Museum Sonobudoyo Sebagai Arsip Kebudayaan Yogyakarta



Yogyakarta bisa dibilang sebagai lorong waktu yang masih memiliki arsip tradisi kebudayaan jawa. Salah satunya Museum Sonobudoyo. Museum yang terletak di Jalan Pangurakan No. 6 dan Jalan Wijilan PB I/2A Yogyakarta memiliki banyak koleksi. Mulai dari koleksi seni, budaya, peninggalan cagar budaya. Di sana juga ada koleksi tradisi dan benda masa lampau. Hampir semua jenis koleksi ada di museum satu ini, mulai dari koleksi geologi, etnografi, biologi, historika, arkeologi, keramologi, numismatic, seni rupa, filologi, teknologi dan senjata masa lampau.  
Koleksi museum Sonobudoyo kurang lebih 62.661 koleksi. Jumlah koleksi tiap tahun berubah-ubah, tergantung dari hibah. Konsep penataan ruang dibagi menjadi 12 ruang. Ruang dibuat secara berurutan. Di awali dari ruang pengenalan, kemudian masuk ke ruang prasejarah. Masuk ke ruang klasik. Adapun ruang lain seperti ruang Batik, ruang wayang, ruang topeng, ruang jawa tengah, ruang logam, ruang senjata, ruang permainan anak-anak dan terakhir adalah ruang Bali.
Setiap ruag memiliki koleksi yang kaya akan kandungan nilai sejarah. Salah satunya di ruang pengenalan, kita disambut dengan ukiran krawangan bermotif sulur-suluran di pintu masuk. Ukiran tersebut terdapat kepala raksasa dan kepala gajah candrasengkala memet atau buta nrasa hesthining lata. Candrasengkala memet dalam buku the guide  book of Sonobudoyo museum dijelaskan bahwa candrasengkala memet sebagai tanda pembangunan museum di atas tanah bekas Shouten, hadiah dari Sri Sultan Hamengkubuwana VIII pada tahun 1865 jawa atau jika dalam tahun masehi tahun 1934.
Pasren di Museum Sonobudoyo dibuat masa Hamengkubuana I. Bentuknya seperti tempat tidur, umumnya diletakan di sentong tengah. Jaman dahulu, pasren banyak ditemukan di rumah para bangsawan. Bagian depan, diberi patung Loro Blonyo. Pasren dipercaya sebagai sarana menanti kedatangan Dewi Sri. Dewi Sri atau Dewi Laksmi pasangan Dewa Wisnu. Dewi Sri dalam tradisi masyarakat jawa dikenal sebagai tokoh pelindung pertanian dan lambang kesuburan.
Di ruang Islam, terdapat koleksi langka abad ke-12 sampai abad ke-16. Di ruang ini, tampak ilustrasi bangunan masjid pathok negoro. Masjid pathok negoro dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwana I. Ada empat titik masjid Patok Negoro, yaitu masjid Mlangi (Gamping, Sleman), Masjid Babadan (Banguntapan, Bantul), Masjid Dongkelan (Kasihan, Bantul). Pembangunan masjid Pathok Negoro dibangun sekitar tahun 1723-1819.
Museum Sonobudoyo merupakan salah satu museum terlengkap setelah Museum Nasional RI. Bangunan ini didirikan oleh java institut. Java institut merupakan yayasan kebudayaan Jawa, Bali, Lombok dan Madura dimasa kolonial. Jadi, anggota java institute tidak hanya orang pribumi, melainkan juga orang asing. Nah, bagi yang tertarik ingin masuk ke Museum Sonobudoyo, pengunjung hanya cukup mengeluarkan uang Rp 3.000,- kita sudah mendapatkan banyak sekali ilmu dari pemandu/edukator museum. Di bagian belakang, di ruang Bali ada spot klasik dan menarik, di tempat ini pengunjung diperbolehkan untuk berfoto. (Elisa)
Dimuat di Tabloid BIAS Edisi 1|2017
Museum Sonobudoyo Sebagai Arsip Kebudayaan Yogyakarta Museum Sonobudoyo Sebagai Arsip Kebudayaan Yogyakarta Reviewed by elisa on Friday, January 26, 2018 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.