Manusia-manusia Sok Tahu


“Ada seorang gadis, termenung di jendela. Memikirkan nasibnya yang telah ternoda. Terpinggir, terhina karena dosa-dosa. Ibunya telah tiada, begitu juga ayahnya mengarungi dunia tanpa pedoman di jiwa. Keliru hatinya, antara surga dan neraka. Pada siapa harus di pinta, secepis rasa seulit mesra, di akhir nokta usia dirinya, yang akan berhenti jua. Urian air mata, menangisi dosanya, rebah dia mengharap keampunan Tuhannya, serta ketenangan mengharungi dunia yang fana. Umurnya masih muda remaja, tetapi terlena karena nafsu mengaburinya. Namun tuhan masih ciptakan dirinya, walaupun dosanya, selautan dunia. Mengapa perlu merasa berjauahan dari yang Esa, sedangkan Allah senantiasa merahmati hambanya, yang sering terlupa, leka dan alpa terhadapNYA”. (Nowseeheart)
Dokpri
Sebuah lirik yang bagiku sangat dalam pesannya. Kita, ah bukan kita, Saya. Seringkali saya mudah sekali menyalahkan dan mengomentari perilaku dan sikap seseorang, bahwa cara mereka salah. Dengan mudah, pikiran kita melabeli mereka sebagai orang yang berdosa atau apa. Sedangkan aku tidak melihat dan berkaca pada diriku sendiri, bisa jadi aku melakukan dosa yang lebih besar dari mereka. Pertanyaannya adalah, kenapa kita lebih mudah menilai orang lain daripada menilai diri sendiri? Mungkin kamu juga begitu.
Boro-boro merenungkan kesalahan diri sendiri, merasa diri TERBAIK tanpa celah. Ah entahlah, ini hanya pertentanganku saja, hanya nyinyirku saja. Mudah sekali menyalahkan cara oranglain, padahal kita tahu, kita ini hanya lelokon. Bahwa kita ini hidup sinetron yang sudah ditulis skenarionya oleh Gusti. Kita hanya menjalankan peran sebaik mungkin, dengan hati yang ikhlas dan optimis.
Toh, kita tidak tahu takdir kita akan dibawa kemana pada sang pemilik hidup. Setiap orang memiliki cerita dan kisahnya, komplit diberi ujian sesuai SOP yang sudah pernah disepakati ketika manusia di dalam kandungan, dan kita menyetujui SOP tersebut. Sama halnya dengan orang-orang yang (kita anggap) salah dan berdosa, memang begitulah jalannya. Kita tidak tahu, bisa jadi dengan dosa dan kesalahan yang pernah dia lakukan, justru membawa mereka ke jalan sang Robbi. Kita tidak akan pernah tahu itu. Kita masih saja sibuk menilai oranglain.
Pernah saya membaca sebuah buku Centini, terbitan Galangpress, yang judulnya saya lupa. Intinya, si tokoh menecari makna kebahagiaan. Ia mengartikan kebahagiaan itu dengan memuaskan diri. Demi mencari esensi kebahagiaan itulah, mereka melakukan homo dan sek bebas. Sampai bertahun-tahun, ia berjalan mencari definisi. Si tokoh (saya lupa namannya) di usir orangtua, yang tidak lain adalah seorang kyai tersohor.
Selama proses pencarian kebahagiaan selama bertahun-tahun. Akhirnya Ia pun bertemu dengan Kidir. Ia di ajak menyelami lautan hingga bagian paling dalam, dan semakin dalam semakin kegelapan. Inti cerita yang panjang tersebut, kebahagiaan itu ada di hati kita. Itulah kemurahan Gusti mengajak hambanya kembali ke jalanNYA. Kita tidak akan tahu maksud Gusti.
Contoh sederhana saya orang yang mudah melabeli orang ini dan orang itu salah. Ah, daripada menuding, lebih baik saya menuding diri sendiri. Sederhana, mungkin sampai saat ini saya sangat marah dan menyalahkan Gusti dengan garis takdir dan masalah yang muncul. Saya menghardik sampai dower, sampai air mata habis. Tapi Gusti diam tidak merespons, tetap melanjutkan rencanaNYA. Pada sampai titik, aku baru mengerti dan memahami maksud Tuhan. Meski proses pemahamanku berjalan lambat, tapi kita akan belajar bahwa aku hidup bukan soal bahagia atau tidak bahagia. Bukan juga soal menyalahkan hidup kita atau menyalahkan garis takdir hidup orang lain.
Dan begitulah aku dan manusia yang ada di muka bumi ini. Manusia itu hanya mahluk yang sok tahu. Hanya Gusti yang maha tahu. Manusia tempatnya salah dan khilaf, sedangkan Gusti itu maha benar. Manusia itu sesuatu yang kompleks, di dalam tubuh manusia ada sel-sel yang hidup. Mereka bekerja secara estafet menghasil banyak reaksi, mulai membentuk cara berfikir, cara kita melihat masalah. begitu kopleks ketika kita mempelajari sistem syaraf dan mempelajari perkembangan kognitif. Atau mempelajari sistem imun di dalam tubuh kita. Jika kita mempelajari dengan kejernihan hati, apa yang kita pikirkan terhadap oranglain itu sesuatu yang sia-sia kita lakukan. Apa yang kita tahu belum seberapa, tapi kita sudah berani menyalahkan dan menjastifikasi perilaku orang itu salah atau benar, atau berani mengatakan orang A dan B masuk neraka atau surga. (Elisa)

Manusia-manusia Sok Tahu Manusia-manusia Sok Tahu Reviewed by elisa on Tuesday, December 25, 2018 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.