Desa Lanting Sebagai Markas Persembunyian Prajurit Siliwangi


 Yogyakarta selain sebagai kota pelajar, juga sebagai kota yang kental akan budaya. Sebagai kota Istimewa, Yogyakarta memiliki banyak sekali sejarah perjuagannya. Berbicara sejarah, pastinya selain Keraton Yogyakarta, sebagai pusat kerajaan, dulu juga memiliki tempat kerajaan besar pada masanya. Misal, kerajaan Mataram Islam, yang dipimpin oleh Panembahan Senopati, yang berlokasi di Kota Gede. Kemudian semasa kepemimpinan Sultan Agung, dibangunlah Kerajaan di Kerta, Pleret, Bantul. 

Sebagai kota kecil yang sarat akan budaya dan sejarah, ternyata tidak hanya tempat-tempat besar yang sudah banyak kita dengar di atas. Bahkan, ditempat dan daerah kota terpencil sekalipun juga tidak luput dari cerita sejarah yang perlu dicatat. Salah satunya di Lanting 1, Selopamioro, Imogiri, Bantul

Foto : Elisa

Mbah Marjono (78), salah satu warga Lanting menceritakan bahwa di sana dahulu, pada masa Kres II di tahun 1949 pemukiman warga Lanting  digunakan sebagai tempat persembunyian prajurit Siliwangi.  Setiap rumah warga, menurut penerangan mbah Marjono ada 4 sampai 5 prajurit Siliwangi. Sayangnya, persembunyian ini diketahui oleh pihak Belanda. Belanda berhasil mencium tempat persembunyian para prajurit Siliwangi, lewat warga pribumi yang menjadi mata-mata Belanda. 

Dengan sigap, pagi harinya tentara Belanda dari segala penjuru datang mengepung desa Lanting . Tidak tanggung-tanggung, desa tersebut dikepung oleh pesawat dan dihujani geranat, bom dan tembakan. Mbah Marjono pun masih terus menceritakan sambil sambil membuang asap rokoknya. 

“… Desa ini Alhamdulillah masih dilindungi Sri Sultan ke IX. Kalo tidak, desa ini sudah jadi abu karena bom,” tegasnya. Sebelum Belanda mengepung, Sri Sultan ke IX datang ke sini menggunakan kuda Sembrani. Kehadiran beliau adalah mengubah pandangan Belanda, jadi menyulap mata belanda, seolah-olah area perkampungan tampak sebagai tegal, sedangkan tegal tampak sebagai area perkampungan warga. Jadi, bom, granat dan tembakan semuanya jatuh di tegal, bukan di perkambungan. 

Tidak hanya cerita itu saja, mbah Marjono masih asyik menghisap rokoknya, dan melanjutkan bercerita. Siapa yang menyangka jika desa yang jauh dari hiruk pikuk kota pun juga memiliki cerita sejarah sendiri. Menurut cerita mbah Marjono, di dekat desa Lanting ada tempat yang dulu sering digunakan sebagai tempat persembunyiannya Soeharto, ketika masa Perang Gerilya. Karena Pak Harto waktu itu masih terancam, kemudian Pak Harto pun lari ke Keraton, meminta perlindungan kepada Sri Sultan ke-IX. Berawal dari situlah, saat pak Harto menjadi Presiden, Sri Sultan ke-IX diangkat menjadi wakil Presiden, meski hanya sebentar. 

Mengingat desa Lanting yang sarat sejarah, maka ketika ditanya sejarah nama Lanting  itu sendiri juga ada ceritanya. Dahulu, orang pertamakali yang tinggal di sini adalah sepasang suami istri. Mereka orang yang baik, selalu menolong warga. Karena lokasi Lanting  dekat dengan sungai Oyo, maka mereka pun selalu membantu warga me-lanting¬ warga yang ingin nyebrang sungai Oyo. Makannya, orang lebih akrab menyebut mereka dengan Kyai Lanting, yang kini juga jadi nama daerahnya. (Irukawa Elisa)

Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 2, 2019 


Desa Lanting Sebagai Markas Persembunyian Prajurit Siliwangi Desa Lanting Sebagai Markas Persembunyian Prajurit Siliwangi Reviewed by elisa on Tuesday, May 10, 2022 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.