Sunday, October 30, 2016

Pameran Seni Lupa Rupa : Mengajak Mengingat Kembali Wajah Kita

Pameran seni yang diselenggarakan oleh STRSD Visi ini mengambil tempat di Jogja Nasional Museum dan digelar selama tiga hari. Pembukaan dimulai 11 Maret pada pukul 19.30 WIB – selesai oleh Drs. Andang Suprihadi, selain itu ada pula workshop, dan beberapa pertunjukan seni yang ditampilkan oleh IRC (Indonesia Reggae Community), DER JAEGER, FJ Kunthing, Terpal and Black Anomali, selain itu ada LAS (Lereng Art Studio) dan Stamp yang memberikan pengatahuan tentang mural dan graffiti. Hari selanjutnya pameran bisa dihadiri dari pukul 11.00 WIB – 22.00 WIB.
Hardrian berdiri di salah satu karya peserta
(Foto : Elisa)
Lupa Rupa menampilkan berbagai macam jenis seni rupa, mulai dari digital, lukis, pensil, cetak-mencetak, hingga batik. Pameran ini bersifat kolektif, sebagian besar objek yang dipajang merupakan kumpulan karya dari berbagai seniman yang ingin ciptaan mereka dipublikasikan, tak hanya dari Yogyakarta dan sekitarnya, tetapi juga dari luar kota, seperti Surabaya, Jakarta, Purwokerto, Bandung, dan lain-lain.
 “Kami menerima siapa saja yang mengajukan karya ereka kepada kami, kami tidak membeda-bedakan apakah orang tersebut seniman terkenal atau tidak. Bahkan ada anak SMP dan SMA yang mengajukan karya mereka kepada kami,” terang Hardrian (23), selaku wakil ketua panitia, ketika ditanya tentang makna pameran ini.
Pameran Lupa Rupa menurut Hardrian merupakan representasi kegelisahan panitia, melihat fenomena sosial di Yogyakarta. Perkembangan zaman itu memang ada, dan modernisasi tak bisa dihentikan, karena itulah banyak orang yang telah lupa wajah mereka, rupa mereka, dengan kata lain lupa diri. Harapannya, pameran inilah yang akan mengingatkan kembali jati diri kita sebagai warga Jogja. Warga Jogja yang menjaga kebudayaan, seni dan banyak hal yang telah ditinggalkan untuk kita.

Friday, October 28, 2016

Wisman Jatuh Cinta Kebudayaan Jogja

Dinas Kebudayaan Yogyakarta targetkan 100 Desa Budaya di tahun 2020. Semakin banyak tempat wisata baru bermunculan di Jogja, ternayata dibarengi semakin banyak pula desa yang memiliki potensial lain di bidang kebudayaan. Dalam rangka memaksimalkan desa wisata, Dinas Kebudayaan Yogyakarta 22 Maret 2016 menyelenggarakan pengelolaan desa budaya. Ada sekitar 43 desa. Baik yang telah memperoleh SK maupun rintisan. Desa tersebut terdiri dari Kabupaten Sleman, terdiri dari 10 desa di 8 kecamatan. Kabupaten Bantul 9 Desa di 9 Kecamatan. Untuk wilayah Kulonprogo diambil 12 desa dari 11 kecamatan. Begitupun dengan Kabupaten Gunungkidul, terdapat 12 dari 11 kecamatan. Kesemuanya mendapatkan pembinaan agar desa budaya yang ditunjuk matang dalam melakukan berbagai program yang akan diusung.
Pak Umar Priyono tengah memaparkan tentang
potensi desa budaya (Foto : Elisa)
Sriwahyuni Sulitiowati, dari Dinas Kebudayaan saat ditemui ditengah-tengah workshop. Ia menuturkan bahwa kegiatan ini sudah dimulai sejak tahun 1995. Program pengelolaan desa Budaya diselenggarakan dalam rangka menjaga keberlanjutan eksistensi desa budaya Yogyakarta yang sarat makna dan aset kebudayaan. Menurutnya, wisata desa budaya penting dijaga dan dipertahankan. Mengingat banyak budaya barat masuk, salah satu cara meningkatkan kecintaan nilai-nilai kearifan lokal dan memperkuat agar tidak mudah hilang begitu saja, agar terus terjaga.
“Harapan dari program ini mampu meningkatkan kapasitas SDM dan mengenalkan potensi dari desa. Misalnya, Desa A memiliki kekhasan kerajinan dan kuliner, maka itulah yang ditonjolkan,” paparnya.
Pentingnya memberikan dukungan kepada desa yang berpotensi memberikan semangat dan rasa nasionalisme sendiri. Hal ini yang juga dirasakan Bu Yuni saat menceritakan pengalamannya melakukan kunjungan di desa Cangkringan, Sleman. Dimana, di tempat ini turis mancanegara dari Belanda belajar bagaimana carannya menghidupkan api dari kayu, belajar bagaimana memasak sayur lodeh. Mereka belajar kehidupan orang-orang desa dengan cara yang masih tradisional. Mulai mencari lauk dengan cara memancing, kemudian memasak. “Ketika makanpun mereka memakai kuali, batok. Dan ternyata efek wisata desa wisata ini sangat positif,” ceritanya penuh semangat bangga.

Wednesday, October 26, 2016

Pagelaran Buku Jogja : Mengedukasi Pengunjung Agar Gemar Membaca

  Pagelaran Buku Jogja (PBJ) menarik masyarakat cinta membaca dengan mengantungkan puluhan buku di langit-langit pintu masuk. Ade, koorniator acara memaparkan bahwa, sebelum masuk pengunjung dibuat penasaran terhadap buku yang digantungkan daripada buku yang ditumpuk. PBJ adalah pameran buku yang pertama kali digelar pada tahun 2016, menjadi event buku pembuka di Kota Pelajar ini, panitia acara berharap mampu menarik banyak minat masyarakat, terutama pecinta literasi yang telah haus akan hadirnya ekshibisi-ekshibisi buku.
Foto : Elisa
Acara yang diadakan pada tanggal 3 Maret – 9 Maret 2016 ini bertempat di Balai Pamungkas, Jalan Yos Sudarso, Yogyakarta. Pagelaran Buku Jogja dibuka dari pukul 09.00 WIB – 21.00 WIB, dengan mengusung nama ‘Pagelaran’, diharapkan pameran kali ini mampu membawa nuansa yang berbada dari acara-acara buku sebelumnya.
Memasuki Balai Pamungkas akan terlihat Pojok Narsis, atau Wall of Fame yang sengaja dipasang untuk memanjakan pengunjung-pengunjung muda yang ingin berfoto-foto terlebih dahulu. Setelah itu kita akan disambut oleh Welcome Gate,yang beraksen khas Jawa, kemudian sebelum masuk kita akan menjumpai berbagai judul buku yang digantung bak tirai-tirai yang hampir menutupi jalan masuk.
“Selain sebagai upaya untuk menarik pengunjung, kami menggantung buku-buku tersebut karena mereka yang melewati tempat itu setidaknya melihat dan melirik-lirik buku yang digantung, jika ada yang menarik minat mereka, mungkin mereka akan mencarinya di pagelaran buku ini. Pengunjun pun dipersilakan bernarsis ria di tempat itu,” ujar Ade, selaku koordinator acara. 
Sambil ditemani segelas air, Adepun menjelaskan bahwa PBJ memisahkan buku-buku berdasarkan beberapa kategori di wilayah yang berbeda ; di luar gedung Balai Pamungkas terpampang dengan rapi buku-buku obralan, lalu di kawasan tengah atau memasuki sebagian besar gedung ada buku best seller, buku reguler, dan buku-buku baru, selanjutnya di bagian paling belakang tersedia buku-buku lawasan atau koleksi-koleksi lama. Ada kurang lebih 20 partisipan yang terdiri dari toko buku, penerbit, reseller, maupun komunitas yang ikut memeriahkan acara ini.

Monday, October 24, 2016

SMK Muhammadiyah 1 Bantul : Sekolah Sambil Bekerja, Why Not?


Sekolah tidak melulu belajar secara teks. Di SMK Muhammadiyah 1 Bantul (Musaba) selain sekolah, para siswa juga bisa sambil bekerja. Sekolah yang berada di Jl. Parangtritis Km 12 Manding, Trirenggo, Bantul menerapkan metode ini dengan tujuan memberikan pengalaman bagi para siswa. Taswanto, selaku humas memaparkan bahwa, selain sekolah sambil bekerja, siswa Musaba juga tidak melupakan tugas utama sekolah, yaitu belajar cabang ilmu yang lain pada umumnya pelajar SMK.
Foto : Dokpri Musaba
Tidak ada kerja keras yang percuma. Siswa Musaba mampu memproduksi Antena dan bola lampu. Hasil ciptaan mereka pun dijual ke pasar elektronik. Sistem penjalan sesuai penuturan Taswanto dilakukan dengan metode menitipkan barang. “Jadi barang kita titipkan ke toko elektronik, kita akan dibayar ketika dagangan terjual,” tandasnya.
Pihak sekolah tidak hanya diam memberdayakan dan memberikan ketrampilan kepada siswa sampai di situ saja. Kegiatan sekolah sambil bekerja bertujuan juga memberikan dua pengetahuan dan bekal. Yaitu ilmu secara teknik bagaimana menciptakan bola lampu/antena dan memberikan ilmu secara manajemen ekonominya.
Inisiatif pertamakali program sekolah sambil bekerja berjalan karena ingin merealisasikan visi misi Musaba, yaitu berakhlak mulia dan berdaya saing. “Misi berdaya saing inilah yang ingin kita tonjolkan lewat program ini. Pihak sekolah tidak hanya mengajarkan bongkar pasang, tetapi juga mengajarkan bagaimana caranya menciptakan,” paparnya, Taswanto di Kantornya.

Saturday, October 22, 2016

Manfaatkan Liburan Dengan Cara Cerdas

  Tidak semua orang bisa menikmati liburan cerdas. Salah satu upaya yang dilakukan Imam Safei, SMKN 1 Saptosari agar liburannya tetap bermanfaat dengan berolahraga di Pantai. Pelajar satu ini memang menjadikan pantai sebagai lokasi olahraga voli karena lokasinya dekat dengan rumah. Baginya, olahraga hal yang penting dilakukan, mengingat selama di sekolah lebih banyak bekerja dengan otak. Jika Safei tinggal di dekat pesisir, jauh dari kota, maka berbeda dengan Muhammad Ridwan, dari SMAN 1 Panggang. Ia harus merelakan waktu menempuh jarak jauh untuk pergi ke pantai. Begitupun dengan Ferdi Himawan, dari SMK Tanjung Sari, alasan dia mengisi liburan dengan piknik karena Ia beranggapan bahwa liburan di alam bisa melepaskan penat lebih efektif.
Foto : Elisa
Tidak melulu liburan ke tempat wisata. Muhammad Dheni, siswa dari SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta mengisi waktu liburannya dengan latihan nge-band bersama teman-temannya. “Kegiatan ini melatih saya disiplin dan tanggungjawab. Sering juga waktu liburan kita isi untuk tampil nge-band dalam event dan acara,” imbuhnya.
Beragam cara menarik pelajar Jogja jalani dan menghabiskan hari libur lebih bermanfaat. Bagi pelajar putri, seperti Nurul Nur Amanda, dari SMKN Purwosari pun juga memiliki cara lain menikmati liburannya. Ia biasa menggunakan waktu liburannya berjualan membantu Ibunya. Ia pun tidak merasa malu dan minder. Aktivitas liburan berjualan Nurul ternyata mendapatkan ejekan dari teman-temannya, namun Ia masa bodoh, baginya membantu orangtua lebih bermanfaat daripada hanya main nyenengin diri sendiri, lupa menyenangkan orangtua.

Thursday, October 20, 2016

Repotnya Mempersiapkan Liburan

Setiap orang memiliki cara sendiri untuk memanjakan diri dari rutinitas yang padat. Tidak terkecuali beberapa pelajar SMA/K setelah 6 hari disibukan dengan tugas sekolah. Mifthahul Janah,   melewatkan hari liburnya dengan membuat puisi, membuat cerpen dan membuat handmade yang digemarinya. Ketika libur panjang, Ia biasa berlibur bersama keluarganya. Adapun persiapan liburan panjang. Selain menyiapkan rencana kegiataan yang akan dilakukan agar tetap mencerdaskan, juga mempersiapkan bekal. Mulai bekal untuk disantap setiba ditempat tujuan, sampai mempersiapkan membawa banyak alat dan barang sesuai keperluan. “Hal terpenting, mempersiapkan stamina. Agar setelah liburan kembali bersemangat, bukan malah sakit,” imbuh siswi dari MAN 1 Yogyakarta.
Foto : Dokpri
Dhea Aulia, dari SMKN 1 Saptosari yang hobi jalan-jalan mendaki gunung juga selalu menyiapkan barang keperluan pendakian jauh-jauh hari. Jika mereka sibuk mempersiapkan liburan mereka, berbeda dengan Chandra Ayu Puspita yang menyadari banyak teman-teman seusia dengan dirinya memiliki cara sendiri dalam menikmati liburan mereka. Sama halnya dengan dirinya. Di hari libur, ia sibuk menghabiskan waktu liburnya dengan mempersiapkan keperluan kursus tari dan kursus kerajinan tangan. Bagi Ayu, cara inilah dapat menjernihkan pikiran, mengasah ketrampilan dan menambah wawasan tentang seni.
“Karena di sekolah saya tidak dijelaskan secara detail tentang hal-hal tersebut. Apalagi saya seorang perempuan, ketrampilan ini kelak tetap bermanfaat buat saya,” ceritanya. Berbeda dengan Abela Pratiwi, dari SMK Kesehatan Wonosari yang hobi memasak. Waktu libur Ia manfaatkan untuk bereksperimen dan pengujian seputar kuliner. Mulai dari membuat makanan  dengan rasa enak, tampilan menarik, unik sampai membuat makanan kecil yang siap untuk dijual. Ia pun mengaku tidak tertarik dengan teman-temannya yang suka jalan dan berlibur ke tempat-tempat wisata baru. Apapun kegiatan di hari liburmu. Tentunya, setiap liburan usahakan agar tetap ada hal informasi dan pengetahuan baru  ya. (Elisa & Dhea)

Diterbitkan, Tabloid Remaja BIAS, Edisi 2 | Th. XXI | 2016

Tuesday, October 18, 2016

Liburan Cerdas Bersama Keluarga

libur tlah tiba, libur tlah tiba, hore-hore HORE!. Sepenggal lagu Tasya terdengar riang dinyanyikan beberapa anak SD yang girang menyambut hari libur akhir pekan. Liburan tentu selalu dinantikan oleh setiap orang, termasuk Annisa Rahmana, SMK Kesehatan Insan Mulia. Ia biasa menghabiskan waktu liburan main bareng teman ke pantai, atau berkumpul dengan keluarga. “Bermain dalam hal positif lo ya, main sambil ngerjain tugas kadang-kadang,” ungkapnya.
Foto : Dokpri
Nisa mengartikan hari libur merefresh pikiran dengan berkumpul dan mempererat hubungan keluarga, sahabat dan saudara. Senada dengan Muhammad Dhanu Rivaldi, dari SMKN 6 Yogyakarta. Hari libur kesempatan bagi Rival untuk bercanda dengan keluarga, karena orangtuanya sibuk bekerja. Sehingga Rival dan keluarganya memanfaatkan hari libur sebagai waktu teristimewa kumpul bareng.
Beberapa siswa lain seperti Gabriella Multitalenta dari SMKN 1 Ngawen juga demikian. Baginya, hari libur adalah waktu yang tepat untuk bercengkrama bersama orang-orang terdekat (keluarga). “Karena kita sendiri juga memerlukan komunikasi, motivasi dan kedekatan dengan orangtua kita. Dari situlah kita bisa merasakan peran penting keluarga saling memperhatikan itu seperti apa,” paparnya