Berbahagialah, Meski Aku yang Harus Menangis

Aku tidak tahu memulai darimana. Hari ini, saat aku menuliskan diselembar kertas binder yang selaluku bawa, tengah membuang penat. Hari ini, aku mencoba memulai lagi. Aku berfikir, semoga memperbaiki semua kesalahan, dugaannku salah. Semuanya sama saja. Dia tetap dingin dan tidak membalas pesanku. Aku merasa tidak dianggap. Itulah resiko perasaan yang tidak terbalas, atau bisa juga karena perasaanku saja yang sensitive.
Aku selalu ingin memperbaiki hubungan dan berkomunikasi. Yang terjadi selalu berhenti satu jalur, komunikasi satu arah. Saat terjadi satu komunikasi satu arah, saat itulah aku putus harapan. Hati siapa yang tidak menangis ketika upaya, kerja keras dan doa tidak menghasilkan apa-apa. Meskipun tahu, Tuhan memiliki rencana lain.
Seandainnya aku boleh meminta, aku ingin tidak mencintainya dan tidak menyayanginya. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Tuhan menganugrahkan rasa cinta dan sayang padanya. Entah berapa banyak air mataku keluar.
Aku sedih, sedih karena selalu salah mencintai seseorang. Selalu salah mencintai orang yang tidak mencintai balik. Aku juga ingin merasakan bagaimana rasannya dicintai orang yang mencintaiku. Aku ingin juga merasakan perasaan saat ada orang yang berkorban untukku.
Aku tidak tahu, kenapa saat menuliskan ini aku begitu banyak meneteskan air mata. Betapa aku ingin dicintai orang yang aku cintai. Aku selalu gagal dalam urusan cinta, aku percaya Tuhan punya maksud dan rencana yang indah untukku.
Ah, setidaknya lewat duka hati, aku semakin merapat padaNYA. Mungkin ini caraNYA untuk menarikku kembali pulang, pulang berada di sisinya. Mungkin ini carannya agar aku kembali pulang pada pemilik cintanya. Aku percaya, cintaNYA akan berpendar. Mungkin ikhlas dan membiarkannya dia mencintai yang dia inginkan itu pilihan yang terbaik. Itu yang seharusnyaku lakukan, membiarkan bahagia. Dan, memilih tersenyum melihatnya tersenyum. Mahagia melihat senyumnya, meski kenyataannya tak pernahku lihat senyumnya di depanku saat bertatapan. Mulai saat ini, ia akan tersenyum bersamaan diriku menghilang tak menganggunya.

Menata hati ditengah kekalutan hati. Melihatnya bahagia dan tersenyum memang sudah sangat-sangat cukup. Meskipun sisi lain di hati ini sedih karena cintaku harus bersama yang lain. Tapi, bukankah Tuhan mengajarkan untuk mengikhlaskan dan menempatkan cinta pada tempatnya. Mungkin cintanya bukan ditempatkan ditempatku. Dan, biarlah perasaan duka ini hanya bagian masalahku saja. Biarlah, kelak bagaimanapun juga, cinta akan tergantikan olehNYA. Mungkin inilah cara Tuhan menguji perasaanku dengan salalu salah mencintai seseorang.


#NovelBerjalan #07 Maret 2015
Berbahagialah, Meski Aku yang Harus Menangis Berbahagialah, Meski Aku yang Harus Menangis Reviewed by elisa on Monday, August 03, 2015 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.