Sunday, December 18, 2022

Penyebab Nikmat Kebahagiaan Sulit Ditemukan - Cara Sederhana Menemukan Kebahagiaan

Awan berarak pelan. Sementara pendar panas terik sangat terasa. Gerah. Laptop yang sedari tadi menyala dan bekerja mengumpulkan cuan, terpaksa kubunuh sesaat. Sebelum kutiapkan lagi ruh kehidupan, untuk membantuku mencari penghidupan. 

Ditengah korsleting otak. Aku diamkan kepalaku sejenak. Sambil memandang buket bunga mawar yang aku panen di halaman rumah.  Bunga mawar baby rose warna kuning yang menakjubkan. 

Ku tatap lekat tajam. Hatiku tiba-tiba luruh, dan merasakan kebahagiaan dan syukur yang tidak bisa aku rangkai dalam sebuah kalimat. 

Buket bunga mawar yang membuatku merenung. Menstimulasi dendrit otak yang belum padam menyala-nyala lagi untuk berpikir. 

Melihat ke dalam diriku lebih dalam, dan melihat kanan kiriku mencoba lebih dalam. Aku merasa bersyukur karena mudah sekali aku merasakan bahagia dan syukur dengan cara-cara sederhana. 

Sementara… 

Banyak orang diluar sana yang tidak tahu bagaimana caranya menemukan kebahagiaan. Berbagai cara dilakukan untuk menemukan titik “aku sudah bahagia”. 

Ada yang pergi ke luar negeri, 

Ada yang membeli barang-barang seperti circle pertemanan mereka. Tanpa memperdulikan harga dan caranya. Yang penting punya dan kelihatan keren. Dan ada pula yang menggunakan topeng. 

 

Aku pun bertanya lagi pada diri sendiri, lebih dalam. Merenung sambil menatap kelopak mawar yang begitu indah.

Lantas , aku menemukan hikmah bahwasanya… 

Kita ini terlalu sibuk mengejar kebutuhan. Belum lagi sibuk dengan pergaulan. Sibuk dengan urusan orang lain yang entah kenapa kok menjadi urusan kita dan penting bagi kita. Padahal, kita acuhkan pun mereka tidak terpengaruh dan pastinya tidak menyusahkan diri sendiri. 

Belum lagi sibuk memikirkan penilaian orang lain. Padahal, bisa saja kita memutuskan untuk tidak peduli. Dan hidup sesuka hati kita, bebas dan eksplore.  

Kita terlalu sibuk dengan hal-hal yang jauh dari batas kemampuan kita. Kita sibuk menjalani hidup dengan cara orang lain. Sibuk dengan standar orang lain dll. 

Sehingga tidak ada waktu untuk bertanya pada diri sendiri tentang 

Apa yang kucari? Apa tujuanku? Apakah aku sudah bahagia? Bagaimana cara hidup bersyukur, hangat dan damai? 

 

Kita hanya sibuk memikirkan dan takut dengan pikiran kita. Sementara gusti sudah limpahkan rahmat-Nya yang tiada terkira.  

Kita sibuk tidak bisa makan, sehingga berjuang keras untuk mendapatkan kemapanan materi dan martabat dunia.

Kita disibukan memperbaiki reputasi, padahal yang ditanya saat mati apakah kita menyadari hakikat hidup ini untuk apa, dan seberapa jauh tingkat keikhlasan kita. 

Ada pula yang disibukan mencari amal untuk bekal mati dengan banyak amalan. Padahal masuknya surga dan neraka adalah hak prerogatif ilahi. 

Kita disibukan dengan segala alasan, dan logika terbaik versi kita. Padahal, cara kerja alam semesta tidak seperti logika dan cara manusia. Lagi-lagi terserah dari pemilik semesta. 

Lantas kesimpulannya, apa yang kita cari? 

Saatku lihat diri ini, seperti debu yang terbang tanpa arah dan abstrak. Tidak memiliki kekuatan untuk melawan kehendaknya. Ingin memusatkan pada satu titik yang kita inginkan, namun hasilnya terbang ke kanan, kiri, atas dan bawah tanpa sesuai yang kukehendaki. Namun satu hal yang pasti, atas kehendak nya kita akan berhenti, bersandar di tempat yang tepat baginya. 

Saat debu menempel pada satu titik. Barulah otak akan berpikir waras, bahwasanya sumber kebahagiaan itu terletak pada kerelaan hati untuk melepas atribut dunia yang membuat kita merasa sibuk dan sesak. Saat kita melakukan semuanya, akan lebih lapang dan banyak rahmat-Nya yang kecil dan sederhana yang bisa kita syukuri tanpa bergantung pada manusia. (Renungan Irukawa Elisa, 17 desember 2022)

 


Tuesday, August 2, 2022

SMA Negeri 1 Jetis Sebagai Adiwiyata Pertama di Provinsi DIY 2009

SMA Negeri 1 Jetis merupakan salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Bantul tepatnya di Jl. Imogiri Barat KM 11, Kertan,  Sumberagung, Jetis, Bantul. Berlokasi dipinggir persawahan, sekolah ini menjadi primadona bagi siswa yang ingin belajar disana.

Foto : Yogi


Tempatnya yang sejuk diselingi pohon membuat sekolah ini menjadi pelopor sekolah adiwiyata pertama di provinsi DIY pada tahun 2009.

Berdiri pada 20 November 1984, SMA Negeri 1 Jetis memiliki luas kurang lebih 3 hektar dengan bangunan induk dan fasilitas Olahraga (lap. Basket, lap. Volli, lap.sepak bola) terpisah membuat sekolah berbasis lingkungan ini tidak semrawut dipandang.

Meskipun terletak di perdesaan, tak membuat para siswa SMA Negeri 1  Jetis takut untuk bermimpi untuk berprestasi. Prestasi gemilang yang belum lama ini ditorehkan antara lain Juara 2 tingkat Nasional Lomba Perpustakaan 2019,  Juara 1 Lomba Sekolah Sehat Tingkat Provinsi DIY 2019. Piala dan medali yang disumbangkan oleh guru dan para siswa terpajang rapi di lobby sekolah hijau ini

 "Mungkin kendalanya selama menjadi guru disini adalah mengatur anak-anak yg memiliki kepribadian berbeda-beda mungkin memerlukan usaha lebih, namun kami mencoba mendekati murid dengan cara persuasif. Untuk harapannya sendiri, semoga murid lulusan SMA 1 jetis dapat menjadi calon-calon pemimpin dimasa yg akan datang" tegas Bu Nunuk, guru BK yang sudah 34 tahun mengajar di SMA negeri 1 Jetis. (Lutvi Luviana, Eko Setyo Prayogi)

Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 2, 2019

Tuesday, July 26, 2022

SMK Budhi Dharma Boarding School : Sekolah Kejuruan Yang Fokus Pada Pendidikan Keagamaan dan Karakter

SMK Budhi Dharma Piyungan kini berubah menjadi SMK Budhi Dharma Boarding School Piyungan. Sekolah kejuruan yang berlokasi di jalan Nasional III Plesedan, Srimartani, Piyungan, Bantul ini pun juga ada yang menarik.

Foto : Elisa

Kepala Sekolah SMK Budhi Dharma Boarding School Piyungan, Drs Sudirman menceritakan bahwa sekolah ini memiliki dua jalur pendidikan. Pertama jalur regular dan jalur pondok (Boarding School). Khusus kegiatan jalur pondok, tentunya peserta didik mondok disekolah, rerata mereka berasal dari luar Yogyakarta.

“Ada yang dari Malaysia dan ada juga yang dari luar pulau jawa,” tegasnya.

Khusus sekolah jalur pondok, jam belajar diawali dari pagi sampai pukul 14.30 WIB. Anak-anak istirahat sejenak, kemudian dilanjutkan b keagamaan mulai pukul 15.00 WIB sampai bakda Isya. Di pagi harinya, sejak subuh, hingga pukul 6 pagi diisi kegiatan keagamaan. Setelah masuk jam sekolah, belajar secara regular.

Metamorfasa SMK Budhi Dharma menjadi Boarding School tentunya gebrakan yang berani. Karena sejak awal fokusnya adalah sekolah Swasta berbasis kejuruan. Karena alasan minat masyarakat didekat sekolah, dan mulai muncul sekolah negeri yang lebih bergengsi di sekitar SMK Budhi Dharma, maka akhirnya mengambil jalur boarding school.

Sudirman menambahkan bahwa sejarah kenapa menjadi SMK Budhi Dharma Boarding School dilandasari oleh alasan klasik. Salah satunya alasan angkutan umum yang sulit, karena berada di jalan utama dan ditikungan jalur mau ke Bukit Bintang.

“Alhamdulillah, setelah diboarding siswanya pun tahun ini mengalami peningkatan,” imbuhnya.

Latar belakang lain kenapa adannya bording school yang kental terkait dengan unsur pendidikan karakter, Sudirman menegaskan ini salah satu upaya guru meningkatkan lulusan yang terbaik. Jadi sekarang tidak hanya fokus pada kejuruan saja, tetapi juga fokus dengan memberikan pendidikan karakter dan memasukan keagamaan.

Upaya lain meningkatka pendidikan karakter bagi peserta didik, yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah, dengan mendatangkan narasumber dari luar guru di SMK Budhi Dharma Boarding School. Jadi kami mendatangkan alumni-alumni yang sudah sukses, untuk mengisi dan memotivasi adik-adiknya. Tujuannya agar membukakan wacana dan sudut pandang. Biasannya acara ini dilakukan setiap bulan terakhir di sabtu terakhir.

“Karena ketika kita mendatangkan dari orang luar guru, anak lebih bisa mendengarkan, dibandingkan ketika guru-guru yang berbicara,” tambah Bu Mukirah, yang mendampingi Kepala Sekolah.

Terkait dengan ekstrakurikuler di SMK Budhi Dharma, ada beberapa kegaitan, seperti ekstra public speaking, Pramuka, kerawitan, pramuka dan olahraga. (Elisa) 

Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 1, 2019

Tuesday, July 19, 2022

SMAN 1 Jetis : Perbasis Meraih Perak

Satu karya ilmiah remaja murid SMA N 1 Jetis. Tahun ini, SMA N 1 Jetis mengirimkan beberapa karya ilmiah ke tim Sagasitas. Salah satu karya yang lolos berjudul PERBASIS (Perbot Otomatis Berbasis Arduino Uno) Potensi Meningkatkan Hasil Produksi dan Minat Siswa dalam Menguasai Teknik Pembuatan Gerabah. Karya tersebut dibuat oleh Wahyu Adi Pratama dan Rizki Andini Imantoro.


Sebelumnya ada yang belum tahu apa itu perbot? Perbot merupakan alat putar gerabah yang sering digunakan pengrajin untuk membuat atau membentuk gerabah. Latar belakang mereka mengambil penelitian ini karena pada saat ini banyak siswa yang kesulitan mempelajari pembuatan gerabah dengan menggunakan teknik putar. Rata-rata mereka hanya bisa menggunakan teknik cetak. Padahal gerabah merupakan warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan keberadaannya. Oleh karena itu, peneliti berinisiatif membuat alat putar gerabah otomatis.

Tujuan pembuatan alat ini adalah potensi meningkatkan hasil produksi dan minat siswa dalam menguasai teknik pembuatan gerabah. Perbot ini juga memiliki perbedaan dengan perbot pada umumnya. Perbedaan ini bisa kita tinjau dari bahan pembuatannya. Jika pada perbot konvensional dibuat menggunakan bahan dari besi atau kayu, perbot buatan Wahyu dan Dini ini dibuat dari kayu dan akrilik yang dicetak. Selain itu, perbot ini memakai pengendali mikro kontroler yaitu arduino uno sehingga dapat bergerak otomatis tanpa perlu perlu memutar manual. Perbot ini juga memiliki beberapa variasi kecepatan yang bisa diatur sendiri.

Penelitian ini dimulai ketika mereka menemukan masalah keeksisan gerabah yang semakin menurun. Kemudian, peneliti melakukan observasi ke Daerah Kasongan yang merupakan sentral industri gerabah di wilayah Bantul. Di sana, mereka melakukan wawancara dengan beberapa pengrajin. Mereka menanyakan tentang kesulitan dan keluhan pembuatan gerabah saat ini. Muncullah ide membuat perbot otomatis yng sudah dijelaskan sebelumnya. Lalu, mereka mendesain alat. Dilanjutkan dengan membuat prototype yang kemudian diujikan kepada pengrajin di daerah Pundong. Beberapa masukan dari pengrajin menjadi acuan mereka memperbaiki alat. Salah satu masukan dari pengrajin yaitu menambah kecepatannya dan memperbaiki alat agar bisa digunakan untuk pembuatan gerabah yang memiliki berat lebih besar.

Foto : Tabloid BIAS


Untuk menguji penelitian tersebut, mereka mengambil data dari siswa SMA N 1 Jetis, mahasiswa ISI Yogyakarta, pengrajin gerabah, beberapa guru seni dan fisika. Peneliti menampung segala tanggapan dan masukan yang diberikan. Untuk mengetahui minat tentang perbot otomatis ini, dilakukan pengambilan data melalui angket yang diberikan kepada siswa.

Dalam pembuatan alat ini tak lepas dari adanya kendala. Kendala yang paling pokok adalah sulitnya mencari komponen alat yang dibutuhkan. Tak jarang mereka harus membelinya melalui toko online. Kendala lain adalah waktu yang singkat menuju pameran SRE (Sagasitas Research Exibition). Untuk mengatasi beberapa kendala di atas, peneliti melakukan pembagian kerja walaupun mereka tetap bekerjasama dalam melakukannya.

Atas jerih payah peneliti, karya mereka berhasil meraih juara 2 bidang teknik rekayasa dalam pameran SRE di Kulonprogo dan mendapatkan medali perak. Peneliti berharap semoga alat yang mereka ciptakan dapat bermanfaat khususnya pada dunia pendidikan. Sekian dan salam peneliti! (Fatimah, Miftahurrozaq, Lutvi, Yogi)


Dipublikasikan Di Tabloid BIAS, Edisi 2 | 2019

Tuesday, July 12, 2022

Lustrum ke VI SMA Negeri 11 Yogyakarta, Panitia Gelar 13 Acara Selama Setahun


SMA Negeri 11 Yogyakarta kembali merayakan lustrum ke VI atau Lustrum of Sebelas Lumos ke 6 di Yogyakarta. Serangkaian acara telah dan akan diselenggarakan sejak awal tahun 2019 untuk memeriah Lustrum yang diselenggarakan 5 tahun sekali sekaligus merayakan hari jadi SMA Negeri 11 Yogyakarta ke 30 tahun. Lustrum kali ini mengangkat tema Diptya Aji Paramita to Sky dengan harapan kita dapat menggapai cita-cita setinggi langit. Terdapat 13 rangkaian acara secara bergilir diadakan sejak bulan Februari 2019 yang terdiri dari Eleven in Try Out ke 10, LBB DIYATA ke-7, Kartini of Sebelas (KARTILAS), Nespaloka Langen Budaya ke 4, Ekaristi Kaum Muda (EKM), Nespaloka Basketball League (NBL), Festival Islamic Through Humanity (FAITH), Lustrum of Sebelas (LUMOS), EVORA ke07, Anniversay Internal, Pameran Fotografi Nespaloka Photography Club, Pentas Tunggal Tapak Sebelas ke-15, dan acara puncak Eleven Concert for Revolution (EVOLUTION) ke-8.


Dari 13 agenda acara, hingga bulan September 2019 sudah terlaksana delapan agenda. Salah satunya yakni Festival Islamic Through Humanity (FAITH) yang digelar di Lapangan Karang, Kotagede, Yogyakarta. Acara yang dimulai sejak pukul 16.00 WIB dan dimeriahkan oleh ustad-ustad kenamaan seperti Ustadz Ransi Al-Indragiri, Ustadz Aziz Ma’arif, Ustadz Taqy Malik dan Ustadz Istihsan Arif Al-Fudaily. Dengan tema menarik mention Allah via Quran, acara FAITH dihadiri lebih dari 700 pelajar dan masyarakat umum. Tidak hanya berisikan tausiyah, Rayhan Janitra dan Founder FATH @sedulurhijrah juga ikut meramaikan acara ini sebagai moderator. Tidak hanya diisi tausiyah saja, FAITH juga menghadirkan pertunjukan tarian Ratoehjaroe Puspalaksita sebelum sesi tausiyah. Dengan adanya FAITH ini sekaligus menjadi acara bakti sosial untuk SMA Negeri 11 Yogyakarta.

Nggak cuma acara bertemakan religi saja, sebelumnya di bulan Februari telah digelar pula Lomba Baris Berbaris Diyata antar SMP dan SMA se-DIY. Selain itu, diadakan pula turnamen basket Nespaloka Basketball League (NBL) pada tanggal 22-25 Agustus 2019 silam di GOR SMA Negeri 11 Yogyakarta. Event yang berlangsung selama 4 hari ini bertempat langsung di Gedung Sasana Krida Boedi Utomo, lapangan indoor SMAN 11 Yogyakarta.

Lomba ini di ikuti oleh 20 tim basket putra dan putri dari berbagai macam SMP, antara lain SMPN 6 Yogyakarta, SMP Budi Utama, SMP Budi Mulia Dua, SMPN 5 Yogyakarta, SMPN 4 Pakem, dll. Akhir dari rangkaian pertandingan menghasilkan tim putri SMPN 5 Yogyakarta dan tim putra SMP Budi Mulia Dua sebagai juara ke-2 dan melesatkan tim putri SMPN 6 Yogyakarta dan tim putra SMPN 4 Pakem sebagai Juara 1.

Tidak ketinggalan di awal bulan September kemarin tepatnya tanggal 1 September, agenda internal juga menarik untuk diulas. Mengambil tema LUMOS (Lustrum of Sebelas), agenda internal yang hanya melibatkan siswa dan siswi SMA Negeri 11 Yogyakarta ini mengajak untuk bakti sosial dan jalan sehat. Di sini pula siswa siswi SMA Negeri 11 Yogyakarta juga dapat menyaksikan penampilan ekstrakulikuler dan band dari alumni. Menariknya, bintang tamu pada siang itu yakni band lokal yang sedang naik daun, Guyon Waton.

Sebagai ketua panitia lustrum VI SMA Negeri 11 Yogyakarta, Ayu Sekar mengaku bukan perkara mudah untuk mewujudkan satu rangkaian acara yang dapat berjalan dengan baik. Diperlukan kerjasama antar panitia yang solid dan kompak. "persiapan sudah sejak tahun lalu, sudah dikonsep dengan kakak kelas. Kemudian panitia sekarang hanya menjalankan saja." terangnya.

Ayu berharap serangkaian acara lustrum SMA Negeri 11 Yogyakarta dapat berjalan lancar tanpa ada halangan apapun. "berharapnya lancar tanpa ada gangguan kelompok yang tidak diinginkan sehingga pesan dari lustrum dapat tersampaikan dengan baik juga." tutup Ayu. (Novia Intan)


Dipublikasi Tabloid BIAS, Edisi 1, 2019

Tuesday, July 5, 2022

SEDAYU FEST : Mengangkat Nama Baik Sekolah Melalui Kegiatan Positif

Dalam rangka memperingati ulangtahun SMAN 1 Sedayu, OSIS Sedayu menyelenggarakan beberapa serangkaian kegiatan. Tidak tanggung-tanggung, kegiatan ini melibatkan seluruh pengurus osis dan melibatkan masyarakat sekitar. Zuhdan Khairullah (17), selaku ketua OSIS SMAN 1 Sedayu membenarkan. Zuhdan menceritakan ada beberapa kegiatan, diantarannya lanjutan kegiatan tahun lalu.


Kegiatan tahunan Sedayu Fest ada bakti sosial, donor darah, Stabiyota cup, pensi sekolah dan Sedayu party. Maka di tahun 2019 ada  kelas meeting,  kamayu dan kirab. Zuhdan pun memaparkan bahwa Sedayu Parti ini adalah kegiatan yang ditunggu-tunggu pelajar SMAN 1 Sedayu. Bisa dibilang acara sekolah tahunan terbesar, sekaligus sebagai ajang pentas seni. Misalnya saat pentas seni digelar, pihaknya mengundang dari luar dan menampilkan pentas seni per kelas.

Zuhdan juga memaparkan pentas seni yang ditampilkan tidak hanya band kelas, tetapi juga ada pertunjukan dari kelas lain seperti tari piring. Tidak hanya pentas seni yang identik kesenangan sendiri, mereka juga melakukan aksi bakti sosial.

Zuhdan pun menceritakan ada hal unik perayaan ulang tahun SMAN 1 Sedayu kali ini. Jika tahun lalu pihaknya baru melakukan pawai mengelilingi kelurahan Kemusuk. Maka tahun ini kedepannya juga akan ada kejutan lain, tentunya masih rahasia.

Respons masyarakat sangat luar biasa dan positif. Ia juga menceritakan hal menarik saat pawai berlangsung, dimana pada waktu melewati Museum Soeharto banyak turis asing yang antusias melihat pawai. Tampak mereka sangat antusias dan memfoto. Sebagai bentuk keramahan, ada satu kelas yang membawa gunungan berisi snak jajanan pasar, sengaja dibagi-bagikan kepada turis tersebut.

Sebagai ketua OSIS SMAN 1 Sedayu, Zuhdan memiliki tanggungjawab besar, yaitu mengangkat nama baik sekolah. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan ivent yang positif dan syukur melibatkan masyarakat sekitar. Kegiatan besar yang melibatkan luar SMAN 1 Sedayu adalah lomba badminton. Setidaknya ajang kejuaraan lomba badminton ini diikuti oleh lima kabupaten, yaitu Gunungkidul, Bantul, Sleman, Kulonprogo dan Kota Jogja itu sendiri. Semua kegiatan berjalan lancar.

Tujuan kegiatan tahunan ini dilatabelakangi oleh Ingin mengangkat nama sekolah. Terlepas dari tujuan utama, Zuhdan pun menyadari bahwa kesadaran diri sendiri dan kesadaran tim itu yang lebih penting. Karena setiap kegiatan yang dibuat tidak selamanya mendapatkan pengakuan dan penghargaan, pasti ada yang setuju dan tidak setuju, yang harus diterima dengan kesiapan. Penilaian dari pihak luar sana dengan lapang dada.

Adapun tujuan lain yang diharapkan Zuhdan dari kegiatan tahunan ini, yaitu dapat meningkatkan kreativitas. “Tujuannya adalah mengembangkan bakat siswa dibidang olahraga, seni dan budaya. Serta memperkenalkan kreativitas siswa-siswi sedayu ke masyarakat luas,” imbuhnya. Ia pun juga menyampaikan bahwa acara ini sebagai ajang latihan dan memupuk kreativitas dan siswa menjadi lebih senang terhadap budaya Indonesia. (Elisa)


Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 1, 2019

Tuesday, June 28, 2022

GUNDALA

Joko Anwar baru saja memperkenalkan karya terbarunya –sebuah film mengenai pahlawan berkekuatan super bernama Gundala. Alkisah, Gundala mendapat kekuatan dari petir. Ia menjadi kuat apabila mendapat sengatan listrik dari petir, dan dapat menyalurkan energinya menjadi petir.


Tokoh Gundala sebenarnya merupakan tokoh pahlawan super lokal klasik ciptaan Harya “Hasmi” Suryaminata. Pada tahun 1970-an, Gundala menjadi hit melalui komik karya Hasmi. Cerita tentang Gundala kemudian diangkat kembali oleh Joko Anwar bersama Screenplay Productions dalam bentuk film. Kendati cerita yang disajikan dalam film cukup berbeda dengan cerita asli dalam komik, film Gundala ini adalah film aksi yang menawan dan patut ditonton. 

Sancaka (diperankan oleh Abimana Aryasatya), identitas asli Gundala, adalah seorang penjaga keamanan di pabrik percetakan surat kabar The Djakarta Times. Jakarta, dalam film tersebut, diceritakan sebagai tempat yang sangat suram dan semrawut. Orang-orang hidup sesak dengan ketiadaan aturan. Masyarakat kelas bawah tersengal-sengal untuk bertahan hidup. Sementara masyarakat kelas elit hidup dalam dunia mereka sendiri. Seluruh penjuru kota merupakan tempat terjadinya kejahatan, kekerasan, dan ketidakadilan. Dalam potret yang caruk maruk tersebut, Sancaka yang memiliki kekuatan super praktis menjadi pahlawan. Kehadirannya sebagai Gundala kemudian menjadi harapan bagi semua orang, termasuk temannya sendiri, Wulan (Tara Basro).

 

Kritik pada Isu Sosial

            Pada umumya, cerita mengenai pahlawan super memiliki rumus yang sama. Pemeran utama adalah orang baik yang naif, sementara tokoh antagonis muncul dengan keinginan untuk menguasai dunia. Begitu pula dengan film Gundala. Ketika pertama kali dapat memenangkan perkelahian, Sancaka tidak serta merta menerima kenyataan bahwa dirinya memiliki kekuatan super. Ia perlu waktu untuk menyadari bahwa bantuannya memang dibutuhkan oleh orang-orang di sekitarnya. Dari situlah, Sancaka menjalani perannya sebagai Gundala, hingga akhirnya ia bertemu dengan musuh utama, Pengkor (Bront Palarae).

            Akan tetapi, bukan Joko Anwar namanya jika tidak dapat membuat sesuatu yang biasa menjadi lebih istimewa. Dalam film Gundala, cerita diramu sedemikian rupa sehingga sarat pesan. Di samping penuturan cerita yang segar dan menghibur, film ini banyak mengangkat isu-isu yang terjadi di masyarakat. Salah satu isu yang paling kuat ditampilkan adalah isu trauma yang terjadi pada anak-anak. Sambil membangun karakter Sancaka dan Pengkor, film ini membuat penonton mengingat kembali bahwa apa yang dialami seseorang pada masa kanak-kanak akan memengaruhi perangai dan dirinya di masa yang akan datang. Selain itu, Joko juga menitipkan kritik terhadap isu sosial. Dalam film, anggota parlemen dan wakil rakyat digambarkan seperti barang yang dapat dibeli. Mereka bergerak dengan lamban, asumtif, dan cenderung berorientasi pada kepentingan pribadi. Kelompok masyarakat kelas bawah –yang diwakili pedagang pasar, pengamen, dan kumpulan preman, juga memiliki masalah mereka sendiri. Mereka terlalu sibuk dengan diri sendiri, sehingga mengabaikan orang lain yang membutuhkan pertolongan. Kondisi-kondisi ini digambarkan dengan terus terang dalam film, seolah-olah penonton diminta untuk melihat kenyataan yang terjadi pada kehidupan masyarakat saat ini.

 

Tata Kamera dan Tata Suara yang Berkesan

            Keasyikan menonton film Gundala tidak hanya datang dari ceritanya yang menarik. Membuktikan nama besarnya, Joko Anwar memberi berbagai bumbu pelengkap, sehingga film ini dapat menjadi santapan yang nikmat. Sepanjang film, Joko konsisten menghadirkan gambar-gambar yang memikat. Setiap gambar memiliki warna dengan tone tertentu untuk mempertegas suasana, didukung set latar yang detail dan sungguh-sungguh. Penatnya kehidupan masyarakat kelas bawah digambarkan dengan tone yang suram, serta suasana yang sesak, padat, penuh debu dan polusi. Di sisi lain, tone hangat, lampu-lampu kekuningan, serta latar yang klasik hadir untuk menggambarkan kehidupan masyarakat kelas atas yang elit dan mahal. Tidak sampai di situ, film Gundala juga dipenuhi tata kamera dan scoring yang ciamik. Setiap adegan dalam film Gundala diambil dari sudut pandang kamera yang sinematik, kemudian dilengkapi dengan efek suara yang mendukung. Misalnya, untuk memunculkan perasaan panik dan memicu adrenalin, adegan berkelahi diambil dengan tata kamera yang bergoyang dan diberi efek suara yang ribut.  Dengan demikian, setiap momen dan scene dalam film dapat tampil maksimal dan berkesan. (Billa)

Tuesday, June 21, 2022

Kami (Bukan) Sarjana Kertas : "Prestasi Tidak Selalu Identik Dengan Ijazah"

 Judul : Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Penulis : J. S. Khairen

Penerbit : Bukune 

Jumlah Halaman : 372 halaman

Tanggal Terbit : Februari 2019



Di kampus UDEL, terjebaklah tujuh mahasiswa yang hidup segan, kuliah tak mau. Mereka terpaksa kuliah di kampus pinggiran yang kalau dicari via google aja nggak akan ketemu. Alasan ke tujuh mahasiswa ini masuk UDEL bermacam-macam. Ada yang otaknya tak mampu masuk negeri, ada yang orangtuanya tak cukup masuk swasta unggul, ada pula yang karena biaya kuliahnya saja. 

Lucunya, hari pertama kuliah, Ibu Lira Estrini, dosen konseling yang masih muda sempat menggemparkan kelas dengan sebuah kejadi gila dan tak masuk akal. Terutama untuk Ogi, Randi, dan Arko. Namun cerita tidak berhenti di ketiga mahasiswa itu. Gala yang merupakan anak konglomerat pun juga punya cerita sendiri. Hingga Sania dan Juwisa yang punya kisah perjuangan masing-masing. 

Membaca buku ini kita diajak untuk menjelajahi tentang impian, persahabatan, perjuangan, usaha, kegagalan, keberhasilan, peluang, solidaritas, keputusasaan, proses, bisnis, dan masih banyak lagi. Isinya dikemas ringan namun memuat kritik praktik pendidikan di Indonesia yang dikemas secara gurih dan menarik.

Secara garis besar buku ini wajib dibaca pelajar SMA, mahasiswa, para orangtua, karyawan, petinggi perusahaan, para pengambil kebijakan di institusi pendidikan, anak start-up, anak muda berkarya, pengemudi ojek online, abang ondel-ondel, hingga Presiden Korea Utara agar kita dapat memutuskan seberapa penting sebenarnya nilai sebuah ijazah.

Penulis, J.S Khairen, menceritakan masing-masing tokoh dengan cukup proporsional, sehingga asik untuk dibaca. Setiap Karakter di buku ini sukses membuat para pembaca pasti sulit meletakkan buku ini di Rak buku. Berbeda dengan novel romance yg tokoh utama cuma sepasang dg satu klimaks dan selesai. Selain itu, dalam buku ini didukung pula cerita tentang perdosenan dan perkampusan yg cukup menarik. Banyak nilai yg bisa diambil dari sini. Bahwa kita tidak pernah tau jalan apa yang akan ada di depan kita, perlunya menghidupkan mimpi agar tak hanya menjadi bunga tidur. Perlunya memaksimalkan peran kita, dimanapun dan apapun. Ketika kita menjadi orang tua, bagaimana kita harus mendampingi anak-anak kita mengarungi hidupnya.

Maka tak heran, buku ini cocok dibaca oleh semua generasi. Bahkan untuk reviewnya saja di salah satu situs terkemuka, Kami Bukan Sarjana Kertas mendapatkan predikat best seller national. Hal ini sepadan dengan isi dan respon dari masyarakat yang memang suka dengan buku pertama dari J. S. Khairen. Jadi tunggu apalagi, yuk baca Kami Bukan Sarjana Kertas sekarang! (Novia Intan)

Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 2, 2019


Tuesday, June 14, 2022

Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini : Mengajak Pembaca Untuk Sambat Sebentar

 Format : Full Colour, Hardcover

Jumlah Halaman : 164 halaman

ISBN : 978-602-1318-91-1

Penulis : Mas Aik

Tahun Terbit : Maret 2019

Tahun 2019 generasi muda seolah sedang tren buku berilustrasi dengan sedikit tulisan. Dari akhir 2018 hingga pertengahan 2019 sudah sekitar tiga buku dengan genre sama rilis. Setelah mendulang sukses pada buku "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini" karya Marchella FP yang sempat hits melalui media sosial instagram karena quotes motivasinya, kini hadir pula saingannya dengan isi yang berkebalikan. Judulnya "Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini". 

Jika membaca sekilas dari judulnya tampak sama namun jelas berbeda dari konten yang disajikan. Ibaratnya pembaca disuguhi oleh dua sisi magnet, buku "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini" merupakan kutub positif, sementara buku "Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini" kebalikannya. Isinya lebih jenaka dan mengandung unsur keluhan sehari-hari sebagai manusia.

Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini (NKSTHI) merupakan salah satu terbitan dari Buku Mojok yang ditulis oleh Mas Aik. Dirilis pada awal tahun 2019 buku ini cukup mencuri perhatian karena isinya yang berkembalikan dengan sahabatnya "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini". Meski begitu, konsep konten yang disajikan dalam buku ini cukup menarik. Mas Aik sebagai penulisnya pun memang mengakui jika ia terispirasi dari buku NKCTHI karya Marcella. Jika kita biasa melihat buku atau novel dengan tulisan yang padat, pada buku NKSTHI pembaca lebih disuguhkan dengan tulisan bergambar dengan font yang enak dibaca. Apalagi dengan cover hardcover dengan warna hijau tosca yang cukup menarik untuk segera ingin dibaca. 

Soal isi buku, memang NKSTHI bukan merupakan buku cerita bersambung layaknya novel.  Pada awal halaman buku, NKSTHI memang langsung memberikan sebuah kutipan tentang sambat (bahasa jawa) yang berarti keluhan. Kutipan keluhan tersebut dikolaborasi dengan ilustrasi yang sesuai dengan kalimatnya. Ilustrasi yang menarik dan berwarna bersatu padu dengan kumpulan kutipan kata-kata yang tidak terlalu bijak, jujur, dan apa adanya. Kontennya seolah menyuarakan hati insan-insan di dunia yang sehari-harinya berusaha bersikap manis, tegar, bijak, dan penuh syukur, namun jauh di lubuk hati terdalam sering juga ingin mengeluh. Tidak mengherankan, karena 'sambat' (bahasa Jawa) memang berarti mengeluh. 

NKSTHI dibagi ke dalam empat bagian utama, yaitu Sela-Sela Kelas, Sela-Sela Kerja, Sela-Sela Hati, dan Sela-Sela Hidup. Tidak ada tokoh atau jalan cerita tertentu, hanya potongan keluhan dari realita hidup yang kita hadapi sehari-hari. Hampir setiap halaman membuat tersenyum, tertawa, bahkan gumaman, "Iya banget!"

Tentu ada proses kreativitas di dalam pembuatan NKSTHI. Di saat gempita media sosial seolah ingin memperlihatkan hal-hal yang baik terus, NKTSHI justru menampilkan sisi lain dari kegetiran hidup yang kita hadapi. Kemudian pembaca diajak untuk berhenti sejenak dan menertawakan kegetiran itu. Apalagi bahasa yang digunakan sangat ringan. Kalimat disusun dengan kata-kata ringkas, namun 'ngena' sehingga pembaca tak akan menemukan kesulitan berarti dalam mencerna kalimatnya. Tapi sayangnya buku ini sama sekali tak menawarkan solusi, meski begitu cukuplah bagi pembaca sebagai sarana hiburan. 

Nanti Kita Sambat tentang Hari Ini cocok dibaca semua kalangan. Ini berisi keluhan manusia yang dikemas dalam bentuk tulisan, gambar, warna, serta tata letak yang cukup baik memudahkan pembaca dalam menikmati buku ini. Karena kombinasi antara tulisan dan ilustrasi, meski berjumlah 160 halaman, NKSTHI isinya kurang banyak dan kurang dalam. Bagi pembaca yang tidak begitu meresapi maknanya, bisa jadi dalam waktu 5 menit saja sudah bisa menyelesaikan membaca buku ini. 

"Jika ada bagian-bagian dari hidup yang pantas untuk disyukuri, bukankah ada juga bagian-bagian dari hidup yang patut untuk disambati?"

"Aku, yang gemar sekali menghirup oksigen dan menghembuskan 'hadeh'".

Kalimat-kalimat seperti itu yang akan kamu temui saat membaca buku ini. Tertarik membeli? Jika iya, kamu bisa mendapatkannya di toko-toko buku terdekat. (Novia Intan)

Dipublikas Tabloid BIAS, Edisi 1, 2019


Tuesday, June 7, 2022

Kembali Ke Ndeso : Makan Sego Wader Biar Pinter

 Makan makanan ala lestoran sudah hal yang biasa. Apalagi era sekarang makanan rasa lestoran banyak didapatkan di warung makan dan dijual dengan harga makanan. Memang, Yogyakarta memiliki banyak pilihan rasa makanan yang bisa kita icip. Mulai dari makanan khas luar sampai khas lokal. 

Foto : Irukawa ELisa

Sampai terlalu banyaknya keragaman jenis makanan, untuk dicoba, sampai kadang-kadang kita kesulitan mencari makanan dan minuman yang dulu sangat biasa kita makan. Salah satunya adalah minuman kunir dan sego wader. Apalagi jika dinikmati di tengah-tengah suasana yang sejuk dan menikmati semilir meski sinar terik. 

Sego wader memang bagi kaum millennial kurang mendapat perhatian. Padahal, kandungan baik pada wader bisa meningkatkan konsentrasi dan kecerdasan. Tidak heran orang jaman dulu yang suka makan wader banyak yang pinter. Bagi kaum millennial saat ini, sego wader asing, dan memang juga sedikit sulit ditemukan di lestoran atau warung-warung millennial saat ini. Hanya ditemui di objek wisata Taman Bronjong. 

Sego wader yang disediakan di Objek Wisata Taman Bronjong ini memang memiliki cita rasa berbeda. Rasa dari nasinya sangat pulen, empuk dan enak. Ketika nasi masuk ke mulut, memiliki tekstur tidak biasa, dan memang nasi ini dicampur dengan bumbu rempah-rempah yang tidak disebutkan oleh sang koki, sebagai bumbu rahasia. Tambah nikmat lagi jika wadernya fresh baru di jaring langsung dari sungai. 

Kuliner di Taman Bronjong berlokasi di Wanujoyo Kidul, Srimartani, Piyungan, Bantul ini benar-benar makanan sederhana yang nikmat. Kenapa sederhana? Karena kuliner satu ini hanya menyuguhkan nasi, wader ditepung yang masih kriuk-kriuk dengan rasa asin yang sedang, ditambah sambal bawang yang pedasnya doer, cocok bagi pecinta pedas. Menariknya makan di sini adalah, kita bisa petik sendiri dari taman Bronjong. Kebetulan ketika saya berkunjung, memang saat kemarau jadi tingkat kepedasan cabe memang lebih pedas. Jadi, cabe yang berbuah di musim kemarau memiliki tingkat pedas lebih dibandingkan cabe yang berbuah di musim penghujan. 

Foto : Irukawa Elisa

Cara menikmati sego wader khas taman bronjong ini memang lebih lezat menggunakan tangan. Minumnya pun kali ini saya memilih yang spesial dan tradisional. Saya memilih minuman kunir asem batok. Kenapa kunir asem batok? Mungkin kamu menganggap ini hal biasa. Ternyata, kunir asem yang disajikan dengan batok kelapa memiliki citarasa yang berbeda dibandingkan minuman yang lain. Begitupun dengan kopi yang disediakan di batok. Karena saya kebetulan tidak kuat kopi, maka kunir asem pun jadi. 


Minuman yang disajikan dibatok kelapa menurut sang Koki Taman Bronjong, Mahendra memang memiliki cita rasa lebih khas. Minuman yang disajikan dibatok kelapa akan mengeluarkan aroma khas batok sehingga lebih unik rasanya. Aroma itulah yang akan menimbulkan cita rasa yang berbeda. Terutama untuk minuman yang disajikan ketika panas, akan tercium harum santan. 

Terkait harga yang ditawarkan pun terbilang murah, untuk minuman kopi batok atau kunir asem hanya 4.000 saja, untuk kuliner sego terinya cukup dengan harga 10.000 seporsinya, sangat ramah kantong pelajar. Tentunya dijamin sehat, karena bahan didapatkan secara organik dan tentunya fresh. Model-model kuliner seperti ini biasannya paling disenangi bagi mereka yang sangat memperhatikan kesehatan. (Irukawa Elisa)

Dipublikasi Tabloid BIAS, Edisi 2, 2019


Tuesday, May 31, 2022

4 Kuliner Kekinian Di Jogja, Mana Favoritmu?

 Kota Jogja sebagai kota wisata memiliki berbagai macam destinasi yang bisa kita kunjungi. Tidak melulu soal tempat-tempat wisatanya saja, tapi kuliner Jogja juga patut kita coba. Di era digital seperti ini, semakin banyak inovasi kuliner yang marak diunggah di media sosial. Beberapa kuliner ini cukup banyak menarik perhatian warganet untuk mencobanya. Berikut ini kuliner Jogja zaman now yang bisa kita coba dan sesuai dengan kantong pelajar. 

1. Kue Balok 

Foto : Istimewa

Kue balok menjadi jajanan yang wajib kamu coba saat ke Jogja. Jajanan kekinian Jogja ini merupakan inovasi dari kue brownis isian cokelat lumer di dalamnya. Kue balok selayaknya cake brownis cokelat dengan tekstur lembut yang sangat menggoda lidah. Pembuatan kue balok menggunakan arang, jadi adonan kue yang sudah siap, dimasukan ke dalam cetakan yang sebelumnya sudah dioleskan mentega, setelah itu ditutup dengan alat yang berisi bara arang. 

Di Jogja sendiri sudah ada tiga toko yang membuka usaha kue ini. Variasi rasa yang disuguhkan juga bermacam-macam, mulai dari cokelat, green tea, dan vanilla.  Harga yang ditawarkan kue balok lumer pun cukup bervariasi mulai ukuran kecil antara Rp 2.000-Rp 3.000 hingga harga paket Rp 25.000. 

2. Salad Buah

Foto : Istimewa

Jajanan yang tak kalah hitz di Jogja kali ini yakni salad buah. Sejak tahun akhir tahun 2018, salad buah menjadi salah satu jajanan yang cukup diminati oleh warga Jogja. Semua kalangan sepertinya menyukai makanan ini. Dari namanya salad buah, tentu makanan ini terdiri dari aneka macam buah yang diberi saos mayones manis yang menggugah selera. 

Rasa susu dari keju dan mayones diimbangi dengan rasa asam dari buah-buahan di dalamnya namun tetap dominan dengan rasa manis susu. Citarasa manis dan asam buah-buahan dilengkapi dengan sensasi kenyal dari nata de coco dan potongan jelly dapat kamu nikmati di pagi, siang, maupun malam hari. Jika tertarik untuk menikmati salad buah, kamu cukup menyiapkan uang sebesar Rp 15.000 hingga Rp 30.000 tergantung dari ukuran salad yang dipilih.  Salad buah ini sudah banyak di jual di Jogja. Jika kamu berminat membelinya, kamu cukup cari tahu melalui google atau media social. Mereka biasanya juga menyediakan layanan antar makanan melalui ojek online. 

3. Pisang Nugget

Foto : Istimewa

Nah buat kamu yang lagi lapar saat mengerjakan tugas, saatnya ngemil dengan jajanan kekinian pisang nugget. Saking hitz nya kuliner ini, sudah banyak merek yang beredar dan berlomba-lomba menarik minat masyarakat melalui bentuk dan rasanya. Saking banyaknya, mungkin kamu bakal kebingungan mau coba yang mana.

Pada dasarnya pisang nugget merupakan pisang goreng yang tertutup dengan tepung krispi kemudian di siram dengan toping lumer maupun parut yang beraneka macam jenisnya, mulai dari rasa coklat, greentea, strawberry, dan masih banyak lainnya. Harga yang dipatok untuk kuliner ini pun bervariasi, mulai dari harga belasan ribu hingga dua puluh ribuan.  Untuk menemukan kuliner ini, kamu tidak perlu sulit-sulit. Ada banyak gerai yang sudah buka di Jogja. Kamu pun juga bisa pesan melalui layanan pesan antar dari ojek online. 

4. Thai Tea 

Foto : Istimewa

Saat pulang sekolah kemudian kamu merasa haus dan butuh asupan minuman manis, maka thai tea ini bisa menjadi pilihan kuliner yang kamu coba. Thai tea merupakan minuman teh dari Thailand yang diinovasi dengan berbagai macam rasa. Mulai dari yang klasik seperti Thai Tea, Thai Coffe Milo, Thai Green Tea, Thai Coffe sampai yang kekinian yaitu Taro, Choco Banana juga minuman menyegarkan lainnya. Kamu dapat menemukan Thai Tea diberbagai tempat, mau di outlet hingga kedai-kedai pinggir jalan. 

Jadi dari empat kuliner di atas, mana nih yang jadi favorit Sobat Bias? (Novia Intan)

Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 2, 2019


Tuesday, May 24, 2022

Sensasi Es Goreng Legend Jogja

 Es potong goreng merupakan salah satu kudapan yang tidak bisa ditolak oleh banyak orang karena selain menyegarkan, es potonggoreng juga memberi banyak manfaat bagi kesehatan asal tidak dikonsumsi secara berlebihan.Kalau lihat tampilan es potong goreng, pasti Anda inget zaman dulu. Es potong ini punya aneka rasa yang cukup bervariasi. Makin enak dicelup dengan saus cokelat. Pak Gatot(44)penjualespotonggoreng sudah berjualan selama 25 tahun, ia bercerita bahwa es buatannya terbuat dari bahan-bahan yang sehat dan cara pembuatan yang mudah.Semacam es potong yang dicelupkan dalam cairan coklat cair. Pak Gatot biasa berjualan di alun-alun kidul Jogja tetapi dia juga sering berjualan di Sekaten dan Sunday Morning UGM. 


Pada tahun 1981, Pak Gatot ini hanyalah seorang pedagang jajanan arum manis. Namun tak lama berjualan arum manis, ia memutuskan banting setir menjadi penjual es potong. Karena, berjualan arum manis tak bisa diinovasikan menjadi jajanan yang unik. 

Setelah sekian lama berjualan es potong Pak Gatot merasa ada yang kurang, makadari itu Pak Gatot mulai mencari inspirasi. Setelah melakukan 3 kali percobaan akhirnya Pak Gatot menemukan es potong ala cita rasa yang khas. 

“Saya sangat menikmati pekerjaan saya berjualan es goreng, selain karena dijamin halal saya juga dapat berinteraksi dengan orang-orang baru,” papar Pak Gatot. Dinamakan es goreng bukan berarti es tersebut digoreng di wajan dengan menggunakan minyak goreng. Tetapi potongan es yang dicelupkan di wajan yang berisikan cokelat panas, yang sudah disediakan kompor di bawah wajan tersebut, agar panasnya cokelat tetap bertahan.

“Rasa Es Potongnya enak, gurih santan dan manis coklat,” ujar Monica(20) salah satu pembeli es goreng Pak Gatot. Uniknya adalah cara Pak Gatot, penjual Es Goreng, dalam promosi jualannya. Pak Gatot memasang mic kecil dan speaker di gerobak esnya, lalu berbicara santai mengajak pengunjung untuk beli es goreng.

Dibandrol dengan harga yang ditawarkan Pak Gatot untuk sepotong es gorengnya adalah hanya dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 3.000 saja, jika membeli 2 es Rp 5.000. Pak Gatot sudah memiliki banyak pelanggan dan sudah cukup terkenal. Tak heran bila dagangan Pak Gatot selalu digemari para pembeli, karena selain harga yang murah rasa es goreng buatannya pun enak dan selalu menjaga cita rasa. (AURA, LINDA)

Dipublikasi Tabloid BIAS, Edisi 1, 2019

Tuesday, May 17, 2022

Education Center :Mini Zoo Jogja Exotarium Sleman

 Mini  Zoo Jogja Exotarium yang dikemas sebagai taman wisata edukasi diharapkan menjadi wahana pengetahuan tentang satwa. Diresmikan oleh anggota DPD RI dari Yogyakarta, GKR Hemas didampingi Bupati Sleman, Sri Purnomo, Wakil Bupati Sleman, Sri Muslidatun serta Direktur Mini Zoo Jogja Education Center, Drh Akbar Taruna, pada 23 Desember 2017.

Foto : Linda

Mini Zoo Education Center juga ditujukan untuk mengembangbiakan satwa, terutama satwa langka agar tidak punah. Sehingga anak cucu nantinya dapat menyaksikan satwa tersebut secara nyata di alam kehidupan, bukan hanya di buka gambar. Sedangkan Direktur Mini Zoo Jogja Exotarium Education Center, Drh Akbar Taruna menjelaskan destinasi wisata ini berdiri di area seluas 9 hektar. Sesuai dengan brand, Mini  Zoo Jogja Exotarium Education Center, selain dijadikan wahana wisata keluarga, disini bisa menjadi ajang pendidikan, terutama terkait dengan satwa.

Letaknya yang hanya 500 meter dari pusat kota Sleman, yakni tepatnya di Jl Magelang Km 8 Sendangadi Mlati, dengan tempat yang teduh dan tenang, Mini Zoo Jogja Exotarium Education Center menjadi pilihan tepat untuk berlibur bersama keluarga. Di sini anak-anak dapat bermain dengan aman sembari mengenal berbagai satwa” pungkas Drh. Akbar Taruna.

Visi JE adalah sebagai pusat perusahaan pariwisata terdepan di Indonesia berbasis Edukasi Satwa dan Alam yang mempertahankan kelestarian lingkungan, keramahan, dan kearifan lokal. Mempunyai 5 Misi yaitu Memberikan pembelajaran langsung dalam bentuk praktik di lapangan sebagai pengalaman berharga dalam kehidupan, Memberikan pengalaman perjalanan wisata yang unik dan berbeda dalam bentuk edukasi aneka satwa yang mengedepankan prinsip kasih sayang terhadap satwa, keamanan, dan pelayanan, Penyajian suasana wisata yang nyaman dan sejuk dengan menpertahankan kelestarian alam sekitar, Menjadi pusat kegiatan pendidikan dan training yang mengedepankan kualitas dan profesionalisme dalam pelayanan, dan Ikut serta terlibat membangun dan mengembangkan wisata yang berada di Wilayah Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta serta pemberdayaan masyarakat lokal.

Destinasi wisata Kebun Binatang Mini (Mini Zoo) Jogja Exotarium. Menempati area seluas kurang lebih 9 hektar, destinasi wisata keluarga ini menawarkan berbagai anjungan, wahana dan fasilitas pada pengunjungnya.

Mini  Zoo Jogja Exotarium, mulai di tata sejak  25 Oktober 2017, dan menempati di atas tanah Khas Desa  Sendangadi Mlati Sleman.  Lokasi destinasi berada di lembah  dan sebagian ereng-ereng  teras iring yang di belah sungai  Denggung  membelah sisi barat dan timur destinasi Jogja Exotarium. Kabupaten Sleman sejak hari Sabtu 23 Desember 2017 telah membuka destinasi baru di Areal Karang Geneng Sendangadi Sleman, kemudian keberadaannya dan di resmikan oleh Gusti Ranjeng Ratu Hemas (GKR) atau istri Gubernur DIY Sri Sutan HB X .

Drh. Akbar Taruna selaku Direktur Jogja Exotarium mengatakan bahwa Kebun binatang Mini tersebut sebagai destinasi education centre, akan dilengkapi  berbagai wahana permainan dan pendidikan untuk umum,  anak-anak dan pelajar, selain para pencinta hobi satwa.

"Salah satu keunggulan destinasi wisata kami adalah dimungkinkannya pengunjung berinteraksi langsung dengan aneka satwa. Misalnya pengunjung dapat berfoto dengan aneka reptil atau memberi makan kelinci dan kura-kura. Selain itu pengunjung, utamanya anak-anak, juga dapat memperoleh pengalaman baru, misalnya, membajak sawah, menanam padi, naik gerobak sapi, tangkap ikan, tangkap belut, tubing, renang, belajar berkuda, dan memanah," imbuhnya.

Jogja Exotarium hadir menjawab kebutuhan tujuan wisata keluarga, dengan menyajikan aneka ragam wahana yang dibutuhkan dan cocok untuk semua kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa yang menginginkan refreshing sekaligus melepas penat di akhir pekan. Menawarkan berbagai wahana, dan fasilitas yang menarik & berbagai bentuk pelayanan kepada para pengunjung.

Jam Operasional buka setiap hari pukul 08:00 - 17:00 WIB (Wahana Edukasi Satwa dan Perikanan). Harga tiket masuk pun terjangkau  untuk weekday Rp 10.000, weekend & libur nasional Rp 15.000, tiket berlaku untuk usia 3 (tiga) tahun keatas.

JE, terdapat wahana satwa yang sangat diminati sebagai bahan pengetahuan sehingga terdapat  :  edukasi satwa ada, reptil, hewan nocturnal (musang dan sugar glider), kelinci, berkuda, kambing etawa, burung, dan ikan. 

Adapun berbagai Edukasi yang ditawarkan yaitu Edukasi Peternakan : budidaya peternakan sapi dan kambing PE. Edukasi Perikanan yaitu Budidaya Ikan Produksi dan Budidaya Ikan Hias dan Maskot. Edukasi dan Budidaya Sayuran Organik, Embung Jogja Exotarium, Kolam Tangkap Ikan, Pemancingan Keluarga, Play ground anak, Bumi Perkemahan, dan Lembah Mundu Resto.

“Untuk menambah betahnya para wisatawan maka JE juga melengkapi dengan sarana outbond training, cafe dan resto.  Sementara bagi pecinta fotografer, Jogja Exotarium spot selfie  di alam terbuka, ataupun di spot-spot  lokasi buatan yang cukup eksotis  terbalut  gemercik air di pinggir sungai Denggung, wisatawan di berikan seluasnya untuk berselfie ,” ungkap Direktur Jogja Exotarium.

Wahana satwa dan pertanian ada di sisi barat Sungai Denggung, sementara play ground, bumi perkemahan, restoran dan kafe ada di sisi timurnya. Wahana pertanian berada di lahan teras iring pertama sisi barat Sungai Denggung. Berbagai sayuran organik dikembangkan di tempat ini seperti, tomat, bayam, terong, cabai, dan sawi. 

Wahana satwa ada di atas teras iring wahana pertanian. Ada juga satwa rusa, di sampingnya satwa kuda. Kemudian kelinci, nokturnal (musang, sugar glider), kura-kura, serta reptil (biawak, ular putih, piton). 

Anastasya Kesia salah satu pengunjung mengungkapkan bahwa ia merasa nyaman dan bangga dengan wisata Jogja Exotarium karena wisata JE adalah wisata yang juga berpusat pada edukasi, mempertahankan kelestarian lingkungan, mengembangbiakan satwa, terutama satwa langka agar tidak punah. (Linda)

Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 2, 2019

Saturday, May 14, 2022

Hari ini Sepi

 

Tak ada suaranya

Apalagi candanya

Kini yang ada hanya kekosongan

Berbalut keegoisan,

tak mau mengalah satu hal dan lainnya

 

Foto : Elisa


Apa kabar harimu hari ini?

Aku tak melihat senyummu

Apalagi matamu

 

Aku takut

Takut jika nanti akan ada yg tersakiti lagi

Tapi aku rindu, sangat rindu..

Hingga kerinduan yg memancar, membiaskan menjadi kebencian meskin hanya sesaat

Aku tau kita sedang berpikir dan merasa

Apakah ini bisa dilanjutkan atau tidak

Tak banyak pintaku

Apapun kehendak semesta, semoga kita bahagia. Itu saja. (Novia Intan)


Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 1, 2019

Kotak Kecil yang pintar

 

Telah tercipta satu karya

Tak pernah terbesit di zaman purba

Sebuah kotak kecil diagung-angungkan

kepintaran dan kecanggihan jadi andalannnya

Kini tak seorangpun bisa jauh darinya

 


Satu sentuhan yang diberikan

Luar angkasa bisa diintip

Semut bersembunyi dapat dicari

Angin berhembus sanggup dihitung

Dan bangun menjulang akan rata dengan tanah

Dalam waktu sekejap mata (Hanifa Noor, MAN 2 Yogyakarkta)


Dipublikasikan Tabloid BIAS, edisi 1, 2019

Tuesday, May 10, 2022

Desa Lanting Sebagai Markas Persembunyian Prajurit Siliwangi


 Yogyakarta selain sebagai kota pelajar, juga sebagai kota yang kental akan budaya. Sebagai kota Istimewa, Yogyakarta memiliki banyak sekali sejarah perjuagannya. Berbicara sejarah, pastinya selain Keraton Yogyakarta, sebagai pusat kerajaan, dulu juga memiliki tempat kerajaan besar pada masanya. Misal, kerajaan Mataram Islam, yang dipimpin oleh Panembahan Senopati, yang berlokasi di Kota Gede. Kemudian semasa kepemimpinan Sultan Agung, dibangunlah Kerajaan di Kerta, Pleret, Bantul. 

Sebagai kota kecil yang sarat akan budaya dan sejarah, ternyata tidak hanya tempat-tempat besar yang sudah banyak kita dengar di atas. Bahkan, ditempat dan daerah kota terpencil sekalipun juga tidak luput dari cerita sejarah yang perlu dicatat. Salah satunya di Lanting 1, Selopamioro, Imogiri, Bantul

Foto : Elisa

Mbah Marjono (78), salah satu warga Lanting menceritakan bahwa di sana dahulu, pada masa Kres II di tahun 1949 pemukiman warga Lanting  digunakan sebagai tempat persembunyian prajurit Siliwangi.  Setiap rumah warga, menurut penerangan mbah Marjono ada 4 sampai 5 prajurit Siliwangi. Sayangnya, persembunyian ini diketahui oleh pihak Belanda. Belanda berhasil mencium tempat persembunyian para prajurit Siliwangi, lewat warga pribumi yang menjadi mata-mata Belanda. 

Dengan sigap, pagi harinya tentara Belanda dari segala penjuru datang mengepung desa Lanting . Tidak tanggung-tanggung, desa tersebut dikepung oleh pesawat dan dihujani geranat, bom dan tembakan. Mbah Marjono pun masih terus menceritakan sambil sambil membuang asap rokoknya. 

“… Desa ini Alhamdulillah masih dilindungi Sri Sultan ke IX. Kalo tidak, desa ini sudah jadi abu karena bom,” tegasnya. Sebelum Belanda mengepung, Sri Sultan ke IX datang ke sini menggunakan kuda Sembrani. Kehadiran beliau adalah mengubah pandangan Belanda, jadi menyulap mata belanda, seolah-olah area perkampungan tampak sebagai tegal, sedangkan tegal tampak sebagai area perkampungan warga. Jadi, bom, granat dan tembakan semuanya jatuh di tegal, bukan di perkambungan. 

Tidak hanya cerita itu saja, mbah Marjono masih asyik menghisap rokoknya, dan melanjutkan bercerita. Siapa yang menyangka jika desa yang jauh dari hiruk pikuk kota pun juga memiliki cerita sejarah sendiri. Menurut cerita mbah Marjono, di dekat desa Lanting ada tempat yang dulu sering digunakan sebagai tempat persembunyiannya Soeharto, ketika masa Perang Gerilya. Karena Pak Harto waktu itu masih terancam, kemudian Pak Harto pun lari ke Keraton, meminta perlindungan kepada Sri Sultan ke-IX. Berawal dari situlah, saat pak Harto menjadi Presiden, Sri Sultan ke-IX diangkat menjadi wakil Presiden, meski hanya sebentar. 

Mengingat desa Lanting yang sarat sejarah, maka ketika ditanya sejarah nama Lanting  itu sendiri juga ada ceritanya. Dahulu, orang pertamakali yang tinggal di sini adalah sepasang suami istri. Mereka orang yang baik, selalu menolong warga. Karena lokasi Lanting  dekat dengan sungai Oyo, maka mereka pun selalu membantu warga me-lanting¬ warga yang ingin nyebrang sungai Oyo. Makannya, orang lebih akrab menyebut mereka dengan Kyai Lanting, yang kini juga jadi nama daerahnya. (Irukawa Elisa)

Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 2, 2019 


Saturday, May 7, 2022

Dunia

 

Bermimpi aku pada dunia

Akan tulisan ku yang akan terbang menjelajah dunia

Membawa ku pada keagungan dunia

Hingga semakin tau akan ciptaanNya yang bercampur tangan manusia

 


Benua Amerika yang menjadi papan tulis ku

Menjelajahi Eropa untuk menjadi ide ku

Ketika Afrika turut serta melukiskan isi hati

Hingga singgah di Asia untuk memamerkan karya ku

 

Berhentikah aku melukiskan dunia?

Tidak!

Tangan ku masih gatal ingin melukis

Kaki ku masih ingin berlari

Mata ku masih belum lelah mencari titik temu dunia

Aku berhenti

Ketika Sang Kuasa memaksa ku untuk berhenti (Mahyastuti Kusumawardhani : MA Muhammadiyah 4 Yogyakarta)


Dipublikasi Tabloid BIAS, Edisi 1, 2019