10 Catatan Foto Dikaki Kehidupan


Suatu hari ketika saya datang di tempat workshop Fotografi, Vidio Bloging, dan Menulis di Galangpress. Mbak Shaha salah satu narsum bercerita tentang bocah pemulung yang mendapatkan penghargaan foto terbaik. Ketika Narsum mengadakan Event lomba fotografi didapatilah selembar foto yang sangat menarik bagi teman-teman juri.

Waktu penjurian didapati Sebuah foto yang bergambarkan seorang wanita tua yang tengah tertidur lelap. Wajahnya tampak damai dipadu dengan sinar matahari yang menelusup di celah-celah genting rapuh dan berlubang dengan gradasi kemerahan mencoba menembus ditubuh seorang ibu dengan wajahnya yang kelelahan. Wanita paruh baya itu tertidur dibawah baju-baju yang tergantung diatasnya. Rumahnya dekil dan seperti itulah rumah orang-orang yang kerjanya sebagai pemulung.

“Siapakah wanita ini?”. Tanya tim juri.

Dengan wajah polos ditengah peserta lomba fotografi yang lain hanya sekedar menggenakan baju ala kadarnya, bocah pemulung itu menjawab,
“Ini adalah ibuku yang sedang teridur kelelahan. Aku tidak tau dimana ayahku dan siapa ayahku. Yangku tahu hanyalah ibu yang selama ini membesarkanku di tengah lingkungan seperti ini”.

Sang bocah pemulung selalu membantu ibunya mencari barang-barang bekas. Saat itu si anak mendapatkan foto ditempat sampah yang masih dapat terpakai. Si anak pemulung menularkan ilmunya kepada anak pemulung lain. Sangat sederhana, hanya memberitahu caranya memencet tombol “ok” untuk menghasilkan Foto.

Si bocah itu berjalan dari kampung satu ke kampung yang lain. Tidak mengenal lelah sang bocah berjalan menularkan ilmunya.

Tim juri hanya diam, “Shok” oleh seorang anak yang tidak tahu tentang fotografi bisa menghasilkan foto yang luar biasa. Akhirnya sang bocah dinobatkan menjadi pemenang.

Dalam cerita kisah nyata ini dapat kita ambil pelajaran. Suatu mahakarya terbaik adalah ketika mahakarya itu dibuat dengan kepolosan niat kita, tiak ada embel-embel untuk disombongkan maupun untuk mendapatkan pujian. “Sebuah kemurnian hati”

Kita sejak kecil dibesarkan hingga saat ini menjadi seseorang yang mengerti ilmu. Dibesarkan di dunia yang mencukupi, baik berupa materi, kasih sayang. Tidak ada satu hal pun yang kurang. Disini ada yang terlewatkan, yaitu sebuah rasa syukur dan kegigihan.

Betapa tuhan itu maha adil, bocah yang sejak kecil dibesarkan oleh ibunya sebagai pemulung dan hidup disekitar pemulung, kumuh, kotor dan bau. Namun dengan kopolosan bocah itu mempunyai semangat yang luar biasa. Mengajari berkeliling sambil memungut sampah dan mengajari cara memfoto untuk pemulung yang lain.

Mungkin seprti inilah tuhan menyadarkanku tentang kuasa tuhan melalui cerita si bocah pemulung ini. Tidak ada keluhan dalam hidupnya, hasilnya membuat si bocah mendapatkan penghargaan terbaik. Mungkin penghargaan terbaik ini sebenarya tidak pernah terbayangkan dihati adik ini.

So!!!!!, apapun itu yang dilakukan tergantung pada niatnya. Kalimat inilah yang semakin menguatku. Aku yang dibesarkan lebih baik dari si anak pemulung SEHARUSNYA tidak boleh berdiri di satu titik. Semangatku harus lebih besar dari si anak itu. Aku harusnya lebih bersyukur atas apa yang telah diberikan tuhan untukku.

Dengan keterbatasan itulah sesungguhnya tuhan menguji seorang hamba agar dapat meloncat lebih jauh. Dengan keterbatasan menjadikan bumbu terindah dan terlezat dalam episod perjalanan hidup kita.

Pojok Motivasi Lewat Catatan Tuhan. by Elisa
Berdzikir, Berfikir dalam roda kehidupan.
Salam Semangat! Dari Saya Elisa, CP : 082136579940
10 Catatan Foto Dikaki Kehidupan 10 Catatan Foto Dikaki Kehidupan Reviewed by elisa on Tuesday, August 02, 2011 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.