Imogiri Sebagai Metropolitan Budaya

Kedungmiri merupakan desa wisata yang masih menjaga keaslian budaya dan alamnya. Ditempat ini terdapat panggung terbuka yang diperuntukan masyarakat, tidak ada pengecualian. Semua warga boleh datang ke lokasi kapan saja. Lokasinya di kompleks persawahan desa Wunut, Sriharjo, Imogiri, Bantul. Sebuah tempat yang masih alami.  Terlihat tempat duduk berundak-undak terbuat dari beton, bentuknya melingkar. Bagian tengah jadikan sebagai center pertunjukan. Di samping timur, terhampar persawahan padi yang siap berbuah. Di samping utaran disuguhkan dengan persawahan padi terasering yang menghijau. Sisi selatan, membelah sungai Oyo dan kegagahan gunung sebagai dinding kemegahan alam.
Foto : Elisa
Imogiri sebagai gerbang metropolitan budaya mendorong Sugianto (43) Kepala dukuh Wunut untuk terus melestarikan budaya Jogja yang ada. Panggung terbuka dibuat dengan tujuan sebagai tempat bermain, tempat berkumpul untuk masyarakat Yogyakarta dan digunakan untuk tempat pertunjukan budaya yang masih terjaga. Seperti jatilan, tahlilan, kerawitan dan budaya jawa yang masih berjalan hingga saat ini. “Mumpung kita masih ada dan masih menjalankan tradisi dari Nenek kita dahulu, ayo dijaga dan dilestarikan bersama-sama. Jangan justru hilang karena desakan perkembangan jaman yang semakin cepat ini,” cerita pak Sugianto.
Panggung terbuka kedung miri dibuka untuk umum bulan November 2015. Event pertama adalah pemeran kitiran sewu, hasil dari kerajinan warga Bantul dibantu oleh mahasiswa UGM dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) 60%-nya adalah keluar tidak mampu. Harapan Pak Sugi pertujukan itu sebagai langkah awal untuk memperkenalkan kedungmiri ke masyarakat. Ia sangat bersemangat jika desa wisata mendapatkan apresiasi dan diterima masyarakat sebagai desa wisata yang mengedukasi dan memberikan manfaat.
“Meskipun kita dari pelosok desa, tapi kami memiliki cita-cita yang banyak. Masalahnya, kita tidak bisa berjalan sendiri tanpa bantuan masyarakat, para pemuda terdidik, kreratif juga lampu hijau dari pemerintah. Harapannya, satu persatu harapan kami bisa terwujud. Imogiri memiliki banyak potensi yang bisa diangkat,” paparnya.

Ponidah (43), salah satu warga setempat mengaku senang jika tempat ini nantinya akan menjadi tempat wisata. “Asalkan tidak merusak lahan persawahan, tidak merugikan warga. Syukur pemerintah membuat akses khusus para wisatawan yang ingin naik ke terasering, agar tidak menginjak-injak hasil tanaman warga,” tegasnya.Begitupun dengan harapan besar Pak Sugi jika kelak kedungmiri bisa menarik wisatawan, secara otomatis, akses jalan dan infrastruktur Wunut akan dibenahi. Mengingat akses menuju lokasi bersisihan dengan sungai Oyo yang kini mulai rusak karena erosi. “Ketika kedungmiri dan Jembatan Selopamioro ramai wisatawan, otomatis tepian sungai akan dibangun agar jalan utama menuju titik lokasi tidak rusak karena erosi,” tegasnya di akhir percakapan. 


Elisa
Dipublikasi di Tabloid BIAS | Eds 1| 2016
Imogiri Sebagai Metropolitan Budaya Imogiri Sebagai Metropolitan Budaya Reviewed by elisa on Tuesday, August 16, 2016 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.