Terlepas dan Melepas


Jika memang dia pergi karena sikapku yang mulai tidak memberi kenyamanan. Ya mungkin itu sudah jalannya. Meskipun sebenarnya perubahan ketidaknyamananku akibat ketidaknyamanan darinya. Sebuah rasa yang mengharuskan mundur dan menjauh karena jawabannya. Mungkin benar jika kita bisa berubah seperti kanak-kanak, aku rasa tidak jauh beda degannya.
Jika akirnya dia benar-benar pergi dan menjauh, setidaknya sikapkau yang sekuat tenaga mnjauh ini justru yang semakin menegaskan, keputusanku melepas tidak sia-sia. Semakin menegaskan pula bahwa aku hanya terlalu percaya diri, terlalu berekspektasi terlalu tinggi padanya yang mengira dia menyukaiku, ternyata benar hanya menganggap sebatas teman biasa seperti yang lain.
Mengingat masa dulu, dimana dia yang menyapa duluan, tanya keadaan dan mengingatkan makan atau minum juga murni hanya sebatas teman tidak lebih. Yah~ terkadang manusia, terutama wanita terlalupercaya diri degan hal-hal semacam itu. Setidaknya, para wanita tidak perlu dan tidak terlalu kepedean.
Jika jodoh akan bertemu, sebuah kalimat yang sering digunakan sebagai pembelaan dan  pembenaran atas hati yang terlalu sakit dan pengecut dengan kenyataan. Sebuah kalimat sugesti yang mengiming-ngiming rasa tak terbalas mereka, sebuah kaliamt penghibur saja. Toh seiring berjalannya waktu, kalimat itu akan terlupakan seiring muncul pengganti baru.
Yah, seperti itulah hidup. Kelak, saat hati tengah bahagia, masalalu sebagai lelucon. Saat kita benar-benar menemukan tulang rusuk yang terselip, rasa sakit terdalam masalalu dianggap permainan lucu. Yah itulah hidup.
Sesedih apapun yang kau rasakan kemarin, saat ini dan besok hanya dinamika. Sebenarnya sudah kita ketahui akirnya akan mengembirakan hati, oleh karena itu. Sesedih apapun rasa yang kau rasakan, tersenyumlah. Tunggu satu malam saja, mentari kan kembali. Meski mentari tidak selalu cerah, setidaknya di dalam hati terkecil percaya, percaya bahwa TUHAN MAHA TAHU, Tuhan tahu apa yang kita tidak tahu. Berdirilah dengan tegap, dan berjalanlah selangkah ke depan dengan anggun, katakan pada Tuhan "Tuhan, apapun yang terjadi, dan apapun ujianMu, aku siap menanggung dan aku akan berusaha tetap tersenyum. Karena akhirnya akan tetap indah".

Jika kau masih ragu, maka majulah selangkah lebih dekat kepada Tuhan, dan katakan "Tuhan, saya mencintai orang itu apa adanya, mencintai kekurangannya, mencintai kelebihannya. Tapi tuhan, aku tidak memiliki hak dan kewenangan menyuruh orang itu memilki rasa yang sama seperti apa yangku rasakan Tuhan. Tuhan, engkau tahu yang terbaik buatku. Jika memang dia orang yang kau tuliskan di lauhul mahfudMu, aku percaya kau tak tega memisahkan kami. Tuhan, engkau lebih tahu bagaimana pencarianku menemukannya selama ini. Oleh karena itulah, aku percaya, jika memang dia rusukku, takkan kau pisahkan aku dan dia. Apabila dia bukan seseorang yang yg tertulis di lauhul mahfudz, hamba terima sekuat hati, sabar dan lapang dada lagi. Karena setiap satu tangga permasalahan, engkau memberi 10 anak tangga eskalator yang akan mengantarkanku pada perbaikan. Tidak akan aku salahkan lagi dia, karena kesalahan ada pada diri yang masih tamak dan belum mampu menguasai setitik keikhlasan. Oleh karena itu, Tuhan, berilah rasa keikhlasan dihati. Tiupkanlah, agar hati selalu lapang. Tuhan, engkau tahu, bahwa kesabaranku tidak ada apa-apannya dalam pandanganmu. Wahai Tuhan, damaikan hati yang riuh. Ku kira ini solusi yangku pikirkan, mengantikan sosoknya. Jika ini bukan solusi yang terbaik, tunjukanlah solusi yang tepat". 
Terkadang, aq merasa percuma dengan semua usaha ini. Aku juga tidak pernah mendapatkan tempat yang aman. Aku harus sesegera mungkin mencari tempat yang aman, agar luka ini cidera ini segera pulih. Namun kemana lagi.
Ketika ingin memulai, selalu membuat berfikir ulang. Tidakkah sebuah kelancangan dan memaksa sebuah ruang hatinya. Kemudianku urungkan menyapa. Pergi mencari perhatian, dan membiarkan diri sendiri menyiksa sendiri. Mencari sosok lain, yang “mungkin” Tuhan sediakan ditempat lain. “Maaf jika aku tidak mampu memberikan kenyamanan. Kau boleh mencari tempat ternyaman pada orang lain, meski berat untuku, itu maumu. Seiring berjalnnya waktu, rasa tidak terima, lambat laun ikhlas juga bersamaan adanya pengganti,” itulah kata yang tepat bagi yang depresi.
Mengingat pertemenan yang saling tidak menyakiti, justru saling menyakiti. “teman” menjadi sebuah pembatas, Padahal batasan yg dijadikan batasan sebenarnya tidak perlu, justru sikap kebiasaan yang tidak dibatasi itulah yang seharusnya dibatasi. Inilah sebabnya terjadi "kemandekan" komunikasi. Karena komunikasi yang seharusnya dikomunikasihan itulah yang seharusnya yang tdk dibatasi
 


Terlepas dan Melepas Terlepas dan Melepas Reviewed by elisa on Thursday, July 02, 2015 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.