Pameran
seni yang diselenggarakan oleh STRSD Visi ini mengambil tempat di Jogja
Nasional Museum dan digelar selama tiga hari. Pembukaan dimulai 11 Maret pada
pukul 19.30 WIB – selesai oleh Drs. Andang Suprihadi, selain itu ada pula
workshop, dan beberapa
pertunjukan seni yang ditampilkan oleh IRC (Indonesia Reggae Community), DER
JAEGER, FJ Kunthing, Terpal and Black Anomali, selain itu ada LAS (Lereng Art
Studio) dan Stamp yang memberikan pengatahuan tentang mural dan graffiti. Hari
selanjutnya pameran bisa dihadiri dari pukul 11.00 WIB – 22.00 WIB.
![]() |
Hardrian berdiri di salah satu karya peserta (Foto : Elisa) |
“Kami menerima siapa saja yang mengajukan
karya ereka kepada kami, kami tidak membeda-bedakan apakah orang tersebut
seniman terkenal atau tidak. Bahkan ada anak SMP dan SMA yang mengajukan karya
mereka kepada kami,” terang Hardrian (23), selaku wakil ketua panitia, ketika
ditanya tentang makna pameran ini.
Pameran Lupa Rupa menurut Hardrian merupakan
representasi kegelisahan panitia, melihat fenomena sosial di Yogyakarta. Perkembangan
zaman itu memang ada, dan modernisasi tak bisa dihentikan, karena itulah banyak
orang yang telah lupa wajah mereka, rupa mereka, dengan kata lain lupa diri. Harapannya, pameran inilah yang akan mengingatkan
kembali jati diri kita sebagai warga Jogja. Warga Jogja yang menjaga kebudayaan,
seni dan banyak hal yang telah ditinggalkan untuk kita.