Melirik Gaya Hidup Kids Jaman Now


Kids jaman now siapa yang tidak asing dengan istilah yang satu ini. Hampir semua kalangan di Indonesia mengetahui istilah itu. Anak-anak yang terbilang belum cukup umur, namun sudah menjalani gaya hidup layaknya usia remaja ke atas. Bahkan ada beberapa kelakuaan mereka yang kadang membuat kita gemas sendiri. Belum lama ini kita disuguhkan dengan aksi salah satu anak yang mengunggah video akan dirinya di social media, yang menurut beberapa kalangan aksi tersebut terlalu berlebihan untuk anak seusianya, namun tidak sedikit juga yang memberikan pendapat, bahwa yang dilakukan anak itu tidak salah, hanya saja reaksi dari beberapa kalangan yang berlebihan. Akan tetapi, ada beberapa kalangan yang juga mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan memang tidak salah, namun efek yang mereka buat untuk anak-anak seusia mereka yang melihat mereka cukup besar.
           
Foto: Ist
Namun, apa yang dilakukan oleh kids jaman now ini tidak lepas juga dari kesalahan orang dewasa. Banyak dari kids jaman now, yang menirukan gaya hidup, perilaku, hingga pemikiran yang orang dewasa lakukan, tentunya yang mereka tirukan di beberapa social media atau tontonan televisi di rumah. Saat ini kita banyak melihat anak-anak usia SD hingga SMP sudah memilki pacar, padahal di usia mereka yang begitu belia, mereka belum terlalu paham dengan apa itu pacar, yang mereka tahu hanyalah idolanya melakukan itu, berarti dia juga boleh melakukan hal yang sama. Berbeda jenjang, berbeda pula tindakan yang dilakukan. Kali ini kita bergeser ke remaja SMA, tidak jarang remaja SMA usia di bawah tujuh belas tahun atau bisa dikategorikan baru masuk SMA sudah berdandan layaknya anak kuliah. Selama ini kita selalu mengenal istilah senioritas, namun kali ini berbalik seratus delapan puluh derajat. Mungkin saja karena pemikiran mereka, atau mungkin karena contoh yang selalu mereka lihat, sehingga istilah senioritas dapat berbalik menjadi junioritas. Tidak sedikit siswa-siswi kelas sebelas atau kelas dua belas yang mengeluh dengan perilaku adik-adik kelas mereka.
            Banyak dari siswa-siswi kelas sepuluh yang tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh mereka merupakan tindakan yang salah, mereka seakan melupakan budaya yang selama ini kita anut. Bukan berarti siswa-siswi kelas sebelas maupun kelas dua belas, merupakan orang yang gila hormat, tetapi memangggil atau berperilaku tidak sopan adalah hal yang tidak sepantasnya siswa-siswi kelas sepuluh lakukan. Tidak hanya berperilaku, bahkan dalam cara berpakaian saja, hampi seluruh kelas sebelas maupun kelas dua belas mengeluhkan hal yang sama. Cara berpakaian junior mereka yang dianggap tidak sesuai dengan norma maupun peraturan yang tertulis di sekolah. Tidak jarang pula ada beberapa siswa baru yang baru saja diterima sudah berani menggunakan make up untuk pergi sekolah. Mungkin tidak salah bila mengguakan make up untuk keperluan di luar sekolah, tetapi untuk di dalam lingkungan sekolah  itu merupakan tindakan yang amat salah. Kita juga sering mendengar kalimat-kalimat yang tidak enak untuk didengar dari anak-anak yang baru memasuki usia remaja atau usia masuk SMA.
            Mungkin banyak dari mereka yang beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang keren, semakin mereka melakukan kebiasaan orang-orang barat, maka mereka akan semakin keren. Atau dengan kata lain, mereka menginginkan pengakuan social atas diri mereka, tetapi dengan cara yang salah. Sebenarnya mengambil budaya asing tidaklah salah, hanya saja kita harus pandai-pandai memilih, mana yang cocok dengan kebudayaan kita dan mana yang tidak. Sedangkan, apa yang mereka ambil rata-rata atau bahkan kebanyakan tidak mereka saring terlebih dahulu. Padahal di negara asal, apa yang mereka lakukan merupakan hal yang paling rendah yang dilakuan, atau hanya orang-orang dengan strata rendah saja yang melakukan itu.
            Banyak dari kids jaman now yang mulai menyadari betapa berbahayanya tindakan mereka saat ini, terutama untuk anak yang baru menduduki bangku SMA. Kita kerap mendengar kabar akan adanya siswi yang terpaksa putus sekolah karena hami di luar nikah, atau siswa yang putus sekolah karena terlibat narkoba, ataupun tawuran. Dan sekali lagi, apa yang terjadi pada mereka tidak sepenuhnya kesalahan mereka, lagi, lagi, dan lagi semua kembali pada apa yang mereka lihat dan bagaimana orang tua mereka menyikapi gaya hidup mereka. Namun, memang ada beberapa orang tua yang sudah memberi tau, member nasehat, tapi tidak didengarkan oleh anak-anak, hanya sebatas masuk telinga kanan, keluar telinga kiri, sehingga para orang tua mulai lelah dengan kelakuan anak mereka, dan menyerah pada gaya hidup anak mereka.
            Sesungguhnya apa yang dilakukan oleh sekelompok kids jaman now tidaklah salah, dan tanggapan dari beberapa kalangan juga tidak salah. Karena kita semua yakin kalau kids jaman now akan menyadari bahaya apa yang dapat mereka terima karena gaya hidup mereka. Mereka bisa melihat dari teman-teman mereka yang mulai kehilangan masa depan karena tindakan mereka. Mereka juga bisa berpikir bahwa apa yang mereka lakukan merupakan hal yang membuang-buang waktu, serta membuang-buang dana tentunya. Gaya hidup yang layaknya sosialita membuat mereka harus merogoh kocek dalam-dalam, yang tentunya tidak akan cukup pada kantong mereka yang masih bisa dibilang kantong pelajar. Selain itu rasa lelah karena harus mengikuti trend yang tiada habisnya, juga bisa menjadi faktor para kids jaman now untuk berhenti.
            Dari semua kids jaman now yang kita bahas sebelumnya, sebenarnya ada beberapa kids jaman now yang tidak sepenuhnya membawa dampak buruk. Kita sering disuguhkan oleh para kids jaman now yang sudah pandai menggunakan social media sebagai lading untuk menghasilkan pendapatan, tanpa merusak nama baik tentunya. Apakah mereka termasuk kids jaman now? Iya, kenapa? Padahal mereka tidak melakukan apapun yang dapat merusak masa depan mereka, atau yang merugikan. Sebenarnya definisi dari kids jaman now dari sang penulis yang sang penulis tau, kids jaman now adalah anak-anak yang belum memasuki usia cukup untuk memiliki sebuah social media, tetapi mereka sudah memilki. Tergantung bagaimana si anak memainkan social media tersebut, dengan sebuah peraturan atau tanpa sebuah peraturan.
            Kita boleh memberikan saran kepada para kids jaman now, tetapi bukan saran yang menyakitkan hati mereka. Kita sering melihat di deretan komentar para netizen yang sering mengolok-olok apa yang para kids jaman now lakukan. Salah? jelas sekali jawabannya, iya. Mengapa? Pada usia mereka, para kids jaman now sedang mencari jati mereka, dan tergantung bagaimana respon dari kita yang kita berikan berikan untuk mereka. Sering kali kita melihat sebuah komentar yang tidak enak untuk dibaca, justru dari komentar-komentar seperti itu lah, para kids jaman now mulai tertantang membuat yang lebih, agar mereka mulai diakui baik di dunia maya maupun dunia nyata. Tetapi, bayangkan bila kita memberikan masukan dengan bahasa yang baik, dan dengan penyampaian yang enak, para kids jaman now akan mulai berbipikir bahwa apa yang mereka lakukan sudah cukup untuk membuat mereka diakui di dunia maya ataupun dunia social. (Mayastuti) 
Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 2, 2018

Melirik Gaya Hidup Kids Jaman Now Melirik Gaya Hidup Kids Jaman Now Reviewed by elisa on Friday, February 15, 2019 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.