Ketika Pasutri Memandang Kehidupan Jombloer Yang Tampak Bahagia




Hai kamu, iya kamu – pemuda pemudi – yang masih single. Puasin waktu kalian yang masih belum menikah. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Jika ingin bermain, bermainlah sejauh mungkin, sesuka kamu. Jika ingin bekerja, bekerjalah sebaik mungkin. Jika ingin membeli baju, belilah baju sebanyak dan sesuka kamu. Jika ingin mencari pengalaman, carilah sebanyak mungkin pengalaman. Karena, setelah menikah, kau tidak akan mendapatkan kesempatan yang sama. Sekalipun ada, itu terbatasi dan tidak maksimal. Karena konsentrasi terpecah antara membersihkan rumah, mengurus suami, mengurus anak, sebagian lagi ada juga yang masih mengurus mertuanya.
Mungkin saat ini kalian (termasuk saya), iri melihat mereka yang sudah memperoleh pasangan. Atau ingin merasakan kebahagiaan mereka yang mesra dengan pacar/suami/istri mereka. Kita (gue saja, nggak lagi nunjuk-nunjuk deh) GUEEE selalu mengharu biru dan nangis darah serta iri melihat mereka. Tetapi, justru mereka pasutri muda iri dengan kita (jombloer) yang masih tertawa haha hihi nana nini, jengkulit sana dan jengkulit sini.
Sebagian pasutri muda iri dengan tawa, narsis alai, narsis loncat jurang dan narsis yang lainnya. Nah lo, ternyata yang harus berhati-hati bersikap selain mereka pasutri atau non jombloer agar tidak menyinggung, seorang jombloer juga harus menjaga sikap kepada mereka yang sudah menikah. Agar tidak menimbalkan iri dan nanah dihati yang tidak-tidak (Lebai ya?? ^_^ ).

Ada masa dimana seorang jomblo merasa sedih melihat pasutri. Ada pula masa dimana pasutri juga sedih melihat para jomblowan lan jumblo wati yang masih menikmati hidup bahagia sebagai jomblo. Jadi apa teman-teman??? bersyukurrrrrrrr. Pernah suatu ketika, Penulis dapat satu pesan dari salah satu senior penulis sekaligus editor dari Bandung, yang bilang kurang lebih seperti ini “Jangan terburu-buru untuk menikah. Kamu masih muda. Lakukan apapun yang kamu suka”. Di lain kesempatan, sahabat karib saat bersepda pagi, menyusuri jalanan beraspal, tepatnya di belakang Adisucipto, sambil lihat pesawat take off dan take on dia berkata “Saya pernah baca, ‘Jika punya uang dan kamu masih muda. Daripada uang digunakan untuk membeli barang yang tidak memiliki manfaat jangka panjang. Lebih baik gunakan uang tersebut untuk jalan-jalan ke luar kota, dan menjelah. Setidaknya, disana memperoleh pengalaman yang tidak bisa dibeli dengan uang’ pingin ke papua yuk”, celoteh salah satu sahabat karib.

KETIKA GELAR JOMBLOER BERGANTI PASANGAN SUAMI ISTRI
Sebenarnya banyak sekali cerita yang begitu banyak membuat penulis belajar sebelum waktunya menikah dan membuat cukup “WOW”. Ada beberapa teman, kehidupan berumah tangga itu tidak seindah yang dibayangkan oleh para jombloer, yang terdower-dower dan ngiler-ngiler melihat mereka. Masalah lebih rumit dan lebih pelik lagi. Duh.. rasannya nano nano pokoknya.
Nah apalagi bagi pasutri yang tinggal satu rumah dengan orangtua. Mau tidak mau tambah masalah lagi bagi mereka. masalahnya bukan masalah antara “istri” dan “suami” saja, tetapi ketambahan satu “orangtua”. Jika ada perbedaan pendapat, pekewuh dll wajar sih. Namannya saja orangtua. Sebagai orangtua masih memiliki kewenangan menasehati dan mengawasi anak-anaknya, termasuk anak menantu. Apalagi, orangtua bagaimanapun juga – sekalipun sudah menikah – masih tetap tanggung jawab suami. Nah looo…
Apa yang terjadi ketika gelar jomloer berganti status menjadi bersuami istri? Jelas kebebasan semasa “sendiri” sulit untuk didapatkan lagi. Rela nggak tuh para jombloer?? Udah siap nggak tuh jombloer lebih banyak menghabiskan waktu untuk keluarga? Jika belum siap, jangan coba-coba untuk mencoba. Apalagi mencoba pacaran, duh.. itu nambah masalah di kemudian hari (ada yang tersinggung??? jangan tersinggung, ini suara jomblo sampai halal bro).
Pesannya, cari pasangan bukan yang menarik hati dan menarik dimata saja. Bisa nyesel lo nanti. Nggak percaya?? Ikuti saja kataku. Alasannya panjang, tidak habis dibahas di sini. Berangkat dari pengalaman beberapa pengalaman yang penulis tangani dalam prosesi percurhatan para ibu-ibu muda. Wis rasah ngeyel wae intine. Orang yang mencintai karena Tuhannya saja tidak luput dari masalah. Apalagi yang diberangkatkan dari cinta nafsu, harta, dan cinta-cinta yang lain. Asal jangan cinta kelinci, gorila dan cinta hewan yang lainnya :I

KETIKA MEMPERTAHANKAN ATAU DIPERTAHANKAN
Bagaimana dengan perhubungan, romansa yang rasannya nano-nano? Masalah dalam keluarga sering juga yang muncul seperti anak pacaran. Menikah kayak orang pacaran, cerai semudah bilang “putus” – waduhh… naghudubillahimindalik – tapi ada dan banyak loh. Jangan dikira. Ingin dipertahankan atau mempertahankan? Jawabannya SALING MEMPERTAHANKAN. Kemudian ada pertanyaan lagi, “Ingin meninggalkan atau ditinggalkan?” – wela dalah, kesambet putus asa ini anak. Jawabnya mudah “Jangan ada niatan untuk saling meninggalkan dan ditinggalkan”. Loh kenapa? Coba pikir lagi. Dalam perhubungan memang ada godaan dan ujian. Masalah itu wajib datang, tanpa masalah kita tidak tahu kebesaran dan kesabaran pasangan kita.
Tujuan dari masalah sebenarnya saling merekatkan. Istilah saya sih, masalah itu sebagai sela-sela jari yang merapat. Dengan masalah, akan terjadi kerenganggan, kerengangan itulah yang harusnya kamu isi dan kembali merapat, dan saling mengepalkan tangan kamu dengna pasangan kamu. Kemudian, berjalan seiring sehauluan. Kan begituuu. Bukan malah, ada masalah, merenggang dan dibiarkan mrenggang, kemudian di tinggal LARIIII. Itu namannya tak bertanggung jawab.
Jika terjadi seperti itu bagaimana? Gampang! SABARRR dan berdoa (Belajar dari seseorang sih sebenarnya. Asal sabarnya jangan terus diem aja :p ), kalo dia berfikir dia akan tahluk kok. Jika dia tidak pernah berfikir, mungkin perlu kamu ajak berfikir bareng -_-. Jika tidak mau diajak berfikir? Ya udah, aku belum bisa menjawab. Inilah sekilas nyinyir, semoga kenyiyiranku bermanfaat ya. Jika sekirannya tidak bermanfaat, dimanfaat-manfaatin deh ya~
Jika kalian saling mencintai, perlakukan ia seperti musik yang kadang riuh rendah, kadang di nada tinggi dan kembali lagi ke nada rendah, mengalun harmoni. Kadang juga harus bermelo-meloan. Ikuti, karena semua itu adalah dinamika, siklus yang mengajak untuk mencari pengalaman dan hikmah hidup. Kemudian secara alam bawah sadar, akan membawamu lebih bijak dan dewasa.
Ketika Pasutri Memandang Kehidupan Jombloer Yang Tampak Bahagia Ketika Pasutri Memandang Kehidupan Jombloer Yang Tampak Bahagia Reviewed by elisa on Thursday, October 30, 2014 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.