Wednesday, November 30, 2016

Belajar lebih Aktif dengan Guru yang Kreatif

Teman-teman, menurut kalian, apa sih makna belajar itu? Apa tujuan kita bersekolah? Pasti jawaban teman-teman berbeda-beda. Ada yang belajar karena paksaan dan sekolah hanya menjadi rutinitas, tapi ada juga yang memaknai bahwa belajar itu adalah kebutuhan dan sekolah adalah kewajiban. Sebenarnya tujuan orang tua menyekolahkan kita itu hanya satu, agar kita bisa menuntut ilmu setinggi mungkin dan dapat menjadi bekal kita untuk meraih cita-cita dan masa depan yang baik.
Foto : http://bit.ly/2gxi8yL
Tapi, apakah iya, kalalu kita di sekolah hanya membuka buku, diterangkan kemudian mengerjakan soal, ilmu-ilmu tersebut bisa 100% kita scrap? Rasa-rasannya cara belajar yang pasif di era globalisasi ini sudah tidak zamannya lagi. Maksudnya, di zaman dengan kecangihan teknologi sudah berbeda dengan zaman orang tua kita dulu.
Kalau dulu, mungkin hanya gurulah satu-satunya sumber informasi, sehingga siswa hanya menerima apa yang diajarkan gurunya. Tapi sekarang, informasi bisa didapatkan dari mana saja. Apalagi dengan adannya internet yang memungkinkan informasi yang dimiliki siswa lebih banyak dari gurunya.
Semua itu menuntut guru untuk menggunakan metode belajar yang kreatif sehingga siswa dapat belajar dengan aktif. Maksudnya, siswa dimungkinkan untuk menyerap informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai media selain guru. Dengan informasi dari berbagai macam tersebut, diharapkan siswa dapat berpikir secara kritis terhadap suatu masalah. Sehingga ketika guru menjelaskan tentang sesuatu, siswa dapat lebih mudah menyerap, karena mereka sudah mengetahui lebih dulu dan sudah terbiasa dengan studi kasusnya. Dengan cara seperti itu, siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar dan peran guru adalah hanya sebagai fasilitator.
Seperti halnya yang telah diberlakukan di SMPN 2 Yogyakarta. Di sekolah ini telah dibentuk ‘team teaching’ untuk pelajaran-pelajaran terpadu. Misalnya Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS. Team teaching adalah sistem mengajar dengan dua guru  yang masuk bersama dalam satu kelas, dan dalam satu mata pelajaran, guru pertama bertugas menyampaikan mteri dan guru lainnya bertugas sebagai obsercer yang mengawasi KBM dan melayani pertanyaan-pertanyaan siswa yang kurang jelas.
Tujuan team teaching yang pertama, memaksimalkan proses belajar mengajar pada pelajaran terpadu yang tidak memungkinkan diajarkan oleh satu orang guru sekaligus. Kedua, karena tuntutan jumlah jam mengajar guru yang telah di sertifikasi 24 jam.
“Dengan adannya team teaching, kami mengharapkan pembelajarn bisa lebih efektif dan ketuntasan belajar meningkat,” ujar Drs. Rahmanto, selaku Urusan Kurikulum SMPN 2 Yogyakarta.
Disekolah ini juga telah diajarkan sistem belajar mandiri. Sistem belajar mandiri adalah metode siswa dapat berperan aktif dalam proses belajar. Contohnya, pelajaran PKN, siswa harus membuat presentasi dari observasi lilngkungannya sendiri. dari sana siswa mampu mengyimpulkan sendiri materi yang diajarkan. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, siswa dituntut untuk mampu mempraktekkan materi secara langsung, baik ditengah masyrakat maupun di depan kelas. Sedangkan dalam pelajaran Matematika, siswa diharapkan tidak hanya menghafal, namun mengerti materi yang diajarkan.
Kemajuan teknologi, siswa dituntut mampu menyaring informasi untuk bahan materi presentasi mereka sendiri dengan cara membuat slide power point. Tidak hanya materi yang harus dimengerti, namun praktek juga perlu dikuasai. Pelajaran-pelajaran lain juga menggunakan sistem serupa, namun tetap dengan cirri khas mengajar guru yang berbeda. Bahkan dalam Bahasa Inggris, siswa diajarkan praktek studi lingkungan sebagai seorang guide. Semua cara tersebut dari kekreatifan guru untuk membimbing muridnya menjadi lebih kreatif.
Metode tersebut dianggap positif oleh siswa. Mereka mengaku senang dan merasa belajarnya lebih enjoy dengan sistem demikian. “Meski agak ribet, tapi aku jadi lebih mengerti materinya dan aku ngrasa asyik karena kita juga bisa berpran aktif nggak Cuma duduk dan nyatet omongna guru doang,” papar Reni, salah seorang siswa SMPN 2 Yogyakarta. Di zaman yang telah berubah cara belajar juga harus berubah. Cara dimana terdapat simbiosis mutualisme di dalamnya. Saling menguntungkan antara guru dan muridnya. Guru tak lagi repot menerangkan, murid jadi lebih semangat belajar. (Adelia Murti S)


Dimuat di, Tabloid BIAS | Edisi 8 | 2008

Friday, November 11, 2016

KARNAVAL BUDAYA SELENDANG SUTRA : Meramaikan Hari Museum Indonesia

Karnaval Budaya Selendang Sutra dimeriahkan oleh 18 peserta, yang terdiri dari kabupaten Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul, Sleman dan kota Yogyakarta. Karnaval yang dimeriah pada Kamis 6 Oktober 2016 diselenggarakan dalam rangka menyambut Hari Museum Indonesia, yang jatuh pada tanggal 12 Oktober 2016. Karnaval ini pertamakali diselenggarakan, dan pertamakalinya digelar untuk meramaikan hari Museum Indonesia.
Dalam rangka merayakan hari Museum Indonesia, Dinas Kebudayaan DIY(Disbud DIY) hadir turut mendukung kelancaran karnaval. Latar belakang karnaval Menyambut Hari museum, menurut Umar Priyono, selaku Kepala Disbud DIY adalah memberikan kesempatan dan wadah kepada pelajar dan mahasiswa yang ada di Jogja. Jogja sebagai kota pelajar diharapkan mereka juga belajar juga kehidupan masyarakatnya. “Ini adalah contoh nyata kolaborasi pelajar, mahasiswa dengan masyarakat, dan sambil mengenalkan potensi yang mereka miliki,” papar Umar ketika ditemui disela-sela acara.
Selain dimeriahkan oleh beberapa kota, juga dimeriahkan oleh Ikatan Pelajar Mahasiswa Daerah (IKPMD). Tampak dari peserta mempertontonkan potensi yang mereka miliki. Salah satunya dari Sleman, Badui Sabilul Muslimin yang mempertontonkan tradisi Badui, dimana peserta melakukan gerakan atraktif, kompak dan bersinergi, sambil diiringi lagu khas mereka.
Karnaval juga diikuti oleh Duta Museum 2016. Dimana mereka sebagai duta museum memiliki peran untuk memperkenalkan, mendekatkan museum ke masyarakat luas. Sekaligus memperkenalkan bahwa museum sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar, mengenal sejarah, budaya Yogyakarta.
Harapan Paskalia Siwi (23) sebagai Duta Museum 2016, di hari Museum Nasional, Ia berharap masyarakat bisa lebih dekat dengan museum, mengenal museum, karena ada pepatah yang mengatakan tak kenal maka tak sayang. “Jika masyarakat sudah mengenal museum, masyarakat bisa timbul rasa memiliki dan mencintai,” paparnya. Ia pun menambahkan bahwa sebagai warga Yogyakarta patut berbangga, karena museum terbanyak ada di Yogyakarta, setidaknya ada 45 museum yang ada di Yogyakarta. (Elisa, Dhea)

Tebing Breksi : Endapan Abu Vulkanik Gunung Api Purba Nglanggeran

Tebing Breksi awal tahun 2016 menjadi salah satu objek wisata di kawasan Sleman yang tengah hit dikunjungi. Menurut Eko Nur Setiawan, sebagai koordinator pengelola tebing Breksi sesuai pantauan, di Senin-Jumat minimal 150 pengunjung. Ketika hari Sabtu-Minggu atau tanggal merah, pengunjung yang datang mencapai 1000 pengunjung. Lokasinya tepat berada di Dusun Groyokan/Nglengkong, Sleman, Sambirejo, Prambanan, Sleman. Siapa yang menyangka jika dahulu tempat ini adalah tempat penambang batuan breksi berubah menjadi tempat wisata yang memukau.
Tebing breksi diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuono ke X pada tanggal 30-31 Mei 2015 ini banyak yang menganggap bahwa bebatuan yang berwarna putih ke abu-abuan sebagai batu kapur. Menurut Eko Nur Setiawan, sebagai koordinator yang mengelola tempat ini tidak membenarkan anggapan tersebut. Tidak banyak wisatawan yang tahu bahwa tebing breksi adalah bebatuan yang terbentuk karena endapan abu vulkanik Gunung Api Purba Nglanggeran. Bahasa ilmiahnya yang disebut batu tuve atau tuvaan. Dimana disisi tebing breksi itu sendiri tersusun beberapa lapisan.
Tidak banyak wisatawan tahu pula tentang bebatuan tuvaaan di Breksi adannya hanya di sini dan di danau Toba. “Garis-garis dibagian atas disebut medan gelincir. Tapi, penambang di sini menyebutnya Lenthon. Kemudian di bagian bawahnya terlihat serat halus namanya serat super. Dan disedekatnya itu disebut trotol,” ceritanya sambil menunjuk salah satu bagian trotol di tebing breksi.
Latar belakang Eko dan Pokdarwis Lowo Ijo menjadikan objek wisata ini karena melihat potensi alam yang sangat besar. Dinas Pariwisata Yogyakarta pun juga mendukung penuh objek wisata ini menjadi wisata alam. Salah satu bentuk dukungan Dinas Pariwisata membuat telatar seneng. Telatar seneng adalah panggung terbuka, mampu menampung 700 orang, dibuat di atas.
 Bentuk telatar seneng dikonsep berbentuk lingkaran. Dibagian tengah sebagai tempat pertunjukan, di sekeleliling, dipasang kursi mengelilingki panggung terbuka secara melingkar. Menurut penuturan Eko, panggung terbuka ini rencanannya akan digunakan untuk pentas kesedian budaya yang ada di Sambirejo. Setiap dua minggu sekali atau sebulan sekali akan diagendakan ada pertunjukan.
Ada yang menarik dari tebing ini. Sisi bagian Timur, di dinding tebing terpahat gambar tokoh-tokoh wayang. Ketika ditanyakan filosofi dan pesan ingin disampaikan dari wayang tersebut apa, Eko pun memaparkan bahwa itu ulah keisengan para penambang batu. Bagi Eko, selama keisengan itu positif, tidak masalah. “Justru karena keisengan tersebut muncul ide untuk memahat dengan tokoh wayang lainnya jangka panjang, dan jika memungkinkan,” ujarnya.
Harapan ke depan Eko perihak wisata baru tebing Breksi akan dibangun gazebo di atas bukit breksi. Kini, proses pembangunan sarana dan prasarana di Breksi memang masih terus berjalan. Eko pun menghimbau kepada semua wisatawan yang datang untuk peduli lingkungan, tidak merusak dan tidak membuang sampah sembarang. (Elisa)

Wednesday, November 9, 2016

Nurul Aswiyani : Aktif Mengikuti Ajang Lomba untuk Menggali Potensi

Nurul Aswiyani, siswa dari SMAN 2 Wonosari Ingin mengharumkan Gunungkidul dan kota Yogyakarta ke tingkat Nasional. Siswa yang sekarang duduk di bangku XI jurusan Bahasa memanfaatkan masa mudanya dengan mengikuti perlombaan dan ingin memanfaatkan waktunya dengan kegiatan positif. Dari banyak peluang perlombaan, Ia pernah mewakili tingkat Nasional dalam ajang kejuaraan Karya Ilmiah Remaja (KIR).
. Gadis kelahiran, Praci, 05 Februari 1999 ini memiliki hobi membaca. Kecintaannya membaca mengantarkannya untuk belajar menulis. Ia pun ingin mencoba kemampuanya dengan mengikuti lomba cipta puisi FLSSN tingkat kabupaten 2015. Hasilnya, Ia mendapatkan nominasi juara 3. Nurul tidak berbangga hati dan berpuas diri sampai disitu saja. masih di tahun yang sama, Ia juga mengikuti ajang perlombaan lain. Ia juara 3 dalam ajang lomba Inovasi Teknologi, tingkat Propinsi tahun 2015.
Kesempatan duduk dibangku sekolah SMA, mendorong Nurul untuk mencoba segala kesempatan yang ada. Ia pun aktif mengikuti ajang perlombaan yang dimeriahkan oleh para pelajar. Wajar jika di tahun 2015, Ia berhasil mendapatkan beberapa penghargaan. Salah satunya penghargaan dalam ajang kejuaraan AHM, sebagai best student tingkat Nasional, yang diselenggarakan di Jakarta tahun 2015 yang lalu. Dalam ajang perlombaan tersebut, Ia memperoleh peringkat ke dua.
Di tahun 2016 awal, Ia dan kedua teman-temannya mewakili sekolah Lomba Debat Bahasa Indonesia mewakili SMAN 2 Wonosari di tingkat Propinsi. Meski tidak sesuai harapan, SMAN 2 Wonosari memperoleh juara 2. Beruntungnya, karena selama debat yuri melihat potensi, akhirnya Nurul diajukan mengikuti debat Bahasa Indonesia tingkat Nasional bersama 2 pelajar dari SMA 3 Yogyakarta pada bulan Agustus 2016. Belum lama, Ia kembali memperoleh medali dalam rangka Sagasitas Research Competition, pertengahan Juni 2016.
Tidak sekedar memaksimalkan potensi dan eksplorasi diri mengikuti ajang perlombaan saja. Nurul juga aktif dalam kegiatan sekolah. Mulai mengikuti organisasi sekolah seperti pengurus OSIS, Dewan Ambalan dan Dewan Kerja (DIK) dan pengurus Daijobu klub. Ia pun juga ikut Wijaya Riset Center, dimana pada bulan Mei 2016 Ia mengikuti Sagasitas Research Exhibition (SRE), untuk persiapan OPSI (Olimpieade Penelitian Siswa Indonesia).  Nurul, tidak melulu mengikuti perlombaan dan organisasi sekolah. Ia juga ikut banyak event. Baik itu event dari sekolah maupun di luar sekolah. Salah satunya, sering mengikuti pameran penelitian yang bertempat di UGM, bulan Mei 2016 lalu.
Banyaknya kegiatan dan organisasi yang diikuti remaja ini, justru mengajarkan Nurul arti disiplin. Secara tidak langsung, Ia dibiasakan dengan banyak aktivitas dan belajar bersosialisasi. Ia belajar bagaimana berhadapan dengan masyarakat, dan bagaimana komunikasi yang bagus. Selain cerdas berbahasa, dia juga memiliki kecerdasan emosional yang baik. Meskipun demikian, bukan berarti Ia tidak mengalami kesulitan.

Nurul sama dengan pelajar pada umumnya, sebagai manusia biasa. Ia mengaku sering kesulitan membagi waktu antara kegiatan dan tugas sekolah. Kebiasaan yang padat justru mampu membuatnya menemukan formula membagi waktu. Seperti yang Ia ceritakan, Ia membagi waktunya dengan memanfaatkan stiky note untuk mengingatkan tugas-tugas yang belum dikerjakan. Catatan kecil itu ia tempelkan di kamarnya, tugas dan kegiatan yang sudah diselesaikan, ia centang. Jika ada tugas dan kegiataan yang bersamaan, Ia pun sudah terbiasa lembur, sehingga untuk kegiatan ke belakang, Ia sudah terbiasa. “Sudah biasa lembur, kalo sekarang sudah tidak kesulitan, sudah biasa,” tegasnya. (Elisa & Intan)

Saturday, November 5, 2016

Puncak Bucu : Suguhkan Panorama Alam

Bukit Bucu dicanangkan sebagai objek wisata alam di Bantul. Lokasinya berada di perbatasan desa Kaligatuk dan Ngelosari, Srimulyo, Piyungan, Bantul. Belakangan ini tempat ini santer tersebar di media sosial sebagai wisata alternatif yang sudah banyak dikunjungi. Hal ini dibenarkan oleh Pak Supri, Kepala Wilayah Kaligatuk. Meski belum dibuka secara resmi, sudah banyak pengunjung yang mendatangi tempat ini. Selain sebagai tempat untuk berlibur, bukit Bucu sering dimanfaatkan para goeser sebagai tujuan bersepeda juga lo.
Foto : Elisa
Siapa yang mengira bukit yang berada di atas bebatuan ini dahulunya disinggahi hewan-hewan langka. Mulai dari berbagai jenis burung langka sampai binatang buas seperti Harimau. Pak Supri, menuturkan bahwa Bukit Bucu masih dalam tahap pengembangan sebagai tempat wisata alternatif. Hingga detik ini, Bukit Bucu juga sering dimanfaatkan sebagai tempat berkemah pelajar hingga Mahasiswa. Tidak hanya itu, sekitar bulan Februari 2016 yang lalu dilakukan penghijauan bersama Bupati Bantul. Sebagai wisata yang tergolong masih perawan,  akses menuju bukit Bucu masih kurang bagus. terutama ketika musim hujan, jalanan menuju titik lokasi licin. Meskipun demikian, pemandangan yang ditawarkan tidak jauh keren dari pemandangan di Watu Amben, Dlingo dan bukit bintang.
Ketika sore hari, cuaca cerah. Warga sekitar sering menghabiskan sore mereka menikmati senja. Berbeda dengan kesempataan waktu itu ke sana. Suasana gerimis. Saya ditemani keempat teman saya mendatangi Bukit Bucu ketika turun hujan. karena hujan, menuju ke puncak bucu harus melewati tanjakan berbatu yang licin. Sepanjang perjalanan mendaki bebatuan berundak dan bertembokan bebatuan cadas berlumur menjadi pemandangan khas. Rerumputan liar di kanan kiri kita juga memperlihat masih banyak hewan melata, gambaran kekayaan Alam tanah Jawa. Tampak pula satu dua petani juga terlihat merawat tanaman palawija. Ada pula yang memanggul rerumputan segar di pundak untuk hewan ternaknya.

Friday, November 4, 2016

Peristiwa 4 November 2016 : Kemanakah Aku Harus Berteriak?

Hari ini, hari Jum’at, 4 November 2016. Ku tulis catatan ini sebagai dokumentasi. Sebelum saya menulis pada intinya, tulisan ini hanya tulisan subjektif dari sisi saya. Jadi, jangan ada yang tersinggung, terhina, dan sejenisnya. Karena tulisan ini tidak saya tujukan kepada siapapun.
H-2 sebelum tanggal 4 November 2016, lini masa FB saya sudah mulai dipenuhi dengan aksi demo masa di Jakarta. Saya tidak tahu apa yang terjadi di senayan sana sebenarnya. Berdasarkan status yang bersliweran, karena penistaan surat Al Maidah yang disampaikan oleh Ahok.
foto : http://bit.ly/2e8IABe
Saya orang awam soal politik, saya tidak mengikuti politik, dan saya lelah mengikuti berita yang simpang siur. Hanya satu yang pasti, Lini Masaku ramai oleh dua kubu.
Semua orang tidak mau ketinggalan update status. Berbagai sudut pandang mulai bermunculan di lini masa. Mulai dari pendapat dari pihak pendukung demo, ataupun yang tidak setuju tentang demo. Saya, sebagai orang yang CENDERUNG netral belajar mencoba memahami alasan dan menghormati keputusan mereka.
Pada dasarnya, setiap orang memiliki alasan dan dasar yang berbeda. setiap orang memiliki persepsi dan keyakinan yang berbeda. Muncul rasa kasihan dan keprihatinan. Sebuah rasa yang sulit saya sampaikan, karena yang saya pikirkan banyak sekali. Aku ingin berteriak. Ah, saya memang baper, saya juga over thinking.
Banyak reaksi di lini masa. Mulai makian kepada Presiden, sampai entah kemana-mana komentarnya. Sedangkan saya, yang berdiri di layar komputer mencoba mengerti harapan, keingingan dan sudutpandang mereka. Sisi lain, saya juga mengerti pemikiran dan alasan mereka yang tidak mendukung demo.

Thursday, November 3, 2016

Kedai Wedangan : Berbagi Dengan Sederhana

Kedai Wedangan berbagi buku sambil menikmati panorama pantai Selatan dari atas bukit Watu Lumbung. Lokasinya berada di bukit Watu lumbung, Parangtritis, Kretek, Bantul. Tempat ini semacam lesehan tempat makan out door yang menawarkan menu makanan saja, tetapi menawarkan segudang edukasi positif. Milyarto Suryo Nagoro, atau biasa disapa Iyok, Owner Kedai Wedangan memulai usaha ini sejak 26 Januari 2015 yang lalu.
Iyok foto bersama di depan Kedai Wedangan
Dari luar, Kedai ini terlihat biasa, tidak ada sisi kemewahan. Setelah masuk ke dalam, dijamin, betah berlama-lama ditempat ini. Di bawah pohon Talok mas Iyok dan saya duduk di atas kursi yang terbuat dari potongan kayu yang anyam. Di depan kita, terdapat akar besar yang dimanfaatkan sebagai meja pun sudah tersaji dua es jeruk, dan secangkir kopi panas. Di sisi Barat saya, terdapat dua ayunan kayu bertalikan dadung. Terlihat juga meja yang hanya terbuat dari belahan kayu tidak diplitur ditantung di cagak kayu pula. Terlihat pengunjung yang asyik sambil membaca buku, duduk menikmati hamparan pantai selatan membelah langit, seolah menyatu dengan langit. Terlihat petak sawah yang menghijau dari kejauhan. Angin sepoi-sepoi, terdengar sesekali angsa berkoak dan suara anak ayam yang saling berebut makan. Nuansa pedesaan yang sarat keasrian dan kesederhana benar-benar menonjol.
“Srupt,” Mas Iyok meneguk kopinya, duduk di samping saya, dan berceritalah Ia. Konsep yang diusung Kedai Wedangan adalah berbagi dengan cara sederhana, lewat apa saja yang bermanfaat bagi sesama dan bersifat mengedukasi. Ditempat ini terdapat perpustakaan sederhana, dibangun atas dasar swadaya masyarakat yang ikhlas menukar tiga bukunya dengan free menu di Kedai Wedangan. Pengunjung yang datang tidak hanya menikmati pemandangan dan menu saja, pengunjung juga sangat diperbolehkan membaca buku dari perpustakaan yang disediakan.
banyak program edukatif lain. Seperti program berbagi bahasa. Pengunjung yang datang dapat menyumbangkan puisi pendek dengan bahasa daerah masing-masing. Kemudian puisi tersebut dibacakan ditempat umum. Kedai Wedangan akan mengabadikan dalam bentuk  video, sedangkan karya cipta puisinya dikumpulkan dibukukan.
“Sebenarnya itu mengingatkan kembali daerah kita, melestarikan bahasa daerah, apalagi di Jogja ini banyak pelajar dan mahasiswa perantau, mereka bisa membuat puisi menggunakan bahasa daerah mereka,” tambah Iyok ketika ditanya alasan kenapa puisinya menggunakan bahasa daerah.
Program Kedai Wedangan tidak berhenti itu saja. Ada program lain, yaitu kelas berbagi. Di kelas berbagi inilah teman-teman dari segala lingkup dapat membuat program workshop. Baik itu workshop lingkup senirupa, pendidikan sampai cabang ilmu lain, yang intinya mendidik, membangun dan positif.

Tuesday, November 1, 2016

SIP Studio : Keprihatinan Terhadap Perfileman Indonesia

  SIP Studio merupakan komunitas perfileman yang peduli dengan film karya asli Indonesia. Anggota SIP Studio adalah orang-orang yang berjuang dari bawah sampai menuju kesuksesan bersama. Komunitas ini lahir pada 9 september 2009 yang lalu. Alfat Beryan Iskandar, selaku ketua SIP Studio menuturkan bahwa alasan dibuatnya komunitas ini berawal dari keprihatinan melihat antusias para penonton film buatan indonesia sangat sedikit. Dimana masyarakat lebih bangga melihat film dari luar dibandingkan film buatan anak bangsa.
Foto : Elisa
Upaya meningkatkan rasa cinta terhadap film Indonesia, komunitas ini pun pada 13 Maret 2016 lalu membuka stand di GSP UGM. Salah satunya dengan membuat serangkaian acara untuk menarik minat masyarakat. Kesempatan tersebut menyelengarakan open casting untuk film sang saka dan recruitmen crew untuk umum. Dimana dalam proses pembuatan film ini akan memadukan tekhnologi CGI, yang sumber daya manusianya masih relatif sedikit.
“Dalam acara open casting banyak para pengunjung yang antusias untuk mengikuti nya, tetapi selain acara casting, stand sang saka yang bekerjasama dengan MSV Picture dan putaran film menampilkan trailer film battle of surabaya versi internasional dan kalam-kalam langit the movie,Imbuh Ujar Alfath.
Alfath juga menuturkan sisi lain perfileman di Indonesia. Semakin banyaknya persaingan dan artis baru yang masuk. Bukan berarti Ia dan teman-temannya mengesampingkan konten. Alfath pun merasa bangga dan mendukung penuh perfilman Indonesia yang berkualitas. “Karena perfilman di Indonesia yang berkualitas memang jarang. Kebanyakan mereka lebih mementingkan rating. Bukan berarti semua film jelek. Kita juga tidak kalah keren bisa membuat film yang berkualitas yang lain,” tegasnya.
Berbeda pendapat Endik Koeswoyo, salah satu penulis skenario yang sekarang terkenal dengan judul sinetron 7 Manusia Harimau. Ia mengungkapkan bahwa kenapa industri perfileman membosankan dan itu-itu saja, karena disebabkan kurangnya penulis skenario “Jadi kalo alur dan begitu-begitu saja ya wajar. Satu stasiun televisi aja hanya ada 2-3 penulis,” jelasnya lewat pesan WA.
dengan hadirnya Battle of surabaya, kalam-kalam langit banyak film yang kreatif lain yang luar biasa inilah yang patut di perjuangkan dan menjadi pionir perfilman. Film yang tidak sekedar memberikan tontonan, tetapi juga tuntunan,” harapannya. (Elisa, Dhea)

Diterbitkan, Tabloid Remaja BIAS, Edisi 2 | Th. XXI | 2016