Rumah Baca Komunitas (RBK): Mengobarkan Semangat Literasi di Tanah Air


Membaca adalah hak seluruh bangsa. Namun sayangnya akses membaca bagi masyarakat di Indonesia belum merata. Berbagai alasan menyebabkan susahnya pendistibusian buku-buku ke daerah terpencil.
Foto: Instagram.com/rumahbacakomunitas
Salah satu komunitas penggiat literasi yang coba meningkatkan akses membaca kepada masyarakat adalah Rumah Baca Komunitas (RBK). Ketika diwawancara di kediamannya yang juga merangkap sebagai perpustakaan kecil, Fauzan Anwar, salah satu penggiat RBK, mengatakan bahwa Komunitas yang berdiri sejak tanggal 21 Mei 2012 itu memiliki tujuan menyediakan ruang untuk membaca dan menulis, awalnya hanya untuk teman-teman satu komunitas, yaitu Lembaga Pengembangan Sumber Daya Insani (LAPSI).
RBK lahir dari keprihatinan mereka terhadap masih terbatasnya akses buku dan membaca di masyarakat. Mereka menilai untuk bisa mendapatkan akses membaca atau buku yang berkualitas butuh menjadi pelajar atau mahasiswa terlebih dulu. “Motivas awal kami ialah mendirikan suatu taman baca24 jam, yang bisa diakses kapan saja, dan bisa dipinjam siapa saja tanpa adanya berbagai birokrasi yang rumit,” tutur Fauzan. Ia menambahkan, “Kami dulu (ketika masih menjadi LAPSI) memiliki program bernama Perpustakaan Komunitas, dari program tersebut dibuatlah suatu komunitas baru, yaitu RBK ini, akhirnya LAPSI dan rumah baca berpisah, dan berjalan sendiri-sendiri. Supaya kegiatan tidak terbatas.”Beberapa  tokoh yang memiliki andil dibentuknya RBK ialah David Efendi, salah satu dosen di perguruan tinggi di Yogyakarta, bersama rekan-rekannya yang lain, seperti Ahmad Sarkawi, Irfa Fahd Rizal, Fida Afif, Labib Ulinuha dan masih banyak lagi.
Ada beberapa program yang pernah dilakukan RBK demi memajukan semangat literasi di Indonesia. Salah satunya adalah gerakan hibah mengumpulkan bahan literasi, dengan tujuan agar RBK menjadi wadah distribusi atau tempat penampungan buku yang berperan untuk menyalurkan bukunya di berbagai wilayah di luar Pulau Jawa, di mana akses buku masih terbatas. Tak hanya itu, RBK juga berupaya mengotimalkan buku yang dihibahkan agar bermanfaat bagi masyarakat. Di situlah akses perpustakaan 24 jam yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja.
Program literasi lainnya yakni Bimbingan Belajar Anak dan Remaja yang dilakukan dengan belajar bersama pada sore hari. Selain kegiatan belajar dan membaca, ada juga aktivitas melukis. Lalu RBK juga mengadakan berbagai kegiatan bedah buku, diskusi mengenai berbagai topik dan isu-isu sosial di mayarakat,
Adapun pada 2015, RBK membuat gagasan baru hasil dari kesadaran bersama dengan penggiat literasi yang justru pihak komunitas belum pernah bertatap muka langsung dengan mereka. Disebabkan karena hubungan antara RBK dan beberapa penggiat literasi lewat tulisan, mereka sudah terhubung dan bisa melahirkan ide-ide.Beberapa gagasan itu antara lain, perpustakaan jalanan di Alun-alun Kidul (Alkid) pada akhir pekan, yang disebut RBK on the Street (Rots).
Selain itu, aktivitas rutin di RBK lainnya yakni mengadakan nonton bareng film-film yang edukatif setiap sepekan sekali. Para penggiat literasi yang tergabung di RBK bebas mengusulkan dan menjalankan berbagai program untuk meningkatkan literasi di masyarakat.
“Semangat membaca harus selalu digaungkan di masyarakat, dan kita pun harus membantu untuk mengobarkan semangat tersebut,” tandas Fauzan. (Adhisti)



Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 2, 2018

Rumah Baca Komunitas (RBK): Mengobarkan Semangat Literasi di Tanah Air Rumah Baca Komunitas (RBK): Mengobarkan Semangat Literasi di Tanah Air Reviewed by elisa on Friday, April 26, 2019 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.