MEREKA



Terik menarik emosi kian membuncah. Pedal sepeda digenjot. Keringat bercucur dari pelipis. Sengatan matahari menembus hingga ke tulang. Icha tetap menuju tempat kerja barunya, sebagai karyawan Fotocopy. Satu persatu pelanggan datang, mengerubungi si gadis bertubuh kecil. Berapapun pelanggan dihadapinya, terkadang sendirian, terkadang bersama kedua temannya. Riuh renyah, sesekali membuat para pelanggan tertawa penuh arti. Entah tertawa karena lucu, geli, sinis apapun itu setidaknya mereka tertawa.
***
Hari pertamakali masuk kuliah, gadis pekerja fotokopi itu nampak polos. Berlari setengah mati, Icha telat masuk kuliah pertama karena perjalanan angkot lebih lama dari yang diperhitungkan.
“Maaf, ini kelas psikologi?”
Dosen mengangguk ramah. Ia duduk tidak jauh dari mahasiswi berambut berwarna emas. Wajahnya mencoba ramah, tapi kesan pertama tetap terlihat sombong, dia adalah Ratna. Penampilannya terlihat orang gedongan. Tepat disebelah kanan Icha, duduklah dua mahasiswi bukan asli Jogja si Thea dan Lani, dua orang ini terlihat begitu ramah dari hati. Tidak lama, datanglah seorang mahasiswi perempuan berpenampilan lebih tomboy, duduk dikursi kosong, tepat di sebelah kiri Icha. Dia adalah Isti.
***
Seusai pelajaran pertama semester pertama :
“Hai, ada tugas apa kemarin?” tanya Icha
“Tidak ada tugas kok”, jawab Ratna
“3 jam lagi ada kelas lagi, kamu ikut makul itu kan?, habis ini mau kemana?” tanya teman lain
“Iya, aku balik lagi ke tempat kerja dulu. Nanti ke sini lagi”,
Icha segera ngegas motor dengan kecepatan 60km/jam, terkadang bahkan lebih dari itu. Begitupun Ratna dan Isti. Sibuk dengan kegiatan masing-masiing. Teman sekelas seperti orang asing yang hanya berpapasan saja. Say hello seperlunya, bahkan terkadang tidak ada basa-basi ngobrol.

***
Entah apa yang menyatukan mereka hingga saat ini. Daya tarik mereka selain sebagai mahasiswa yang aktif dan rajin, mereka memiliki solidaritas, empati dan kepekaan yang tinggi. Bahkan mereka memiliki bintang yang sama, memiliki neton yang sama dan memiliki kesukaan yang sama. Ibarat kata, si kembar dibelah menjadi tiga.
Ketika satu terluka, semua terluka. Ketika satu bahagia, semua bahagia. Mereka sering membuat ulah bersama, mereka sering membuat sesuatu yang membosankan menjadi menarik, mereka saling menghulurkan tangan bersama. Mereka selalu bersama dan selalu bersama dalam kondisi apapun.
Mereka saling belajar dari kesalahan orang lain, mereka selalu mengamati tingkah orang lain dan merumuskannya. Mereka sering membicarakan oranglain, tetapi bukan untuk menjelek-jelekkan orang tersebut, tetapi sebagai pembelajaran hidup mereka kedepan agar tidak melangkah yang salah. Mereka memiliki rasa, cinta, pekerjaan, ketrampilan, hobi dan asmara yang berbeda.
Perbedaan inilah yang membuat mereka saling melengkapi. Dan betapa bersyukurnya mereka dipertemukan hingga sampai saat ini. Mereka adalah kekuatan. Mereka adalah motivator, mereka juga pahlawan. Mereka tidak memandang dari mana mereka berasal dan dibesarkan, mereka berjalan dan melangkah dengan perbedaan dan tidak mempermasalahkan perbedaan. Mereka hanya menyatukan perbedaan untuk dijadikan pelajaran. Mereka memiliki kesamaan yang menyemarakkan hari-hari mereka.
Mereka seperti anak-anak, mereka juga memiliki pemikiran jauh lebih dewasa. Mereka terkadang menjadi penasehat, tetapi mereka juga sering dinasehati diantara mereka bertiga. Mereka terlihat hebat bagi orang-orang yang baru mengenalnya, tetapi mereka terkadang begitu lemah saat berkumpul bertiga. Betapa bersyukurnya aku melihat mereka. Aku hanya ingin menuliskan tentang mereka. Iya, sekedar menuliskan tentang mereka. Itulah teman, teman yang memberikan perhatian dan pelukan hangat yang tulus. Hanya sekedar pelukan hangat yang mampu mengobati luka sedalam apapun. Bahkan luka yang dulu sudah sembuh bisa saja kambuh, dan mereka mampu menyembuhkannya dengan pelukan mereka.
MEREKA MEREKA Reviewed by elisa on Wednesday, May 28, 2014 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.