Kau Sang Belahan Jiwa Yang Siap Aku Bahagiakan



Tulisan ini merupakan cerita colongan dari berbagai cerita, baik dari teman, temannya teman dan temannya teman teman.
Cinta itu seperti gelombang angin yang arahnya tidak pernah tentu. Kadang bertiup mendamaikan, kadang bertiup kencang, dan kadang tiupan angin yang menjelma menjadi sebuah badai. Itulah cinta. Cinta itu digambarkan sesuka kita. Sama halnya ketika aku menyukai sesuatu, pastilah itu sesuka hatiku, tidak sesuka hatimu. Iya bukan? Perkara yang disukai itu seperti apa dan bagaimana, tentu tidak bisa jelas.
Pernah, suatu ketika, saat Mr. X merayu Dwika “Bagaimana kabarnya? Masih sendiri? Sekarang dengan siapa?” tanyanya menyelidik. Dwika menangapinya dengan apa adannya , tanpa berprasangka apa-apa, “Tentunya, saat ini ada seseorang yang sangat aku hormati dan aku syukuri keberadaannya bagiku” Jawabnya penuh syukur. Mr. X masih menanggapi dengan baik, ia lupa bahwa ia juga salah satu orang yang masuk ke daftar “laki-laki yang suka mempermainkan hati wanita”.
Terkenang, ketika Dwika diam-diam selalu bersyukur telah bertemu dan dipertemukan dengan sosok orang istimewa itu. Singkat cerita, kisahnya berakhir sama saja. Yaitu sebuah penolakan dan penolakan. Ia tahu bagaimana ia harus bersikap, ia juga terbiasa dengan penolakan-penolakan yang pernah dialaminya.
Penolakan begitu terdengar biasa saja.  Sisi lain, penolakan-penolakan yang pernah terjadi di masa lalu membuatnya tidak cukup percaya diri. “Apakah aku tidak usah jatuh cinta lagi?”, “Apakah aku lebih baik sendiri selamannya?” sebuah pertanyaan  Dwika dari rasa ketidakmampuannya.
Selama dua tahun lebih ia mampu ikhlas melepaskan cinta pertamannya. Kemudian, beberapa kali jatuh cinta pada orang-orang yang salah dan orang yang menolaknya. Setelah kembali bangkit, ia kembali jatuh cinta kepada seseorang istimewa tersebut. Bersyukurlah laki-laki tersebut, saying akhir ceritannya tidak jauh berbeda dengan kisah-kisah sebelumnya.

Dwika kini harus bangkit lagi, kali ini entah membutuhkan berapa tahun. Entah masih akan menumpahkan berapa liter air mata. Terkadang, Tuhan menjatuhkan seseorang sebelum membangkitkannya kembali. Atau, Tuhan akan  hilangkan yang ada sebelum menghadirkan yang lebih baru.
Pertanyaan Dwika, nampaknya tidak jauh beda dengan pertanyaanku. Seperti apakah Tuhan akan mempertemukanku dengan jodohku? Seperti apakah wajah jodohku? Dan seperti apakah wajah ibu dan ayah mertuaku kelak. Semua masih tertutup. Terkadang, realita mengajarkan kepada kita, kita belum tentu menikah dengan orang yang kita cintai dan kita perjuangkan mati-matian. Tapi, orang yang menikah dengan kita, tentulah dialah yang benar-benar mencintai kita. Tidak ada yang lebih membahagiakan, selain bertemu dengan seseorang yang mencintai, mengakui keberadaan kita, dan mensyukuri kehadiran kita untuknya.
Pastilah, pada waktunya nanti. Kita juga akan merasakan cinta, perhatian dan kasih sayang dari seseorang. Jika kau pernah mencintai seseorang dengan tulus, tanpa pamrih dan tanpa tendensi apa-apa, kelak, kita juga akan memperoleh hal yang sama, seperti yang pernah kita berikan pada orang lain. Ketulusan dalam mencintai karena menghormati, cinta itu anugrah dari Tuhan dan kita tidak menyalahgunakan, dan akhirnya kandas lagi setiap kali, maka bersabarlah, sebentar lagi kau akan dipertemukan sosok orang tersebut.
“Kau yang masih Tuhan sembunyikan. Aku di sini, menunggumu dan terus berdoa untukmu. Kau yang tertulis sebagai belahan hatiku, datanglah dan jangan biarkan aku menangis disetiap malam. Kau yang tertulis sebagai pelitaku, jangan terlalu lama membiarkanku sendiri, aku tidak ingin cintaku kuberikan pada orang yangku anggap tulang rusukku, padahal tulang rusukku adalah kamu. Kau penyempurna Imanku, aku di sini sangat merindukanmu, berharap kau segera hadir menjemputku, agar selesai sudah derita karena kenangan kegagalan masa laluku. Hari ini, aku di tolak, itu pertanda akulah satu-satunya wanita yang berjanji akan membalas bukti cintamu, dengan membahagiakan dan menjadi bidadarimu di dunia dan di akhirat nanti. kau sang permata jiwaku, Semoga Tuhan mendengar harap dan rinduku, kemudian menyampaikan kepadamu”
Kau Sang Belahan Jiwa Yang Siap Aku Bahagiakan Kau Sang Belahan Jiwa Yang Siap Aku Bahagiakan Reviewed by elisa on Wednesday, May 06, 2015 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.