Friday, December 30, 2016

Romana Adika Emmanuela : Tekun Latihan, Pulang Bawa Penghargaan

Romana Adika Emmanuela konsisten tekuni Anggar. Siswa yang duduk di bangku XII IPA 3 ini akrab di sapa Romana. Kecintaannya terhadap olahraga, terutama Anggar mengantarkannya meraih beberapa kejuaraan. Terlihat beberapa tahun yang lalu, di tahun 2013 mendapatkan juara Anggar dalam acara Kejuaraan Nasional (Kejurnas). Tahun 2014, ia kembali meraih medali dalam ajang Kejuaraan Daerah (Kejurda).
Meskipun sebagian besar prestasi yang diporelahnya bidang olahraga, siswa kelahiran Kulonprogo, 08 April 1998 ini juga aktif mengikuti organisasi sekolah. mulai dari OSIS, Ekstrakulikuler dan PPKKP. Ia termasuk siswa yang aktif, meski semenjak kelas XII Ia mulai fokus persiapan untuk ujian nasional dan latihan olahraga saja.
Selain hobi olahraga, siswa dari SMAN 1 Pengasih, Kulonprogo ternyata hobi mendengarkan musik. Kembali berbicara perihal prestasi di Olahraga Anggar, ditahun yang sama 2014, Ia kembali meraih kejuaraan PORKAB dan Kejurnas yang kedua kalinya. Serentetan tahun ke tahun ia terus mendapatkan prestasi. Puncaknya tahun 2015 ia kembali menjuarai PORDA.
Bagi Romana meraih prestasi tersebut tidaklah mudah. Butuh perjuangan, latihan secara berkala dan rutin adalah kunci terbesar lelaki bertubuh kecil ini. Romana juga merasakan sulitnya membagi waktu antara latihan mempersiapkan kejuaraan dan sibuknya belajar. Romana memiliki tips membagi waktu, yaitu disiplin, konsisten, latihan secara cukup, berdoa, “Prinsipnya sedikit-sedikit asal konsisten dan cukup. Kerjakan yang disanggupi terlebih dahulu,” tegasnya.
Hal yang paling membuat merasa menyesal selama tahun 2015 perihal ajang kejuaraan yang diikutinya adalah, gagal tidak masuk Kejurnas. Ia pun mengakui kegagalan tahun lalu disebabkan kurang maksimal ketika latihan. Kegagalan siswa yang memiliki motto selalu berbuat baik sepenuh seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia ini tidak menyerah begitu saja. Ia masih bersemangat agar kesempatan yang akan datang mendapatkan hasil yang memuaskan. (Elisa & Intan)

Dimuat di Tabloid BIAS | 03|2016

Thursday, December 29, 2016

Mengikuti Ekskul Daijobu Menambah Wawasan & Ketrampilan

Siswa SMAN 2 Wonosari membuat ekskul Daijobu. Ekskul jejepangan yang mengupas habis berbau dengan Jepang.Mulai dari Kosplai, Bagaimana belajar hand made ala Jepang, mengenal kebudayaan Jepang, Ketrampilan membuat Manga, sampai mengenal makanan khas Jepang, dan anggota bisa belajar membuat makanan tersebut. Mengikuti ekskul Jejepangan ini memberikan ketrampilan bagi mereka.
Tepat setahun ekskul ini berdiri, anggota Daijobu berinisiatif mengadakan ivent dengan tema “Hi Japan”. Diselenggarakan pada 17 April 2016 berjalan sangat meriah. Briliana Wijaya, sebagai salah satu panitia tidak pernah menyangka bahwa kegiatan yang diadakan mendapatkan reaksi yang luar biasa. Mulai dari tempat pameran makanan sampai serentetan kegiatan yang diadakan sambutannya diluar ekspektasi. Bahkan, parkir pun disulap menjadi tempat pameran, dipenuhi oleh siswa SMA N 2 Wonosari dan semua guru maupun karyawan.
Makanan yang dipamerkan ludes dalam sekejap. Sampai-sampai harus membuat makanan di tempat pameran akibat kekurangna stok dan banyak peminatnya. Lian, yang masih kelas XI jurusan Bahasa bahagia mendapat sambutan. Bahwa kerja kera, membuat makanan hingga dini hari di sekolah tidak sia-sia. Resep makanan khas Jepang seperti Dorayaki, Takoyaki dan Susi sengaja mereka buat disesuaikan dengan lidah lokal. Misalnya, makanan Dorayaki isinya di ganti dengan ketan. Susi diganti dengan abon.
Dalam acara tersebut dibagi menjadi dua acara, formal dan non formal. Kegiatan formal dibentuk dengan seminar, talk show dan sering bersama. Sedangkan untuk acara non formal terdapat tutorial make up, tutorial membuat mangga dan kospley. “Sebenarnya kegiatan ini kita adakan karena ingin memberikan wadah bagi teman-teman yang memang suka dengan jejepangan. Bagi yang pintar menggambar, kita juga sediakan wadah buat mereka,” tegas Lian.
Adapun manfaat yang diperoleh Lian dan teman-teman. Selain mendapatkan pengalaman dan belajar berorganisasi, manfaat lain mengikuti Daijobu juga menambah ketrampilan dalam banyak hal. Mulai dari ketrampilan memasak, membuat handmade, dan belajar ketrampilan mengambar manga.

Ketika disinggung perihal alasan kenapa seolah membanggakan negara Jepang. Dan kenapa tidak membuat ekskul yang erat dengan kultur jawa Lian pun menjelaskan mengungkapkan alasannya. “Karena di sekolah sudah ada sendiri. misalnya setiap kali peringatan Kartini, dan kegiatan sekolah juga sering mengadakan ivent yang mengangkap kearifan lokal. Jadi, kita hanya ingin menciptakan keberagaman saja,” jelas Lian yang juga sebagai anggota Daijobu. (Elisa & Intan)

Dipublikasikan Tabloid BIAS edisi 3||2016

Friday, December 2, 2016

Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional

Tanah air Indonesia, terkenal di mata dunia dengan kekayaan sumber daya alamnya. Kekayaan alam yang melimpah dan paling beraneka ragam. Sayangnya, dibalik predikat yang membanggakan itu, kita sekaligus juga dikenal sebagai Negara yang paling merusak lingkungan. Hal itu dikarenakan dari tahun ke tahun kuantitas sumber daya alamd I Indonesia akan teruse merosot akibat banyaknya penyimpangan yang terjadi, dan diperkirakan sekitar 10 tahun lagi, akan musnah jika kita tidak melakukan perubahan.
Nasib belalang sebawa satwa incaran (Foto : Elisa)
Salah satu upaya pemerintah untuk mengantisipasi terjadinya pemusnahan sumber daya alam di Indonesia, yang dikenal sebagai zamrud khatulistiwa ini adalah, mencanangkan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN).
Hari CInta Puspa dan Satwa nasional sudah ada sejak tanggal 5 November 1995. Hari peringatan ini diresmikan dengan Surat Keputusan Presiden no 4 tahun 1993. Di tahun yang sama, ditetapkan berbagai Puspa dan Satwa yang menjadi cirri khas bangsa Indonesia. Puspa dan Satwa yang menjadi cirri khas Indonesia adalah Puspa Nasional yang meliputi, Puspa Nasional, Puspa Pesona, Puspa Langka. Pada puspa bangsa ditempati oleh bunga melati. Puspa pesona, ditempati bunga angers. Sedangkan puspa langka ditempati bunga Padma Raksasa. Sedangkan untuk Satwa Nasional ditempati oleh Komodo. Ikan siluk merah masuk ke kategori Satwa Pesona, dan Satwa Langka ada burun Elang.
Ada berbagai macam agenda yang diadakan disetiap daerah untuk memperingati HCPSN. Di Jakarta, tahun 2006 diadakan pecan Keluarga Cinta LIngkungan 3. Dalam acara itu dimeriahkan oleh AB Three dan kelompok music balada Wanadiri dari Bandung, Dik Doank bersama anak asuhannya dari Kandang Jurang Doank. Di Surabaya, HCPSN berlangsung di Kebun Binatang Surabaya. Acara ini dihadiri oleh 250 pelajar SD dan SMP. Acara diadawali dengan pendampilan ludruk yang nafaskan lingkungan dari YEP IV Klub Tunas HIjau. HCPSN, di Jogja, di tahun 2015 bertempat di dusun Sambi, di Pakembinangun, Pakem, Sleman.  Tradisi berjalan kaki menyusuri jalan-jalan di sekitar daerah yang masih asri.
Hal-hal yang bisa kita lakukan dalam HCPSN adalah melakukan penanaman pohon kembali, menghemat penggunaan BBM dan sumber energy lainya, tidak mencoret-coret dan merusak kawasan hutan serta tidak membuang sampah sembarangan. Yang penting,menanam rasa peduli dan kasih saying terhadap lingkungan hidup.
Banyak diantara kita yang mempunyai kegemaran seperti hiking, mount climbing, horse riding, bersepeda, berkebun dan bercocok tanam, juga sedikit banyak telah berpran dalam upaya pelestarian lingkungan. Termasuk hobi kita merawat binatang. Seperti yang dilakukan oleh Raisa Aurora, Siswi dari SMA Negeri di Bogor. Ia memelihara ke-15 keucing yang diperoleh dari nemu kucing yang tidak terawat. Ia, pernah mendapatkan penghargaan dari UNESCO untuk tulisannya, karena Ia ternyata juga suka menulis. Dia juga memiliki banyak hobi, seperti berkebun, menyulam sampai memasak.
“Semua itu berjalan dengan sendirinya tanpa harus memakai jadwal. Yang penting jangan suka menunda pekerjaan.” Jawab Rara.
Suatu hari nanti, gadis yang juga pandai bermain gitar ini ingin memiliki halaman rumah yang luas dan besar, agar bisa memelihara lebih banyak binatang dan member mereka tempat. Sebelum berpisah, Jawara Lifebuoy 2006 ini menyampaikan pesan untuk semua pembaca BIAS, “Teruskan rasa cinta kalian terhadap hewan. Hewan adalah mahluk TUhan dan Ia ciptakan ke bumi ini untuk kita rawat. Kalau kit amencintai mereka, maka merka akan mencintai kita kembali. Mereka juga seperti kita, selayaknya manusia yang memiliki perasaan.”
Semoga wawancara signkat BIAS dengan RAra ini dapat menjadi wacana atau bahkan menginspirasi sobat-sobat BIAS untuk menjadi Rara berikutnya. Masih ada berbagai jenis hewan yang dapat kita rawat dan sayangi. Tentunya program pelestarian lingkungan hidup ini tak akan pernah membuakan sukses tanpa peran serta masyarakat luas dengan pemerintah untuk menjaga ‘titipan tuhan’. Tidak aka nada artinya jika kit ahanya giat pada setiap peringatan HCPSSN saja, tapi di kehidupan sehari-hari tidak pernah. Justru seharusnya menjadikan peringatan HCPSN ini sebagai tongga perjuangan kita bersama dalam pelestarian lingkungan yang kemudian kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, marilah kita membuat bumi, terutama tanah air kita tercinta, menjadi tampat yang lebih nayaman untuk ditinggali. (Adya Satya Puspita)


Dimuat di, Tabloid BIAS | Edisi 8 | 2008

Thursday, December 1, 2016

Krisis Global, Saatnya Berbagi Kepedulian

Ingat krisis ekonomi 1998 yang menhancurkan perekonomian Indonesia? Bayang-bayang keterpurukan kondisi finansial benar-benar menghantui. Hingga tak ada hal lain yang menjadi mimpi terburu para pekerja, selain Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Krisis ekonomi yang menyebabkan daya beli konsumen berkurang serta penurunan jumlah produksi merupakan pemicu timbulnya fenomena PHK. Tak ayal, kebijakan terakhir yang banyak di tempuh oleh perusahaan adalah rasionalisasi jumlah pekerja.
Foto : http://bit.ly/2g6CGgI
Ketika ketidakstabilan perekonomian yang akibat krisis global memuncak, para pengusaha dirundung sebuah dilemma. Pertimbangan efisiensi modal menempatkan mereka dalam kebimbangan antara rasionalisasi jumlah pekerja dan penyesuaian jumlah produksi. Harapan akan kembalinya modal dari produk (barang atau jasa) yang dihasilkan membuat pengusaha lebih berpikir untuk memilih PHK sebagai langkah utama. Terutama dalam sector UMKM karena pada umumnya dalam sector ini, pengusaha tidak mempunyai dana cadangan seperti yang dimiliki oleh usaha-usaha besar. Dimana mereka mampunyai banyak divisi usaha sehingga bisa mengalihkan dana mereka dengan cepat pada bidang usaha yang paling membutuhkan kucuran modal.
Rasionalisasi pekerja memang erat kaitannya dengan krisis global. Namun, sebenarnya hal ini bisa diminimalisasi dengan adannya perbaikan sistem administrasi. Logikanya, jika manajemen suatu perusahaan bisa ditata dengan baik, mestinya ia bisa tetap tegak berdiri, walaupun dibayang-bayangi ancaman inflasi yang mendatang. Perencanaan kuangan, biaya profuksi, serta pengaturan-pengaturan lain harus mempertimbangkan tingkat inflasi dengan berbagai kemungkinannya.
Inflasi takkan bisa dicegah setiap tahunnya, dan krisis ekonomi global hanyalah satu cara “mempercepat” proses tersebut. maka, alternatif-alternatif uasaha pencegahan harus selalu disiapkan suatu perusahaan agar siap menghadapi setiap guncangan ekonomi.
Dalam kasus lain, kini sudah semakin banyak perusahaan yang memberlakukan sistem outsourcing. Sistem kontrak ini adalah pihak yang sangat sensitive terhadap perkembangan inflasi. Kebijakan outsourcing dapat membantu sebuah institusi mendapatkan karyawan dengan kualifikasi yang dibutuhkan secara instan, disamping tanggung jawab perusahaan atas pengawai tersebut tidak akan terlalu berat. Tetapi, bagi para pekerja kontrak, sistem ini beresiko karena tidak ada kepastian masa kerja dan jaminan nasib pasca bekerja. Tak jarang para pekerja outsourcing menjadi pilihan utama para pengusaha untuk ‘dikorbankan’ ketika ancaman PHK mengancam. Tentu saja, mengingat ketiadaan kewajiban perusahaan untuk member pesangon pada para pekerja outsourcing pasca-kontrak mereka. sangat berbeda ketika perusahaan terpaksa merumahkan para karyawan tetap mereka, mereka harus memberikan pesangon yang layak kepada mereka, sesuai dengan masa kerja dan pengabdian mereka.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita mencari pemecahan dari berbagai bentuk ‘penganiayaan’ terhadap buruh ini. Untuk usaha yang baru dibuat, pemilihan sector yang bersiko tidak terlalu tinggi bisa menjadi pertimbangan untuk mencegah potensi terpuruknya perusahaan karena krisis. Pembuatan rencana-rencana cadangan tau yang lebih dikenal sebagai Plan B, dan juga sumber keuangan lain juga diperlukan sebagai antisipasi. Bagi Anda yang telah terlanjur terkena dampak PHK, jangan terpuruk pada ‘ritual’ meruntuki nasib (dan institusi yang merumahkan). Hanya ada satu kata, bangkit.
Bagi yang masih ‘bertahan’, cobalah untuk mengevaluasi kondisi keuangan. Jangan menjadikan uang sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan. Sehingga Anda tidak benar-benar menderita ketika ancaman itu muncul. Ingat, ada yang lebih tidak beruntung daripada Anda! Ketika ancaman itu datang, usahakan untuk tetap berpikir tenang. Tak pernah ada pemecahan yang baik dari kepala yang panas bukan?.  (Atina dan Adinda)


Dimuat di, Tabloid BIAS | Edisi 8 | 2008

Wednesday, November 30, 2016

Belajar lebih Aktif dengan Guru yang Kreatif

Teman-teman, menurut kalian, apa sih makna belajar itu? Apa tujuan kita bersekolah? Pasti jawaban teman-teman berbeda-beda. Ada yang belajar karena paksaan dan sekolah hanya menjadi rutinitas, tapi ada juga yang memaknai bahwa belajar itu adalah kebutuhan dan sekolah adalah kewajiban. Sebenarnya tujuan orang tua menyekolahkan kita itu hanya satu, agar kita bisa menuntut ilmu setinggi mungkin dan dapat menjadi bekal kita untuk meraih cita-cita dan masa depan yang baik.
Foto : http://bit.ly/2gxi8yL
Tapi, apakah iya, kalalu kita di sekolah hanya membuka buku, diterangkan kemudian mengerjakan soal, ilmu-ilmu tersebut bisa 100% kita scrap? Rasa-rasannya cara belajar yang pasif di era globalisasi ini sudah tidak zamannya lagi. Maksudnya, di zaman dengan kecangihan teknologi sudah berbeda dengan zaman orang tua kita dulu.
Kalau dulu, mungkin hanya gurulah satu-satunya sumber informasi, sehingga siswa hanya menerima apa yang diajarkan gurunya. Tapi sekarang, informasi bisa didapatkan dari mana saja. Apalagi dengan adannya internet yang memungkinkan informasi yang dimiliki siswa lebih banyak dari gurunya.
Semua itu menuntut guru untuk menggunakan metode belajar yang kreatif sehingga siswa dapat belajar dengan aktif. Maksudnya, siswa dimungkinkan untuk menyerap informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai media selain guru. Dengan informasi dari berbagai macam tersebut, diharapkan siswa dapat berpikir secara kritis terhadap suatu masalah. Sehingga ketika guru menjelaskan tentang sesuatu, siswa dapat lebih mudah menyerap, karena mereka sudah mengetahui lebih dulu dan sudah terbiasa dengan studi kasusnya. Dengan cara seperti itu, siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar dan peran guru adalah hanya sebagai fasilitator.
Seperti halnya yang telah diberlakukan di SMPN 2 Yogyakarta. Di sekolah ini telah dibentuk ‘team teaching’ untuk pelajaran-pelajaran terpadu. Misalnya Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS. Team teaching adalah sistem mengajar dengan dua guru  yang masuk bersama dalam satu kelas, dan dalam satu mata pelajaran, guru pertama bertugas menyampaikan mteri dan guru lainnya bertugas sebagai obsercer yang mengawasi KBM dan melayani pertanyaan-pertanyaan siswa yang kurang jelas.
Tujuan team teaching yang pertama, memaksimalkan proses belajar mengajar pada pelajaran terpadu yang tidak memungkinkan diajarkan oleh satu orang guru sekaligus. Kedua, karena tuntutan jumlah jam mengajar guru yang telah di sertifikasi 24 jam.
“Dengan adannya team teaching, kami mengharapkan pembelajarn bisa lebih efektif dan ketuntasan belajar meningkat,” ujar Drs. Rahmanto, selaku Urusan Kurikulum SMPN 2 Yogyakarta.
Disekolah ini juga telah diajarkan sistem belajar mandiri. Sistem belajar mandiri adalah metode siswa dapat berperan aktif dalam proses belajar. Contohnya, pelajaran PKN, siswa harus membuat presentasi dari observasi lilngkungannya sendiri. dari sana siswa mampu mengyimpulkan sendiri materi yang diajarkan. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, siswa dituntut untuk mampu mempraktekkan materi secara langsung, baik ditengah masyrakat maupun di depan kelas. Sedangkan dalam pelajaran Matematika, siswa diharapkan tidak hanya menghafal, namun mengerti materi yang diajarkan.
Kemajuan teknologi, siswa dituntut mampu menyaring informasi untuk bahan materi presentasi mereka sendiri dengan cara membuat slide power point. Tidak hanya materi yang harus dimengerti, namun praktek juga perlu dikuasai. Pelajaran-pelajaran lain juga menggunakan sistem serupa, namun tetap dengan cirri khas mengajar guru yang berbeda. Bahkan dalam Bahasa Inggris, siswa diajarkan praktek studi lingkungan sebagai seorang guide. Semua cara tersebut dari kekreatifan guru untuk membimbing muridnya menjadi lebih kreatif.
Metode tersebut dianggap positif oleh siswa. Mereka mengaku senang dan merasa belajarnya lebih enjoy dengan sistem demikian. “Meski agak ribet, tapi aku jadi lebih mengerti materinya dan aku ngrasa asyik karena kita juga bisa berpran aktif nggak Cuma duduk dan nyatet omongna guru doang,” papar Reni, salah seorang siswa SMPN 2 Yogyakarta. Di zaman yang telah berubah cara belajar juga harus berubah. Cara dimana terdapat simbiosis mutualisme di dalamnya. Saling menguntungkan antara guru dan muridnya. Guru tak lagi repot menerangkan, murid jadi lebih semangat belajar. (Adelia Murti S)


Dimuat di, Tabloid BIAS | Edisi 8 | 2008

Friday, November 11, 2016

KARNAVAL BUDAYA SELENDANG SUTRA : Meramaikan Hari Museum Indonesia

Karnaval Budaya Selendang Sutra dimeriahkan oleh 18 peserta, yang terdiri dari kabupaten Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul, Sleman dan kota Yogyakarta. Karnaval yang dimeriah pada Kamis 6 Oktober 2016 diselenggarakan dalam rangka menyambut Hari Museum Indonesia, yang jatuh pada tanggal 12 Oktober 2016. Karnaval ini pertamakali diselenggarakan, dan pertamakalinya digelar untuk meramaikan hari Museum Indonesia.
Dalam rangka merayakan hari Museum Indonesia, Dinas Kebudayaan DIY(Disbud DIY) hadir turut mendukung kelancaran karnaval. Latar belakang karnaval Menyambut Hari museum, menurut Umar Priyono, selaku Kepala Disbud DIY adalah memberikan kesempatan dan wadah kepada pelajar dan mahasiswa yang ada di Jogja. Jogja sebagai kota pelajar diharapkan mereka juga belajar juga kehidupan masyarakatnya. “Ini adalah contoh nyata kolaborasi pelajar, mahasiswa dengan masyarakat, dan sambil mengenalkan potensi yang mereka miliki,” papar Umar ketika ditemui disela-sela acara.
Selain dimeriahkan oleh beberapa kota, juga dimeriahkan oleh Ikatan Pelajar Mahasiswa Daerah (IKPMD). Tampak dari peserta mempertontonkan potensi yang mereka miliki. Salah satunya dari Sleman, Badui Sabilul Muslimin yang mempertontonkan tradisi Badui, dimana peserta melakukan gerakan atraktif, kompak dan bersinergi, sambil diiringi lagu khas mereka.
Karnaval juga diikuti oleh Duta Museum 2016. Dimana mereka sebagai duta museum memiliki peran untuk memperkenalkan, mendekatkan museum ke masyarakat luas. Sekaligus memperkenalkan bahwa museum sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar, mengenal sejarah, budaya Yogyakarta.
Harapan Paskalia Siwi (23) sebagai Duta Museum 2016, di hari Museum Nasional, Ia berharap masyarakat bisa lebih dekat dengan museum, mengenal museum, karena ada pepatah yang mengatakan tak kenal maka tak sayang. “Jika masyarakat sudah mengenal museum, masyarakat bisa timbul rasa memiliki dan mencintai,” paparnya. Ia pun menambahkan bahwa sebagai warga Yogyakarta patut berbangga, karena museum terbanyak ada di Yogyakarta, setidaknya ada 45 museum yang ada di Yogyakarta. (Elisa, Dhea)

Tebing Breksi : Endapan Abu Vulkanik Gunung Api Purba Nglanggeran

Tebing Breksi awal tahun 2016 menjadi salah satu objek wisata di kawasan Sleman yang tengah hit dikunjungi. Menurut Eko Nur Setiawan, sebagai koordinator pengelola tebing Breksi sesuai pantauan, di Senin-Jumat minimal 150 pengunjung. Ketika hari Sabtu-Minggu atau tanggal merah, pengunjung yang datang mencapai 1000 pengunjung. Lokasinya tepat berada di Dusun Groyokan/Nglengkong, Sleman, Sambirejo, Prambanan, Sleman. Siapa yang menyangka jika dahulu tempat ini adalah tempat penambang batuan breksi berubah menjadi tempat wisata yang memukau.
Tebing breksi diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuono ke X pada tanggal 30-31 Mei 2015 ini banyak yang menganggap bahwa bebatuan yang berwarna putih ke abu-abuan sebagai batu kapur. Menurut Eko Nur Setiawan, sebagai koordinator yang mengelola tempat ini tidak membenarkan anggapan tersebut. Tidak banyak wisatawan yang tahu bahwa tebing breksi adalah bebatuan yang terbentuk karena endapan abu vulkanik Gunung Api Purba Nglanggeran. Bahasa ilmiahnya yang disebut batu tuve atau tuvaan. Dimana disisi tebing breksi itu sendiri tersusun beberapa lapisan.
Tidak banyak wisatawan tahu pula tentang bebatuan tuvaaan di Breksi adannya hanya di sini dan di danau Toba. “Garis-garis dibagian atas disebut medan gelincir. Tapi, penambang di sini menyebutnya Lenthon. Kemudian di bagian bawahnya terlihat serat halus namanya serat super. Dan disedekatnya itu disebut trotol,” ceritanya sambil menunjuk salah satu bagian trotol di tebing breksi.
Latar belakang Eko dan Pokdarwis Lowo Ijo menjadikan objek wisata ini karena melihat potensi alam yang sangat besar. Dinas Pariwisata Yogyakarta pun juga mendukung penuh objek wisata ini menjadi wisata alam. Salah satu bentuk dukungan Dinas Pariwisata membuat telatar seneng. Telatar seneng adalah panggung terbuka, mampu menampung 700 orang, dibuat di atas.
 Bentuk telatar seneng dikonsep berbentuk lingkaran. Dibagian tengah sebagai tempat pertunjukan, di sekeleliling, dipasang kursi mengelilingki panggung terbuka secara melingkar. Menurut penuturan Eko, panggung terbuka ini rencanannya akan digunakan untuk pentas kesedian budaya yang ada di Sambirejo. Setiap dua minggu sekali atau sebulan sekali akan diagendakan ada pertunjukan.
Ada yang menarik dari tebing ini. Sisi bagian Timur, di dinding tebing terpahat gambar tokoh-tokoh wayang. Ketika ditanyakan filosofi dan pesan ingin disampaikan dari wayang tersebut apa, Eko pun memaparkan bahwa itu ulah keisengan para penambang batu. Bagi Eko, selama keisengan itu positif, tidak masalah. “Justru karena keisengan tersebut muncul ide untuk memahat dengan tokoh wayang lainnya jangka panjang, dan jika memungkinkan,” ujarnya.
Harapan ke depan Eko perihak wisata baru tebing Breksi akan dibangun gazebo di atas bukit breksi. Kini, proses pembangunan sarana dan prasarana di Breksi memang masih terus berjalan. Eko pun menghimbau kepada semua wisatawan yang datang untuk peduli lingkungan, tidak merusak dan tidak membuang sampah sembarang. (Elisa)

Wednesday, November 9, 2016

Nurul Aswiyani : Aktif Mengikuti Ajang Lomba untuk Menggali Potensi

Nurul Aswiyani, siswa dari SMAN 2 Wonosari Ingin mengharumkan Gunungkidul dan kota Yogyakarta ke tingkat Nasional. Siswa yang sekarang duduk di bangku XI jurusan Bahasa memanfaatkan masa mudanya dengan mengikuti perlombaan dan ingin memanfaatkan waktunya dengan kegiatan positif. Dari banyak peluang perlombaan, Ia pernah mewakili tingkat Nasional dalam ajang kejuaraan Karya Ilmiah Remaja (KIR).
. Gadis kelahiran, Praci, 05 Februari 1999 ini memiliki hobi membaca. Kecintaannya membaca mengantarkannya untuk belajar menulis. Ia pun ingin mencoba kemampuanya dengan mengikuti lomba cipta puisi FLSSN tingkat kabupaten 2015. Hasilnya, Ia mendapatkan nominasi juara 3. Nurul tidak berbangga hati dan berpuas diri sampai disitu saja. masih di tahun yang sama, Ia juga mengikuti ajang perlombaan lain. Ia juara 3 dalam ajang lomba Inovasi Teknologi, tingkat Propinsi tahun 2015.
Kesempatan duduk dibangku sekolah SMA, mendorong Nurul untuk mencoba segala kesempatan yang ada. Ia pun aktif mengikuti ajang perlombaan yang dimeriahkan oleh para pelajar. Wajar jika di tahun 2015, Ia berhasil mendapatkan beberapa penghargaan. Salah satunya penghargaan dalam ajang kejuaraan AHM, sebagai best student tingkat Nasional, yang diselenggarakan di Jakarta tahun 2015 yang lalu. Dalam ajang perlombaan tersebut, Ia memperoleh peringkat ke dua.
Di tahun 2016 awal, Ia dan kedua teman-temannya mewakili sekolah Lomba Debat Bahasa Indonesia mewakili SMAN 2 Wonosari di tingkat Propinsi. Meski tidak sesuai harapan, SMAN 2 Wonosari memperoleh juara 2. Beruntungnya, karena selama debat yuri melihat potensi, akhirnya Nurul diajukan mengikuti debat Bahasa Indonesia tingkat Nasional bersama 2 pelajar dari SMA 3 Yogyakarta pada bulan Agustus 2016. Belum lama, Ia kembali memperoleh medali dalam rangka Sagasitas Research Competition, pertengahan Juni 2016.
Tidak sekedar memaksimalkan potensi dan eksplorasi diri mengikuti ajang perlombaan saja. Nurul juga aktif dalam kegiatan sekolah. Mulai mengikuti organisasi sekolah seperti pengurus OSIS, Dewan Ambalan dan Dewan Kerja (DIK) dan pengurus Daijobu klub. Ia pun juga ikut Wijaya Riset Center, dimana pada bulan Mei 2016 Ia mengikuti Sagasitas Research Exhibition (SRE), untuk persiapan OPSI (Olimpieade Penelitian Siswa Indonesia).  Nurul, tidak melulu mengikuti perlombaan dan organisasi sekolah. Ia juga ikut banyak event. Baik itu event dari sekolah maupun di luar sekolah. Salah satunya, sering mengikuti pameran penelitian yang bertempat di UGM, bulan Mei 2016 lalu.
Banyaknya kegiatan dan organisasi yang diikuti remaja ini, justru mengajarkan Nurul arti disiplin. Secara tidak langsung, Ia dibiasakan dengan banyak aktivitas dan belajar bersosialisasi. Ia belajar bagaimana berhadapan dengan masyarakat, dan bagaimana komunikasi yang bagus. Selain cerdas berbahasa, dia juga memiliki kecerdasan emosional yang baik. Meskipun demikian, bukan berarti Ia tidak mengalami kesulitan.

Nurul sama dengan pelajar pada umumnya, sebagai manusia biasa. Ia mengaku sering kesulitan membagi waktu antara kegiatan dan tugas sekolah. Kebiasaan yang padat justru mampu membuatnya menemukan formula membagi waktu. Seperti yang Ia ceritakan, Ia membagi waktunya dengan memanfaatkan stiky note untuk mengingatkan tugas-tugas yang belum dikerjakan. Catatan kecil itu ia tempelkan di kamarnya, tugas dan kegiatan yang sudah diselesaikan, ia centang. Jika ada tugas dan kegiataan yang bersamaan, Ia pun sudah terbiasa lembur, sehingga untuk kegiatan ke belakang, Ia sudah terbiasa. “Sudah biasa lembur, kalo sekarang sudah tidak kesulitan, sudah biasa,” tegasnya. (Elisa & Intan)

Saturday, November 5, 2016

Puncak Bucu : Suguhkan Panorama Alam

Bukit Bucu dicanangkan sebagai objek wisata alam di Bantul. Lokasinya berada di perbatasan desa Kaligatuk dan Ngelosari, Srimulyo, Piyungan, Bantul. Belakangan ini tempat ini santer tersebar di media sosial sebagai wisata alternatif yang sudah banyak dikunjungi. Hal ini dibenarkan oleh Pak Supri, Kepala Wilayah Kaligatuk. Meski belum dibuka secara resmi, sudah banyak pengunjung yang mendatangi tempat ini. Selain sebagai tempat untuk berlibur, bukit Bucu sering dimanfaatkan para goeser sebagai tujuan bersepeda juga lo.
Foto : Elisa
Siapa yang mengira bukit yang berada di atas bebatuan ini dahulunya disinggahi hewan-hewan langka. Mulai dari berbagai jenis burung langka sampai binatang buas seperti Harimau. Pak Supri, menuturkan bahwa Bukit Bucu masih dalam tahap pengembangan sebagai tempat wisata alternatif. Hingga detik ini, Bukit Bucu juga sering dimanfaatkan sebagai tempat berkemah pelajar hingga Mahasiswa. Tidak hanya itu, sekitar bulan Februari 2016 yang lalu dilakukan penghijauan bersama Bupati Bantul. Sebagai wisata yang tergolong masih perawan,  akses menuju bukit Bucu masih kurang bagus. terutama ketika musim hujan, jalanan menuju titik lokasi licin. Meskipun demikian, pemandangan yang ditawarkan tidak jauh keren dari pemandangan di Watu Amben, Dlingo dan bukit bintang.
Ketika sore hari, cuaca cerah. Warga sekitar sering menghabiskan sore mereka menikmati senja. Berbeda dengan kesempataan waktu itu ke sana. Suasana gerimis. Saya ditemani keempat teman saya mendatangi Bukit Bucu ketika turun hujan. karena hujan, menuju ke puncak bucu harus melewati tanjakan berbatu yang licin. Sepanjang perjalanan mendaki bebatuan berundak dan bertembokan bebatuan cadas berlumur menjadi pemandangan khas. Rerumputan liar di kanan kiri kita juga memperlihat masih banyak hewan melata, gambaran kekayaan Alam tanah Jawa. Tampak pula satu dua petani juga terlihat merawat tanaman palawija. Ada pula yang memanggul rerumputan segar di pundak untuk hewan ternaknya.

Friday, November 4, 2016

Peristiwa 4 November 2016 : Kemanakah Aku Harus Berteriak?

Hari ini, hari Jum’at, 4 November 2016. Ku tulis catatan ini sebagai dokumentasi. Sebelum saya menulis pada intinya, tulisan ini hanya tulisan subjektif dari sisi saya. Jadi, jangan ada yang tersinggung, terhina, dan sejenisnya. Karena tulisan ini tidak saya tujukan kepada siapapun.
H-2 sebelum tanggal 4 November 2016, lini masa FB saya sudah mulai dipenuhi dengan aksi demo masa di Jakarta. Saya tidak tahu apa yang terjadi di senayan sana sebenarnya. Berdasarkan status yang bersliweran, karena penistaan surat Al Maidah yang disampaikan oleh Ahok.
foto : http://bit.ly/2e8IABe
Saya orang awam soal politik, saya tidak mengikuti politik, dan saya lelah mengikuti berita yang simpang siur. Hanya satu yang pasti, Lini Masaku ramai oleh dua kubu.
Semua orang tidak mau ketinggalan update status. Berbagai sudut pandang mulai bermunculan di lini masa. Mulai dari pendapat dari pihak pendukung demo, ataupun yang tidak setuju tentang demo. Saya, sebagai orang yang CENDERUNG netral belajar mencoba memahami alasan dan menghormati keputusan mereka.
Pada dasarnya, setiap orang memiliki alasan dan dasar yang berbeda. setiap orang memiliki persepsi dan keyakinan yang berbeda. Muncul rasa kasihan dan keprihatinan. Sebuah rasa yang sulit saya sampaikan, karena yang saya pikirkan banyak sekali. Aku ingin berteriak. Ah, saya memang baper, saya juga over thinking.
Banyak reaksi di lini masa. Mulai makian kepada Presiden, sampai entah kemana-mana komentarnya. Sedangkan saya, yang berdiri di layar komputer mencoba mengerti harapan, keingingan dan sudutpandang mereka. Sisi lain, saya juga mengerti pemikiran dan alasan mereka yang tidak mendukung demo.

Thursday, November 3, 2016

Kedai Wedangan : Berbagi Dengan Sederhana

Kedai Wedangan berbagi buku sambil menikmati panorama pantai Selatan dari atas bukit Watu Lumbung. Lokasinya berada di bukit Watu lumbung, Parangtritis, Kretek, Bantul. Tempat ini semacam lesehan tempat makan out door yang menawarkan menu makanan saja, tetapi menawarkan segudang edukasi positif. Milyarto Suryo Nagoro, atau biasa disapa Iyok, Owner Kedai Wedangan memulai usaha ini sejak 26 Januari 2015 yang lalu.
Iyok foto bersama di depan Kedai Wedangan
Dari luar, Kedai ini terlihat biasa, tidak ada sisi kemewahan. Setelah masuk ke dalam, dijamin, betah berlama-lama ditempat ini. Di bawah pohon Talok mas Iyok dan saya duduk di atas kursi yang terbuat dari potongan kayu yang anyam. Di depan kita, terdapat akar besar yang dimanfaatkan sebagai meja pun sudah tersaji dua es jeruk, dan secangkir kopi panas. Di sisi Barat saya, terdapat dua ayunan kayu bertalikan dadung. Terlihat juga meja yang hanya terbuat dari belahan kayu tidak diplitur ditantung di cagak kayu pula. Terlihat pengunjung yang asyik sambil membaca buku, duduk menikmati hamparan pantai selatan membelah langit, seolah menyatu dengan langit. Terlihat petak sawah yang menghijau dari kejauhan. Angin sepoi-sepoi, terdengar sesekali angsa berkoak dan suara anak ayam yang saling berebut makan. Nuansa pedesaan yang sarat keasrian dan kesederhana benar-benar menonjol.
“Srupt,” Mas Iyok meneguk kopinya, duduk di samping saya, dan berceritalah Ia. Konsep yang diusung Kedai Wedangan adalah berbagi dengan cara sederhana, lewat apa saja yang bermanfaat bagi sesama dan bersifat mengedukasi. Ditempat ini terdapat perpustakaan sederhana, dibangun atas dasar swadaya masyarakat yang ikhlas menukar tiga bukunya dengan free menu di Kedai Wedangan. Pengunjung yang datang tidak hanya menikmati pemandangan dan menu saja, pengunjung juga sangat diperbolehkan membaca buku dari perpustakaan yang disediakan.
banyak program edukatif lain. Seperti program berbagi bahasa. Pengunjung yang datang dapat menyumbangkan puisi pendek dengan bahasa daerah masing-masing. Kemudian puisi tersebut dibacakan ditempat umum. Kedai Wedangan akan mengabadikan dalam bentuk  video, sedangkan karya cipta puisinya dikumpulkan dibukukan.
“Sebenarnya itu mengingatkan kembali daerah kita, melestarikan bahasa daerah, apalagi di Jogja ini banyak pelajar dan mahasiswa perantau, mereka bisa membuat puisi menggunakan bahasa daerah mereka,” tambah Iyok ketika ditanya alasan kenapa puisinya menggunakan bahasa daerah.
Program Kedai Wedangan tidak berhenti itu saja. Ada program lain, yaitu kelas berbagi. Di kelas berbagi inilah teman-teman dari segala lingkup dapat membuat program workshop. Baik itu workshop lingkup senirupa, pendidikan sampai cabang ilmu lain, yang intinya mendidik, membangun dan positif.

Tuesday, November 1, 2016

SIP Studio : Keprihatinan Terhadap Perfileman Indonesia

  SIP Studio merupakan komunitas perfileman yang peduli dengan film karya asli Indonesia. Anggota SIP Studio adalah orang-orang yang berjuang dari bawah sampai menuju kesuksesan bersama. Komunitas ini lahir pada 9 september 2009 yang lalu. Alfat Beryan Iskandar, selaku ketua SIP Studio menuturkan bahwa alasan dibuatnya komunitas ini berawal dari keprihatinan melihat antusias para penonton film buatan indonesia sangat sedikit. Dimana masyarakat lebih bangga melihat film dari luar dibandingkan film buatan anak bangsa.
Foto : Elisa
Upaya meningkatkan rasa cinta terhadap film Indonesia, komunitas ini pun pada 13 Maret 2016 lalu membuka stand di GSP UGM. Salah satunya dengan membuat serangkaian acara untuk menarik minat masyarakat. Kesempatan tersebut menyelengarakan open casting untuk film sang saka dan recruitmen crew untuk umum. Dimana dalam proses pembuatan film ini akan memadukan tekhnologi CGI, yang sumber daya manusianya masih relatif sedikit.
“Dalam acara open casting banyak para pengunjung yang antusias untuk mengikuti nya, tetapi selain acara casting, stand sang saka yang bekerjasama dengan MSV Picture dan putaran film menampilkan trailer film battle of surabaya versi internasional dan kalam-kalam langit the movie,Imbuh Ujar Alfath.
Alfath juga menuturkan sisi lain perfileman di Indonesia. Semakin banyaknya persaingan dan artis baru yang masuk. Bukan berarti Ia dan teman-temannya mengesampingkan konten. Alfath pun merasa bangga dan mendukung penuh perfilman Indonesia yang berkualitas. “Karena perfilman di Indonesia yang berkualitas memang jarang. Kebanyakan mereka lebih mementingkan rating. Bukan berarti semua film jelek. Kita juga tidak kalah keren bisa membuat film yang berkualitas yang lain,” tegasnya.
Berbeda pendapat Endik Koeswoyo, salah satu penulis skenario yang sekarang terkenal dengan judul sinetron 7 Manusia Harimau. Ia mengungkapkan bahwa kenapa industri perfileman membosankan dan itu-itu saja, karena disebabkan kurangnya penulis skenario “Jadi kalo alur dan begitu-begitu saja ya wajar. Satu stasiun televisi aja hanya ada 2-3 penulis,” jelasnya lewat pesan WA.
dengan hadirnya Battle of surabaya, kalam-kalam langit banyak film yang kreatif lain yang luar biasa inilah yang patut di perjuangkan dan menjadi pionir perfilman. Film yang tidak sekedar memberikan tontonan, tetapi juga tuntunan,” harapannya. (Elisa, Dhea)

Diterbitkan, Tabloid Remaja BIAS, Edisi 2 | Th. XXI | 2016

Sunday, October 30, 2016

Pameran Seni Lupa Rupa : Mengajak Mengingat Kembali Wajah Kita

Pameran seni yang diselenggarakan oleh STRSD Visi ini mengambil tempat di Jogja Nasional Museum dan digelar selama tiga hari. Pembukaan dimulai 11 Maret pada pukul 19.30 WIB – selesai oleh Drs. Andang Suprihadi, selain itu ada pula workshop, dan beberapa pertunjukan seni yang ditampilkan oleh IRC (Indonesia Reggae Community), DER JAEGER, FJ Kunthing, Terpal and Black Anomali, selain itu ada LAS (Lereng Art Studio) dan Stamp yang memberikan pengatahuan tentang mural dan graffiti. Hari selanjutnya pameran bisa dihadiri dari pukul 11.00 WIB – 22.00 WIB.
Hardrian berdiri di salah satu karya peserta
(Foto : Elisa)
Lupa Rupa menampilkan berbagai macam jenis seni rupa, mulai dari digital, lukis, pensil, cetak-mencetak, hingga batik. Pameran ini bersifat kolektif, sebagian besar objek yang dipajang merupakan kumpulan karya dari berbagai seniman yang ingin ciptaan mereka dipublikasikan, tak hanya dari Yogyakarta dan sekitarnya, tetapi juga dari luar kota, seperti Surabaya, Jakarta, Purwokerto, Bandung, dan lain-lain.
 “Kami menerima siapa saja yang mengajukan karya ereka kepada kami, kami tidak membeda-bedakan apakah orang tersebut seniman terkenal atau tidak. Bahkan ada anak SMP dan SMA yang mengajukan karya mereka kepada kami,” terang Hardrian (23), selaku wakil ketua panitia, ketika ditanya tentang makna pameran ini.
Pameran Lupa Rupa menurut Hardrian merupakan representasi kegelisahan panitia, melihat fenomena sosial di Yogyakarta. Perkembangan zaman itu memang ada, dan modernisasi tak bisa dihentikan, karena itulah banyak orang yang telah lupa wajah mereka, rupa mereka, dengan kata lain lupa diri. Harapannya, pameran inilah yang akan mengingatkan kembali jati diri kita sebagai warga Jogja. Warga Jogja yang menjaga kebudayaan, seni dan banyak hal yang telah ditinggalkan untuk kita.

Friday, October 28, 2016

Wisman Jatuh Cinta Kebudayaan Jogja

Dinas Kebudayaan Yogyakarta targetkan 100 Desa Budaya di tahun 2020. Semakin banyak tempat wisata baru bermunculan di Jogja, ternayata dibarengi semakin banyak pula desa yang memiliki potensial lain di bidang kebudayaan. Dalam rangka memaksimalkan desa wisata, Dinas Kebudayaan Yogyakarta 22 Maret 2016 menyelenggarakan pengelolaan desa budaya. Ada sekitar 43 desa. Baik yang telah memperoleh SK maupun rintisan. Desa tersebut terdiri dari Kabupaten Sleman, terdiri dari 10 desa di 8 kecamatan. Kabupaten Bantul 9 Desa di 9 Kecamatan. Untuk wilayah Kulonprogo diambil 12 desa dari 11 kecamatan. Begitupun dengan Kabupaten Gunungkidul, terdapat 12 dari 11 kecamatan. Kesemuanya mendapatkan pembinaan agar desa budaya yang ditunjuk matang dalam melakukan berbagai program yang akan diusung.
Pak Umar Priyono tengah memaparkan tentang
potensi desa budaya (Foto : Elisa)
Sriwahyuni Sulitiowati, dari Dinas Kebudayaan saat ditemui ditengah-tengah workshop. Ia menuturkan bahwa kegiatan ini sudah dimulai sejak tahun 1995. Program pengelolaan desa Budaya diselenggarakan dalam rangka menjaga keberlanjutan eksistensi desa budaya Yogyakarta yang sarat makna dan aset kebudayaan. Menurutnya, wisata desa budaya penting dijaga dan dipertahankan. Mengingat banyak budaya barat masuk, salah satu cara meningkatkan kecintaan nilai-nilai kearifan lokal dan memperkuat agar tidak mudah hilang begitu saja, agar terus terjaga.
“Harapan dari program ini mampu meningkatkan kapasitas SDM dan mengenalkan potensi dari desa. Misalnya, Desa A memiliki kekhasan kerajinan dan kuliner, maka itulah yang ditonjolkan,” paparnya.
Pentingnya memberikan dukungan kepada desa yang berpotensi memberikan semangat dan rasa nasionalisme sendiri. Hal ini yang juga dirasakan Bu Yuni saat menceritakan pengalamannya melakukan kunjungan di desa Cangkringan, Sleman. Dimana, di tempat ini turis mancanegara dari Belanda belajar bagaimana carannya menghidupkan api dari kayu, belajar bagaimana memasak sayur lodeh. Mereka belajar kehidupan orang-orang desa dengan cara yang masih tradisional. Mulai mencari lauk dengan cara memancing, kemudian memasak. “Ketika makanpun mereka memakai kuali, batok. Dan ternyata efek wisata desa wisata ini sangat positif,” ceritanya penuh semangat bangga.

Wednesday, October 26, 2016

Pagelaran Buku Jogja : Mengedukasi Pengunjung Agar Gemar Membaca

  Pagelaran Buku Jogja (PBJ) menarik masyarakat cinta membaca dengan mengantungkan puluhan buku di langit-langit pintu masuk. Ade, koorniator acara memaparkan bahwa, sebelum masuk pengunjung dibuat penasaran terhadap buku yang digantungkan daripada buku yang ditumpuk. PBJ adalah pameran buku yang pertama kali digelar pada tahun 2016, menjadi event buku pembuka di Kota Pelajar ini, panitia acara berharap mampu menarik banyak minat masyarakat, terutama pecinta literasi yang telah haus akan hadirnya ekshibisi-ekshibisi buku.
Foto : Elisa
Acara yang diadakan pada tanggal 3 Maret – 9 Maret 2016 ini bertempat di Balai Pamungkas, Jalan Yos Sudarso, Yogyakarta. Pagelaran Buku Jogja dibuka dari pukul 09.00 WIB – 21.00 WIB, dengan mengusung nama ‘Pagelaran’, diharapkan pameran kali ini mampu membawa nuansa yang berbada dari acara-acara buku sebelumnya.
Memasuki Balai Pamungkas akan terlihat Pojok Narsis, atau Wall of Fame yang sengaja dipasang untuk memanjakan pengunjung-pengunjung muda yang ingin berfoto-foto terlebih dahulu. Setelah itu kita akan disambut oleh Welcome Gate,yang beraksen khas Jawa, kemudian sebelum masuk kita akan menjumpai berbagai judul buku yang digantung bak tirai-tirai yang hampir menutupi jalan masuk.
“Selain sebagai upaya untuk menarik pengunjung, kami menggantung buku-buku tersebut karena mereka yang melewati tempat itu setidaknya melihat dan melirik-lirik buku yang digantung, jika ada yang menarik minat mereka, mungkin mereka akan mencarinya di pagelaran buku ini. Pengunjun pun dipersilakan bernarsis ria di tempat itu,” ujar Ade, selaku koordinator acara. 
Sambil ditemani segelas air, Adepun menjelaskan bahwa PBJ memisahkan buku-buku berdasarkan beberapa kategori di wilayah yang berbeda ; di luar gedung Balai Pamungkas terpampang dengan rapi buku-buku obralan, lalu di kawasan tengah atau memasuki sebagian besar gedung ada buku best seller, buku reguler, dan buku-buku baru, selanjutnya di bagian paling belakang tersedia buku-buku lawasan atau koleksi-koleksi lama. Ada kurang lebih 20 partisipan yang terdiri dari toko buku, penerbit, reseller, maupun komunitas yang ikut memeriahkan acara ini.

Monday, October 24, 2016

SMK Muhammadiyah 1 Bantul : Sekolah Sambil Bekerja, Why Not?


Sekolah tidak melulu belajar secara teks. Di SMK Muhammadiyah 1 Bantul (Musaba) selain sekolah, para siswa juga bisa sambil bekerja. Sekolah yang berada di Jl. Parangtritis Km 12 Manding, Trirenggo, Bantul menerapkan metode ini dengan tujuan memberikan pengalaman bagi para siswa. Taswanto, selaku humas memaparkan bahwa, selain sekolah sambil bekerja, siswa Musaba juga tidak melupakan tugas utama sekolah, yaitu belajar cabang ilmu yang lain pada umumnya pelajar SMK.
Foto : Dokpri Musaba
Tidak ada kerja keras yang percuma. Siswa Musaba mampu memproduksi Antena dan bola lampu. Hasil ciptaan mereka pun dijual ke pasar elektronik. Sistem penjalan sesuai penuturan Taswanto dilakukan dengan metode menitipkan barang. “Jadi barang kita titipkan ke toko elektronik, kita akan dibayar ketika dagangan terjual,” tandasnya.
Pihak sekolah tidak hanya diam memberdayakan dan memberikan ketrampilan kepada siswa sampai di situ saja. Kegiatan sekolah sambil bekerja bertujuan juga memberikan dua pengetahuan dan bekal. Yaitu ilmu secara teknik bagaimana menciptakan bola lampu/antena dan memberikan ilmu secara manajemen ekonominya.
Inisiatif pertamakali program sekolah sambil bekerja berjalan karena ingin merealisasikan visi misi Musaba, yaitu berakhlak mulia dan berdaya saing. “Misi berdaya saing inilah yang ingin kita tonjolkan lewat program ini. Pihak sekolah tidak hanya mengajarkan bongkar pasang, tetapi juga mengajarkan bagaimana caranya menciptakan,” paparnya, Taswanto di Kantornya.

Saturday, October 22, 2016

Manfaatkan Liburan Dengan Cara Cerdas

  Tidak semua orang bisa menikmati liburan cerdas. Salah satu upaya yang dilakukan Imam Safei, SMKN 1 Saptosari agar liburannya tetap bermanfaat dengan berolahraga di Pantai. Pelajar satu ini memang menjadikan pantai sebagai lokasi olahraga voli karena lokasinya dekat dengan rumah. Baginya, olahraga hal yang penting dilakukan, mengingat selama di sekolah lebih banyak bekerja dengan otak. Jika Safei tinggal di dekat pesisir, jauh dari kota, maka berbeda dengan Muhammad Ridwan, dari SMAN 1 Panggang. Ia harus merelakan waktu menempuh jarak jauh untuk pergi ke pantai. Begitupun dengan Ferdi Himawan, dari SMK Tanjung Sari, alasan dia mengisi liburan dengan piknik karena Ia beranggapan bahwa liburan di alam bisa melepaskan penat lebih efektif.
Foto : Elisa
Tidak melulu liburan ke tempat wisata. Muhammad Dheni, siswa dari SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta mengisi waktu liburannya dengan latihan nge-band bersama teman-temannya. “Kegiatan ini melatih saya disiplin dan tanggungjawab. Sering juga waktu liburan kita isi untuk tampil nge-band dalam event dan acara,” imbuhnya.
Beragam cara menarik pelajar Jogja jalani dan menghabiskan hari libur lebih bermanfaat. Bagi pelajar putri, seperti Nurul Nur Amanda, dari SMKN Purwosari pun juga memiliki cara lain menikmati liburannya. Ia biasa menggunakan waktu liburannya berjualan membantu Ibunya. Ia pun tidak merasa malu dan minder. Aktivitas liburan berjualan Nurul ternyata mendapatkan ejekan dari teman-temannya, namun Ia masa bodoh, baginya membantu orangtua lebih bermanfaat daripada hanya main nyenengin diri sendiri, lupa menyenangkan orangtua.

Thursday, October 20, 2016

Repotnya Mempersiapkan Liburan

Setiap orang memiliki cara sendiri untuk memanjakan diri dari rutinitas yang padat. Tidak terkecuali beberapa pelajar SMA/K setelah 6 hari disibukan dengan tugas sekolah. Mifthahul Janah,   melewatkan hari liburnya dengan membuat puisi, membuat cerpen dan membuat handmade yang digemarinya. Ketika libur panjang, Ia biasa berlibur bersama keluarganya. Adapun persiapan liburan panjang. Selain menyiapkan rencana kegiataan yang akan dilakukan agar tetap mencerdaskan, juga mempersiapkan bekal. Mulai bekal untuk disantap setiba ditempat tujuan, sampai mempersiapkan membawa banyak alat dan barang sesuai keperluan. “Hal terpenting, mempersiapkan stamina. Agar setelah liburan kembali bersemangat, bukan malah sakit,” imbuh siswi dari MAN 1 Yogyakarta.
Foto : Dokpri
Dhea Aulia, dari SMKN 1 Saptosari yang hobi jalan-jalan mendaki gunung juga selalu menyiapkan barang keperluan pendakian jauh-jauh hari. Jika mereka sibuk mempersiapkan liburan mereka, berbeda dengan Chandra Ayu Puspita yang menyadari banyak teman-teman seusia dengan dirinya memiliki cara sendiri dalam menikmati liburan mereka. Sama halnya dengan dirinya. Di hari libur, ia sibuk menghabiskan waktu liburnya dengan mempersiapkan keperluan kursus tari dan kursus kerajinan tangan. Bagi Ayu, cara inilah dapat menjernihkan pikiran, mengasah ketrampilan dan menambah wawasan tentang seni.
“Karena di sekolah saya tidak dijelaskan secara detail tentang hal-hal tersebut. Apalagi saya seorang perempuan, ketrampilan ini kelak tetap bermanfaat buat saya,” ceritanya. Berbeda dengan Abela Pratiwi, dari SMK Kesehatan Wonosari yang hobi memasak. Waktu libur Ia manfaatkan untuk bereksperimen dan pengujian seputar kuliner. Mulai dari membuat makanan  dengan rasa enak, tampilan menarik, unik sampai membuat makanan kecil yang siap untuk dijual. Ia pun mengaku tidak tertarik dengan teman-temannya yang suka jalan dan berlibur ke tempat-tempat wisata baru. Apapun kegiatan di hari liburmu. Tentunya, setiap liburan usahakan agar tetap ada hal informasi dan pengetahuan baru  ya. (Elisa & Dhea)

Diterbitkan, Tabloid Remaja BIAS, Edisi 2 | Th. XXI | 2016

Tuesday, October 18, 2016

Liburan Cerdas Bersama Keluarga

libur tlah tiba, libur tlah tiba, hore-hore HORE!. Sepenggal lagu Tasya terdengar riang dinyanyikan beberapa anak SD yang girang menyambut hari libur akhir pekan. Liburan tentu selalu dinantikan oleh setiap orang, termasuk Annisa Rahmana, SMK Kesehatan Insan Mulia. Ia biasa menghabiskan waktu liburan main bareng teman ke pantai, atau berkumpul dengan keluarga. “Bermain dalam hal positif lo ya, main sambil ngerjain tugas kadang-kadang,” ungkapnya.
Foto : Dokpri
Nisa mengartikan hari libur merefresh pikiran dengan berkumpul dan mempererat hubungan keluarga, sahabat dan saudara. Senada dengan Muhammad Dhanu Rivaldi, dari SMKN 6 Yogyakarta. Hari libur kesempatan bagi Rival untuk bercanda dengan keluarga, karena orangtuanya sibuk bekerja. Sehingga Rival dan keluarganya memanfaatkan hari libur sebagai waktu teristimewa kumpul bareng.
Beberapa siswa lain seperti Gabriella Multitalenta dari SMKN 1 Ngawen juga demikian. Baginya, hari libur adalah waktu yang tepat untuk bercengkrama bersama orang-orang terdekat (keluarga). “Karena kita sendiri juga memerlukan komunikasi, motivasi dan kedekatan dengan orangtua kita. Dari situlah kita bisa merasakan peran penting keluarga saling memperhatikan itu seperti apa,” paparnya