Memaknai Ramadhan dengan Hati yang Suci


Marhaban ya Ramadhan….
Lihatlah huluran tangan ketulusan,
Warna bukan alasan pembeda pemberian makna terdalam,
Tapi lihatlah caranya, “kegalauan menjadi keteduhan” bersamanya
Benarkah Ramadhan identik dengan “kembalinya Kemurnian Hati”. Lantas bagaimana cara memurnikan hati dengan kesucian hati?.
Seperti yang kita tahu, bulan Ramdhan bulan penuh Rahmat. Bulan yang kita tahu pula semua harga Naik dua kali lipat, tingkat konsumsi lebih banyak dari hari biasanya, tidak peduli dengan harga yang ditawarkan mahalnya selangit. Tidak khayal beberapa jenis makanan seperti daging semakin menunjukkan kwalitas yang buruk, karena tidak bisa memenuhi keinginan pelanggan yang membludak.
Padahal ada yang lebih penting dari sekedar memikirkan naiknya harga mengelabuhi pelanggan dengan keburukan pikiran. Yah…. memikirkan apa yang ada di ditengah-tengah kita. Banyak sekali yang harus direnungkan.
Sudahkan di bulan Ramadhan ini anda berhenti sejenak sekedar memikirkan sesuatu yang sebelumnya belum pernah terlintas oleh anda?.
Meluangkan waktu untuk keluarga dan sedikit menduakan pekerjaan anda?.
Sudahkah anda menghitung anggaran belanja keluarga di bulan puasa?
Sudahkah anda mencoba memikirkan hidup orang yang lebih menderita dari anda?. Menderita karena kemiskinan, dan ketidakberuntungan dalam mendapatkan pekerjaan yang dapat menunjang perekonomian keluarganya?.
Sahabatku yang luar biasa, lihat foto di atas. Apa yang anda pikirkan Sosok bapak ini?.
Apakah anda berfikir anda lebih beruntung darinya?
Apakah anda berfikir anda seorang pribadi yang hebat dari bapak ini, sehingga anda diterima bekerja di posisi yang lebih terhormat darinya?
Apakah anda berfikir bahwa sebab anda menjadi guru karena anda mempunyai gelar Master, Profesor maupun gelar Haji?.
Sepertinya ada sesuatu yang terlewat?.
Ada cerita nyata yang saya rasakan sendiri, bukan cerita yang saya buat karena imajinasi saya maupun cerita berdasarkan persepsi saya.
Meskipun dia (yang di foto) hanya seorang kuli angkut. Bekerja seperti hari-hari biasa. Meski puasa, panas luar biasa masih tetap berjalan 2-3 Km. Dialah Guru Hidup yang rutin melintas di depan Toko tempat saya bekerja. Yah…. Guru yang mengajariku banyak hal secara tidak langsung.
Beliau tidak bekerja di kantor,yang teduh, diruang kantor yang nyaman maupun di ruang kelas bersama murid-murid. Bukan!. Dia bukan orang seperti itu. Beliau juga bukan orang yang mengenal pendidikan hingga Perguruan Tinggi. Memang beliau tidak mempunyai kemampuan seperti yang anda miliki. Jadi bersyukurlah anda, tuhan masih memberi kemampuan yang luar biasa yang diamanahkan. Hanya untuk anda, Jagalah itu sebaik-baiknya.
Seperti Beliau, hanya guru Hidupku yang MUNGKIN hanya aku saja muridnya. Sekalipun beliau tidak mengenalku pula. Lebih tepatnya, Akulah sang PENGEMAR sang Guru Hidupku ini karena seringnya aku melihat keringatnya tumpah ruah membasahi aspal melintas di depan toko kerjaku di Jln. Wonosari.
Bagiku, Dia adalah seorang Bapak yang menginspirasi saya. Bagiku, inilah Guru hidup bagi saya. Seorang guru yang mengajariku arti kerja keras, kegigihan dan semangat di sisa hidup dengan ikhlas. Menjaga takdir yang diamanahkan meski amanah itu saya bilang “Mengenaskan” serta “mengesankan”.
Guru hidup yang membuatku mengingat akan hidup keluargaku sendiri. Sejenak terdiam, benak saya kacau balau, teringat bagaimana ekspresi ibuku sedih namun mencoba tetap tersenyum ditengah kesulitan mendapatkan sesuap nasi. Saya berfikir, bapak itu mungkin juga sama seperti ibu saya. Tersenyum di depan Anak-anaknya meski sebenarnya kacau balau.
Sekarang ketika ku lihat guru hidupku seorang kuli angkut, menjerit hatiku. Mengutuki diri sendiri, bagaimana bisa se-Tega ini. Aku memakan makanan lezat, berbuka dengan apa yang ingin aku inginkan sedangkan di sekitarku ada yang lebih membutuhkannya. Yang menukar keringat dan kulit legam dengan hiasan ukiran tulang belulang ditubuh seorang guru yang semakin menonjol keluar.
Kembali pada esensi menyucikan hati. Ramadhan bukan ajang bisnis dagang, tetapi sebagai bisnis Amal. Belajar memahami orang lain untuk mendewasakan kita. Belajar memahami orang lain membukakan hati, mendamaikan hati yang tidak berdamai. Membukakan cakrawala ikhlas dan syukur.
So!!!!, apapun jalan yang anda pilih dengan kesucian hati tidak masalah, yang menjadi masalah adalah bagaimana anda menerima jalan yang anda pilih. Bagaimana anda menyikapi dan mengambil hikmahnya.
Pojok Motivasi Lewat Catatan Tuhan. by ElisaBerdzikir,
Berfikir dalam roda kehidupan.
Salam Semangat! Dari Saya Elisa,
ajang Share demi perbaikan bersama ^_^
http://snowlife-elisa.blogspot.com


Memaknai Ramadhan dengan Hati yang Suci Memaknai Ramadhan dengan Hati yang Suci Reviewed by elisa on Wednesday, August 17, 2011 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.