuah rutinitas Pagi hari, sepanjang jalan Piyungan-Prambanan Km 1 banyak anak-anak berjalan mengendarai sepeda maupun berjalan kaki menuju komplek persekolahan. Tanpa di atur aparat keamanan, para pelajar berjalan antri di belakangnya. Pelajar-pelajar dengan sendirinya mengatur gerak langkah mereka menuntut ilmu ke sekolah masing-masing.
Foto: Elisa
Seperti yang terekam di SMK Ma’arif 2 Piyungan. Setiap pagi bersama-teman-teman sebelum pelajaran dimulai diawali dengan membaca asmaul husna bersama-sama. Kemudian di lanjutkan dengan proses belajar rutin.
Sekolah Menengah Atas yang didirikan tahun 1997, oleh Yayasan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU (Nahdhotul Ulama) Kabupaten Bantul. Sekolah ini  selama dua tahun berturut-turut berhasil meluluskan 100% anak didik yang mayoritas pelajarnya adalah Putri, dengan konsentrasi bidang keahlian kejuruan Tata Busana.
Para siswa dibekali Ketrampilan praktek untuk membuat pola dasar membuat baju, kemudian masuk ke tahap penjahitan baju yang baik dan benar. Baju-baju yang dibuatnya itulah yang nantinya diharapkan mampu memberikan ketrampilan dasar ketika peserta didik sudah lulus dari sekolah SMK tersebut. Dimana pangsa pasar dunia mode masih terbuka lebar, Karena sekarang demam trend mode.
BACA JUGA 'SMKN 1 PENGASIH: BERWAWASAN AGAMA TANPA MENGECUALIKAN WAWASAN LOKAL
Selain ketrampilan Tata Busana, Sekolah Menengah Atas yang di kepalai oleh Saifudin S.Ag juga sering menyabet beberapa kejuaraan dibidang luar ketrampilan Tata Busana. Seperti MHQ, MTQ, Paduan Suara Islami, Gerak Jalan, Pidato dll.
Hal ini terlihat di ruang tamu berukuran 3 x 4 meter di etalase berjejeran benyak piala. Beberapa diantarannya juara satu MHQ (Majelis Hifdzil Quran) tingkat SMA/SMK Tingkat Putri pada tahun 2004, 2007 dan 2009. Sedangkan untuk lomba MHQ (Majelasi Tilawatil Quran) mendapatkan juara satu tingkat SMA/SMK kategori putri pada tahun 2008. Adapun juara yang lain ada gerak jalan Juara I pada tahun 2009 dan lain-lain.
Gedung yang berukuran 21 x 9 m2 menampung kurang lebih 350 siswa ini juga mempunyai tujuan antara lain mendidik siswa menjadi manusia yang agamis, produktif dan berguna bagi masyarakat.
Dimana hasil dari proses belajar jurusan busana diharapkan mampu menghasilkan SDM yang berkualitas. Memberikan alternatif ketrampilan setelah lulus dari SMK MA’Arif 2 Piyungan. Mampu membuka lapangan pekerjaan melalui ketrampilan tersebut.
Sekolah menengah kejuruan Ma’arif 2 Piyungan bervisi misi untuk meningkatkan kerja tingkat menengah dan berakhlak karimah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan globalisasi yang semakin cepat.
Dimana dalam Visi SMK yang berdekatan dengan Masjid dan MTs Hasyim Asy’ari ini berharap akan menghasilkan tamatan berbudi pekerti luhur, menghasilkan lulusan yang berhasil menguasai ketrampilan sesuai program. Juga menghasilkan tamatan yang berjiwa wirausaha. (Elisa)

Dipublikasikan di Tabloid BIAS. Tahun 2011


Sunday, May 19, 2019

Kristal di Ujung Perjalanan


Semburat mentari menembus disela dahan-dahan rimbun. Embun berkumpul diujung rumput ilalang menyerupai butiran kristal-kristal kecil. Perlahan jatuh menyemai tanah, hilang lenyap terserap. Sedangkan dingin masih merayap setiap sum-sum tulang. Seperti inilah sebuah rutinitas panorama alam yang klise di depanku .
Foto: Elisa
Lihatlah fisikku, pendek, kecil, hitam, keriting dan tidak cantik. Tidak ada yang dibanggakan dariku. Aku bukan berasal dari keluarga kaya, keturunan terpandang. Maupun sesuatu hal yang dapat mengasumsikan seseorang memandangku lebih.
Semangat, kerja keras, doa dan mencoba setiap kesempatan yang ada. Tidak ada kata menolak sebelum mencoba. Itulah yang aku miliki dari hari ke hari yang lalu hingga saat ini. Menanti hari esok, berharap aku berlari siang-malam akan menuai keajaiban sinar gemerlapan.
Inilah elegi hidupku. Kakiku tidak diciptakan pergi ditempat mewah gemerlap sarat jalan instan. Nyanyian perjalananku penuh liku dan darah. Satu hal yang aku sadari, ini jalan Tuhan untuk mendewasakanku. Nuraniku diantarkan pada ruang tempat gelap gulita. Suatu ruang udara yang sesak aku hirup, tapi aku sadar pencarian ruang waktuku ini hanya sebuah episode menuju kegemerlapan yang sesungguhnya. Tentunya yang tidak dimiliki semua orang.
***
Embun menetes dipucuk-pucuk ilalang. Ku biarkan kakiku basah oleh embun di hamparan luas yang di penuhi rumput ilalang yang tumbuh liar. Aku terhenti sejenak, hanya memandang kanan dan kiri. Kucermati gedung yang berukuran kecil. Tidak sebesar kampus-kampus yang berdiri di tengah kota jogja. Sebuah kampus minoratas saja. Disinilah aku temukan semangat baru

BACA JUGA DINGINNYA JOGJA 

Tiada penyesalan aku sekolah di kampus dekil ini. Kampus yang tampil apa adannya, disini aku temuai teman yang bersemangat. Teman yang selalu memberiku inspirasi, membuat pikiranku meluap dalam sebuah kerangka masa depan yang tertuang dalam ambisi yang bagiku begitu sempurna.
Sungguh hanya optimisme ini yang aku punya. Aku tidak punya apa-apa untuk menguatkan asa pengharapan yang begitu aku idamkan.
Demi mengenyam pendidikan. Aku harus banting tulang. Bangun dini hari, pulang larut malam. Setiap hari ku jalani tanpa ragu. Karena hanya ini satu-satunya modal dan kekuatan yang tersisa melekat di tubuhku. Tidak ada yang lain.
Satu-satunya kampus yang memberiku jalan menuju mimpi-mimpi besarku pun kini sepertinya harus kandas. Langkahku kini bimbang. Aku bukan tokoh dari negeri dongeng yang kisahnya dapat ditebak. Ini adalah dongeng perjalan hidupku yang terkungkung oleh ruang dan waktu.
Ruang dan waktu yang terkadang mencekek leher di tengah ribuan anak-anak mahasiswa yang dengan lega mengenyam pendidikan dengan mudah. Ini bukan sebuah mencari gelar maupun gengsi, tapi ini sebuah eksistensi mencari ilmu.
***
Luluh lantah sudah hatiku tersayat dengan pengorbanan ibu ketikaku ingat kebejatanku yang lalu. Sebulan tidak pulang ke rumah tanpa kabar karena ibu tidak menuruti permintaanku. Sebuah permintaan konyol meminta HP baru rela memusuhi Ibu berminggu-minggu. Aku menyesali kejadian itu. Sekarang dengan tangan terbuka, ibu masih melebarkan tangan dan memeluk erat tubuhku ketika aku kembali pulang.
Semangatku bergelora berlipat-lipat ketika Ibu yang terbaring lemas mengumamkan sesuatu di telinggaku dengan kalimat terbata-bata. Batinku bergetar hebat.
“I i i ibu, ti ti tidak bi bisa memberimu apa-apa Sekarang, I i ibu ju juga titidak bisa membiayaimu sekolah. I i ibu hanya mempunyai doa duhai putriku”.
Ibunda yang selama ini telah membopongku siang malam. Sekalipun ditengah gurun kehausan Ibunda tetap mencarikan secangkir air dengan segala cara, meski raganya sendiri tengah dehidrasi hebat. Pengorbanan yang tiadatara. Sekarang disisa waktunya, aku ingin meluapkan ekspresi kasih untuk membalas apa yang selama ini diberikan padaku.
BACA JUGA 'ALLAH MEMBERIKAN REJEKI SESUAI RENCANA BAIK HAMBANYA
Aku tidak merasa malu dengan situasi ibu sekarang. Meskipun tua, beruban tak bisa berjalan dan sangat merepotkan. Tetap dialah satu-satunya di dunia yang mambelaiku penuh kasih sayang yang luar biasa. Ibuku yang sekarang yang tidak bisa apa-apa, tetaplah ia penyemangat hidupku.
***
Ku persembahkan masa depanku, jiwa ragaku untukmu Ibu. Kristal-krista masa depan di ujung jalan akan segera aku dapatkan. Kan ku bawakan pulang. Kan ku bungkus masa depan dengan indah, sangat indah agar duhai ibuku tersayang tersenyum. Ingin aku tunjukkan, pengorbananmu selama ini mendidiku tidak sia-sia. Jeritan Tangisku di kala kecil, kepayahanmu saat mengurusiku akan aku bingkai direlung simponi nada qolbu.
***
Inilah aku seorang gadis udik yang berjuang agar tetap bisa kuliah. Meski dalam realitanya tidak ada sepersenpun uang. Setidaknya aku masih mempunyai kekuatan, Tuhan bersamaku demi mimpiku dan mimpi ibuku. Apapun caranya aku rela berlari terengah-engah berhari-hari untuk mendapatkan sebuah pendidikan. Bukan gelar dan pekerjaan yang aku cari, tapi yang aku cari sumber ilmu yang maha luas tak terbendung. Aku ingin menggenal lebih jauh tentang Tuhan. (Elisa)

Monday, May 6, 2019

Bongkar Rahasia Membagi Waktu Untuk Pelajar


Tahun 2018 mulai diterapkan belajar 5 hari, yaitu hari Senin sampai hari Jumat. Khusus hari Sabtu kegiatan formal sekolah libur. Perubahan jadwa belajar sekolah tentu memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif, memiliki waktu untuk berkumpul dengan keluarga lebih lama. Sebagian pelajar lain, memanfaatkan hari Sabtu untuk mengikuti kegiatan yang sifatnya mengembangkan diri di luar sekolah, misal mengikuti kejuaraan.
Adapun dampak negatif sekolah lima hari bagi siswa. diantarannya akan mengalami kelelahan, tidak memiliki cukup waktu untuk mengerjakan tugas yang mengharuskan dikumpulkan keesokan harinya. Adapun beberapa pelajar yang mengikuti kejuaraan nasional merasa ‘kesulitan’ keluar karena padatnya pelajaran.  Terlepas pengaruh positif dan negatif tersebut, Kamu tetap bisa menjalankan aktivitas dengan normal dengan cara memanajemen waktu. Berikut adalah 5 tips membagi waktu agar semua tetap berjalan lancar tanpa menganggu jam sekolah.
Kenali Jadwal-jadwal padat
Kenali jadwa-jadwal padat kamu. Jadwal padat di sini bisa jadwal padat disekolah apa saja. Misal hari Senin-Jumat padat pelajaran sekolah, maka fokus ke pelajaran sekolah. Jika ada waktu kosong di kelas, bisa dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas atau mengejar ketertinggalan materi di sekolah. Jangan sekali-kali mengerjakan hal lain di saat jam pelajaran sekolah, karena bukan mempercepat pekerjaanmu, justru menghambat.
Membuat daftar list kegaitan
Buat daftar list kegiatan yang kamu ikuti, catat sekaligus jadwal kegiatannya. Jika perlu, tandai kalender agar tidak lupa. Khusus bagi kamu yang memiliki kesibukan mengikuti kejuaraan atau mengikuti organisasi di luar sekolah, buat list kegiatan lebih terperinci, agar membantu dalam menyelesaikan target.
Minimalisir Kumpul-kumpul Tidak Bermanfaat
Hindari kumpul-kumpul dan ngrumpi yang sifatnya tidak bermanfaat. Misal dalam forum rapat OSIS yang tengah mempersiapkan kegiatan tertentu, harusnya rapat kok banyak ngobrol tidak penting, maka tinggalkan. Jika memiliki keberanian, meluruskan kembali tujuan kumpul untuk membahas kegiatan, bukan ngrumpi. 
Disiplin Waktu
Kunci keberhasilan kegiatan yang seabrek adalah disiplin waktu. Disiplin adalah keras pada diri sendiri dan lunak kepada oranglain. Bentuk keras pada diri sendiri misalnya memaksakan pada diri sendiri untuk menyelesaikan PR dalam waktu 1 jam, memaksa diri sendiri untuk latihan dan belajar lebih giat, dsb.
Kerjakan Tugas Sesuai Jadwal
Rahasia semua kegiatan yang seabrek selesai sesuai jadwal dan waktu adalah kemampuan untuk mengerjakan tugas sesuai jadwal. Misal, jadwal sekolah fokus belajar dan menyelesaikan pelajaran sekolah. Sepulang sekolah, misal kamu masih memiliki waktu 3 jam, bisa dikerjakan untuk mengerjakan PR dan essai dari Guru. Di hari Sabtu dapat digunakan untuk menyelesaikan kegiatan atau acara diluar sekolah, misal kamu mengikuti organisasi kepemudaan di kampung, mengikuti atlet olahraga yang menuntut untuk latihan rutin atau sekedar mengikuti les tambahan. Hari Minggunya bisa digunakan untuk refreshing atau tetap digunakan untuk kegiatan nonakademik.

Itulah lima tips membagi waktu bagi pelajar yang memiliki segudang aktivitas dan kegiatan. Prinsipnya, jangan pernah berhenti dan menyerah untuk aktif melakukan kegiatan positif. Yakinlah kegiatan positif yang kamu lakukan sekarang akan kamu rasakan keuntungannya 5 tahun yang akan datang. (Elisa)

Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 2, 2018