Minat Baca Rendah! Perpustakaan Pelita Ilmu Terus Kenalkan Literasi

 

Merujuk pada hasil penelitian PISA (Program for International Student Assessment) yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 menunjukan bahwa minat baca anak Indonesia masih rendah di lini literasi. Dari 72 negara yang menjadi responden penelitian PISA, Indonesia berada peringkat 62.

Kesadaran membaca ini sangat kita rasakan dalam kehidupan bermasyarakat. Coba perhatikan, barangkali di desa tempat kamu tinggal ada rumah baca atau perpustakaan desa, apakah perpustakaan tersebut ramai dikunjungi? Sebagian besar mungkin saja dijawab sedikit pengunjung. Hanya perpustakaan pusat kota yang lumayan ramai dikunjungi.

Kecilnya minat baca di perpustakaan desa ini juga dirasakan oleh Kepala Perpustakaan Perpustakaan Pelita Ilmu, Eri Sasongko Endratmo pun juga merasakannya. Saat ditemui usai acara bedah buku di kantor kecamatan Palbapang Bantul pada 15 September 2019, Eri sangat prihatin.

Memang benar bahwa minat baca di Bantul masih terbilang kurang. “Kesadaran membaca buku atau meluangkan ke perpus sangat rendah. Sekarang lebih banyak yang cenderung main ke HP sebagai alternatif hiburan. Kita pun sebenarnya juga kesulitan,” tegasnya.

“Oleh karena itu, Karangtaruna Palbapang Bantul di tahun 2011 berinisiatif untuk membuat perpustakaan desa. Dengan harapan, memberikan ruang, tempat dan memudahkan masyarakat yang ingin mengakses informasi lewat buku-buku yang ada. Maka, dibuatlah perpustakaan Iqro. Dulu langsung mendapatkan bantuan dari program BPAD DIY menerima 2 buah lemari yang berisi 1.000 buku, dan 500 judul. Seribu sayang, tetap sedikit warga yang masuk dan membaca-baca buku diperpustakaan.

Sampai tahun 2016 pemuda karangtaruna semangat kembali menghidupkan perpustakaan, dan tepat di tanggal 8 Mei 2018 kami launching kembali. Dulu perpustakaan Iqro’ berganti menjadi Perpustakaan Pelita Ilmu.

“Saya kira nama perpustakaan Iqro’ tidak mewadahi atau menampung seluruh warga. Warga yang nonmuslim jadi takut masuk ke perpustakaan. Padahal isi perpustakaan itu sendiri adalah buku bacaan umum, bukan seluruhnya buku agama. Maka, kita launching kembali dan dibuatlah perpustakaan ilmu,” ceritanya.

Eri menuturkan pula bahwa untuk menghadapi lesunya minat baca. Dirinya bersama teman-teman melakukan beberapa kegiatan. Salah satunya mengadakan beda buku self improvement, yang mendatangkan langsung dari penulisnya. Adapun program lain ke depannya, misalnya akan mengadakan nonton bareng dan masih banyak lainnya. Mengadakan lomba untuk anak-anak TK dan masih banyak program nantinya.

Setidaknya, dengan terobosan dan upaya positif ini diharapkan mampu menarik masyarakat dan anak sekolah.

“Mereka yang masih sekolah aja ke perpustakaan masih sulit. Kami akan buat inovasi agar menarik mereka ke perpustakaan. Misalnya jemput anak-anak sekolah bisa main ke perpustakaan nonton film dan kegiatan lain dari kami,” tukasnya.

Memang inilah tantangan meningkatkan kesadaran membaca dan dunia literasi. Membutuhkan kreativitas dan inovasi dalam mengabungkan selera anak muda jaman now. Nah, apakah kamu salah satu pelajar yang malas membaca? Atau kamu salah satu pelajar yang hobi membaca? Memang bermain HP itu hak setiap orang. Tetapi dengan membaca jauh lebih bermanfaat membukakan wawasan dan pembuka pintu gerbang dari segala ilmu, yang akan menentukan nasib dan masa depan. (Elisa)


Dipublikasikan di Tabloid BIAS Edisi 1 | 2019

Minat Baca Rendah! Perpustakaan Pelita Ilmu Terus Kenalkan Literasi Minat Baca Rendah! Perpustakaan Pelita Ilmu Terus Kenalkan Literasi Reviewed by elisa on Monday, August 30, 2021 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.