BLUSUKAN JAKARTA PART 1


Stasiun Senin (foto : Elisa)
Jakarta, kota metropolitan yang menyuguhkan banyak karakter tingkah laku manusia. Mulai dari orang yang paling baik dan orang yang jahat. Mulai dari tempat wisata, tempat perbelanjaan, gedung dan transportasi begitu mengesankan!.

Pertamakalinya aku datang ke Jakarta dalam rangka magang di BP Migas di daerah Jakarta Selatan. Dari Jogja diantarkan oleh kereta api ekonomi. Dan ini pertamakalinya aku naik kereta api dan pergi jauh seorang diri, tanpa orang tua, kakak. Masuk kereta pukul 19.30 Kereta meninggalkan kota Yogyakarta. “Goodbye Yogyakarta”.

Seperti biasa dengan kegilaan dan kealaianku, dengan celetukan-celetukan lepas keluar. Canda tawa kecil, berhasil mengukir simpul senyum kedua temenku. Hingga bapak di pojok, samping tempat duduk turut tertawa. Awalnya sinis aku melihatnya. Pakaiannya seperti sherlock holmes. Berpakaian jubah hitam, bertopi, dimulutnya terpasang cerutu mengepul.

Pukul 23.48 WIB kereta terus melaju, kanan kiriku tertidur pulas. Termasuk seorang bapak-bapak sherlock holmes tadi. Sesekali aku melihat dan mengamatinya. Tampang-tampang perampok, hardikku dalam hati. Tentu saja aku berfikiran demikian, sejak awal masuk kereta dia membantu temenku mengangkat koper. Secara???!!!!!, di jaman sekarang orang baik tidak selalu baik, harus hati-hati.

Lagi-lagi pikiran meracuniku. Kereta melaju, dingin AC semakin menusuk kulitku. Ketika ku lemparkan pandangan diluar jendela, petang, sesekali hanya kerlip-kerlip lampu berlarian menjauhiku. Malam yang melelahkan, berjam-jam duduk. Berharap kereta cepat tiba di jakarta.

Pukul 05.00 WIB kereta tiba di stasiun senin. Lagi-lagi tenaga wonder women dikeluarkan. 2 koper dorong besar, 1 koper, 1 Magic com, dan dua tas 4 tas gendong. Inilah menu barang bawaan yang harus kita jinjing dari Jogja.

Keluar dari kereta, tubuh kecil-kecil menyeret koper guede guede. Meneruni tangga dengan sempoyongan. Perbandingan yang tak seimbang antara koper dan si punya. Anak tangga berhasil dilalui, nafas terengah-engah. Bapak sherlock holmes lagi-lagi menawarkan bantuan dan membawakan bawaan. Salah satu temen membiarkan. 
Stasiun Senin (Foto : Elisa)


“Neng kemana, taksi 70.000 saja neng!”, tawar sopir taksi mendekatiku dan kedua temenku.

“Ngak usah, naik bis angkot saja, Cuma 2.000”, potong bapak sherlock holmes, sambil menyeret koper dorong meninggalkanku dan teman-teman. Dengan langkah terpaksa, kita mengikuti dibelakangnya.

Kepalaku penuh kekotoran, dan sangat berhati-hati. Siapa tahu bapaknya seorang pencuri kelas kakap, atau seorang pencabul. Oh tidak, kita cewek semua tidak mengetahui Jakarta harus berhadapan dengan seorang perampok kelas kakap.

Suasana masih remang-remang. Posisi sudah berada di dalam angkot 20 (kalo ngak salah). Cahaya belum sepenuhnya datang. Jalanan masih lenggang, sopir angkot seperti pembalap kelas ikan paus. Banting setir ke kanan dan kekiri semaunya dan sekenananya, menerobos lampu merah juga hal yang biasa. Lagi-lagi koper raksasa yang selalu rewel. Ketika stir di banting ke kanan, koper menggelinding ke pintu keluar bus angkot.

 Bapak sherlock holmes duduk di samping kiri, baris kedua, sedang sibuk dengan telfonya. Kewaspadaanku semakin menjadi ketika isi telfon menyebut tempat magang kami, dan menyebut keberadaanku dan kedua temanku. Hal yang sangat mungkin sekali dia sedang membicarakan strategi penculikan/perampokan/ pencabulan kami bersama teman-temannya. Benar aku mengkhawatirkan itu.

“Pasar mampang!. Pasar mampang!”, suara kernet bus membuyarkan konsentrasiku menguping pembicaraan telfon bapak misterius itu.

Lagi-lagi barang-barang bawaan kami di bantu diturunkan. Bahkan ketika menelusuri jembatan layang, sherlock holmes itu masih kekeh membawakan barang bawaannya.

“Pak, kenapa bapak baik kepada kita?”, Tanyaku polos sambil merapat dengan koper yang diangkat bapak tersebut.

“Karena aku mempunyai anak cewek”, jawabnya singkat sambil membantu menggangkat satu koper kecil dari tangan temanku.

“Oh….”, jawabku apa adannya, dan mulai memahami tingkah laku sang bapak sherlock holmes ini.

“Anakku itu juga seumuran kamu-kamu itu. Aku kasihan, masak cewek-cewek dari jogja ke jakarta bawa barang banyak banget begini. Ya… biar besok klo ada apa-apa anak saya ada yang menolong juga mbak”. Paparnya panjang lebar kepada kami.

Seketika aku terpaku mendengar penjelasan bapak itu. Bahwa apa yang aku pikirkan sejak tadi salah TOTAL!!!. Sang perampok, sang penculik, sang pencabul semua pikiranku salah. Ternyata beliau sang super hiro yang aku temukan di Jakarta. Kata Ibuku, di Jakarta jangan percaya sama orang, jangan mau di bantu dibawakan barang-barangnya. Di jakarta tidak seperti orang-orang Jogja. Yah… inilah wejangan yang membuat telingaku pedas selama 2 hari sebelum keberangaktan.

“Pak terimakasih ya pak sudah membantu kami dari tadi”. Timpalku tulus, ekspresi bentuk kesalahan menilai beliau.

“Iya sama-sama mbak. Minta terimakasihnya kalo sudah sampai tempatnya. Hati-hati di jakarta, jangan percaya sama orang”. Balasnya sekenanya.

Kami berempat berjalan cepat menuju Plaza Nariba. Di depan kantor, sudah di sambut oleh OB. Bapak itu masih tetap mengantarkan kami hingga masuk ke tempat tunggu, sebelum pamitan meninggalkan kami.

“Pak!!!!”, Teriakku sepontan.

“Nama Bapak Siapa?!”, tanyaku sambil melempar seutas senyum.

“Nama Bapak Yoshua!”, Jawabnya.

“Terimakasih banget Pak atas semua bantuannya”. Pak Yoshua mengacungkan jempol sambil berjalan cepat meninggalkan kami bertiga. Ternyata selama di dalam angkot, Pak Yoshua menelfon banyak orang hanya untuk memastikan bahwa kantor Plaza Nariba benar-benar ada di Jaksel. Dan baru kami ketahui bahwa beliau berasal dari daerah Gedongkuning.

Jakarta ternyata tidak menakutkan seperti yang pernah aku bayangkan. Dan ini adalah perjalanan terpanjang dalam hidupku, dan pertama kalinya aku berkunjung ke Jakarta. Sekuat-kuat seseorang, jika diawali dengan niat ikhlas, dan baik, maka Tuhan akan mengutus beberapa kejadian yang semakin membaikkan niat awal.

Salam Semangat dari Elisa.
Tuhan menolong hamba yang selalu menjaga kesucian pikiran dan hati J

BLUSUKAN JAKARTA PART 1 BLUSUKAN JAKARTA PART 1 Reviewed by elisa on Friday, August 24, 2012 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.