Monday, August 30, 2021

Minat Baca Rendah! Perpustakaan Pelita Ilmu Terus Kenalkan Literasi

 

Merujuk pada hasil penelitian PISA (Program for International Student Assessment) yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 menunjukan bahwa minat baca anak Indonesia masih rendah di lini literasi. Dari 72 negara yang menjadi responden penelitian PISA, Indonesia berada peringkat 62.

Kesadaran membaca ini sangat kita rasakan dalam kehidupan bermasyarakat. Coba perhatikan, barangkali di desa tempat kamu tinggal ada rumah baca atau perpustakaan desa, apakah perpustakaan tersebut ramai dikunjungi? Sebagian besar mungkin saja dijawab sedikit pengunjung. Hanya perpustakaan pusat kota yang lumayan ramai dikunjungi.

Kecilnya minat baca di perpustakaan desa ini juga dirasakan oleh Kepala Perpustakaan Perpustakaan Pelita Ilmu, Eri Sasongko Endratmo pun juga merasakannya. Saat ditemui usai acara bedah buku di kantor kecamatan Palbapang Bantul pada 15 September 2019, Eri sangat prihatin.

Memang benar bahwa minat baca di Bantul masih terbilang kurang. “Kesadaran membaca buku atau meluangkan ke perpus sangat rendah. Sekarang lebih banyak yang cenderung main ke HP sebagai alternatif hiburan. Kita pun sebenarnya juga kesulitan,” tegasnya.

“Oleh karena itu, Karangtaruna Palbapang Bantul di tahun 2011 berinisiatif untuk membuat perpustakaan desa. Dengan harapan, memberikan ruang, tempat dan memudahkan masyarakat yang ingin mengakses informasi lewat buku-buku yang ada. Maka, dibuatlah perpustakaan Iqro. Dulu langsung mendapatkan bantuan dari program BPAD DIY menerima 2 buah lemari yang berisi 1.000 buku, dan 500 judul. Seribu sayang, tetap sedikit warga yang masuk dan membaca-baca buku diperpustakaan.

Sampai tahun 2016 pemuda karangtaruna semangat kembali menghidupkan perpustakaan, dan tepat di tanggal 8 Mei 2018 kami launching kembali. Dulu perpustakaan Iqro’ berganti menjadi Perpustakaan Pelita Ilmu.

“Saya kira nama perpustakaan Iqro’ tidak mewadahi atau menampung seluruh warga. Warga yang nonmuslim jadi takut masuk ke perpustakaan. Padahal isi perpustakaan itu sendiri adalah buku bacaan umum, bukan seluruhnya buku agama. Maka, kita launching kembali dan dibuatlah perpustakaan ilmu,” ceritanya.

Eri menuturkan pula bahwa untuk menghadapi lesunya minat baca. Dirinya bersama teman-teman melakukan beberapa kegiatan. Salah satunya mengadakan beda buku self improvement, yang mendatangkan langsung dari penulisnya. Adapun program lain ke depannya, misalnya akan mengadakan nonton bareng dan masih banyak lainnya. Mengadakan lomba untuk anak-anak TK dan masih banyak program nantinya.

Setidaknya, dengan terobosan dan upaya positif ini diharapkan mampu menarik masyarakat dan anak sekolah.

“Mereka yang masih sekolah aja ke perpustakaan masih sulit. Kami akan buat inovasi agar menarik mereka ke perpustakaan. Misalnya jemput anak-anak sekolah bisa main ke perpustakaan nonton film dan kegiatan lain dari kami,” tukasnya.

Memang inilah tantangan meningkatkan kesadaran membaca dan dunia literasi. Membutuhkan kreativitas dan inovasi dalam mengabungkan selera anak muda jaman now. Nah, apakah kamu salah satu pelajar yang malas membaca? Atau kamu salah satu pelajar yang hobi membaca? Memang bermain HP itu hak setiap orang. Tetapi dengan membaca jauh lebih bermanfaat membukakan wawasan dan pembuka pintu gerbang dari segala ilmu, yang akan menentukan nasib dan masa depan. (Elisa)


Dipublikasikan di Tabloid BIAS Edisi 1 | 2019

Monday, August 23, 2021

IDCR Yogyakarta Satukan Warna Indonesia

 

Indonesia Color Run (IDCR) Yogyakarta kembali diadakan di Lapangan Monumen Pancasila Yonif 403 pada tanggal 22 September 2019. Acara ini dilangsungkan dalam rangkaian hari Sumpah Pemuda, sehingga event ini cocok untuk dijadikan momentum agar dapat meningkatkan jiwa nasionalisme yang mungkin sudah mulai berkurang di kalangan generasi muda. Puncak kegiatan Indonesia Color Run Yogyakarta adalah kegiatan memecahkan Rekor Muri yaitu “Pengucapan Sumpah Pemuda dengan Peserta Terbanyak” di TMII Jakarta pada tanggal 27 Oktober 2019.

foto : Linda

Color Run terdiri dari dua kata, yaitu “Color” yang berarti warna dan “Run” yang berarti lari. Indonesia Color Run Yogyakarta merupakan event tahunan PT Segara dan PT. Bank Mahasiswa yang terbuka untuk segala jenis usia. Kegiatan Indonesia Color Run mempunyai konsep menyatukan olahraga lari dengan lari sejauh ± 5 km. Indonesia Color Run Yogyakarta ini sudah dimulai sejak tahun 2018 dan juga diadakan di beberapa kota seperti Medan, Padang, Ambon, Lampung dan Pekanbaru.

Tahun ini Indonesia Color Run Yogyakarta menerapkan tema yaitu “Menyatukan Warna Indonesia”. Dalam kesempatan ini, IDCR Yogyakarta ingin memperjelas alasan pemilihan tema yakni dengan tujuan menyatukan masyarakat Indonesia tanpa memandang ras, suku, budaya serta isu-isu kurang sedap yang belum lama ini memecahbelah masyarakat Indonesia khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta.

Indonesia Color Run Yogyakarta diikuti oleh ribuan peserta dari semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orangtua. Adapun bazar makanan dan minuman oleh UMKM DIY. Dimeriahkan dengan penampilan Tari Tradisional, Penampilan Dance Cover, Penampilan RCT Family dan DJ Perform dari DJ Wyana dan DJ Chika Riska. Selain itu juga membagikan beberapa dooprize yang menarik.

Tahun ini Indonesia Color Run Yogyakarta menerapkan tema yaitu “Menyatukan Warna Indonesia”. Dalam kesempatan ini, IDCR Yogyakarta ingin memperjelas alasan pemilihan tema yakni dengan tujuan menyatukan masyarakat Indonesia tanpa memandang ras, suku, budaya serta isu-isu kurang sedap yang belum lama ini memecahbelah masyarakat Indonesia khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta.

Indonesia Color Run Yogyakarta diikuti oleh ribuan peserta dari semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orangtua. Adapun bazar makanan dan minuman oleh UMKM DIY. Dimeriahkan dengan penampilan Tari Tradisional, Penampilan Dance Cover, Penampilan RCT Family dan DJ Perform dari DJ Wyana dan DJ Chika Riska. Selain itu juga membagikan beberapa dooprize yang menarik.

Untuk bisa berpartisipasi dalam acara IDCR terdapat tiket masuk yang terdiri dari 3 kategori, yaitu kategori Silver (Rp 50.000), Gold (Rp 100.000) dan Platinum(Rp 150.000). Masing-masing tiket mempunyai benefit yang berbeda-beda yang akan didapatkan oleh para peserta. “Acara yang bersifat nasional ini diharapkan dapat menjadi ruang atau wadah yang mampu  membantu generasi muda untuk mencintai olahraga lari, sehingga acara lari nantinya dapat menjadi trend di kalangan generasi muda,” harap Acmad Zakaria selaku Koordinator IDCR Yogyakarta 2019.  (Linda)


Monday, August 16, 2021

FESTIVAL PELAJAR DIY 2019 : BERSAMA BERKOLABORASI DALAM KARYA

Kota Pelajar menjadi salah satu predikat yang telah lama tersemat pada Kota Yogyakarta. Tak heran, kota ini menjadi panutan dunia pendidikan baik akademis maupun non-akademis di Indonesia, sedikit aktivitas saja akan mendapat berbagai sorotan dari publik maupun media.


Mengusung semangat revitalisasi Kota Pelajar yang dibingkai dalam jargon “Bhinneka Mangun Karya”, panitia yang terdiri dari pelajar mengajak pelajar DIY melupakan segala bentuk perselisihan dan bersama-sama berkarya demi satu nama “Pelajar Jogja”. Forum Komunikasi Pengurus Osis (FKPO) DIY dibantu Dinas DIKPORA DIY untuk ketiga kali kembali menyelenggarakan Festival Pelajar DIY #3 2019 (FestPel), yang hadir menjadi salah satu kegiatan kesenian yang diinisiasi dan dilaksanakan oleh pelajar dan untuk pelajar di seluruh DIY.

Diselenggarakan pada tanggal 21 September, 2019 di Jogja Nasional Museum, FestPel diharapkan dapat menciptakan wadah untuk mempersatukan dan mengapresiasi pelajar-pelajar di Yogyakarta.  

Faeyza Danish Shagufta atau akrab disapa Danish (SMA N 1 Yogyakarta) selaku ketua 1 panitia menjelaskan bahwa FestPel berawal dari gagasan angkatan 2018 di tahun 2017, mereka setuju untuk bersama-sama mengadakan acara yang bisa dinikmati seluruh pelajar Yogyakarta. “Awalnya hanya pada lingkup Kota Jogja, namun pada tahun kedua FestPel memperluas jangakauan hingga ke tingkat provinsi. Jadi kami berharap agar seluruh pelajar kota dan kabupaten mampu memeriahkan acara ini bersama.”

Selain hiburan di panggung dan tersedia juga berbagai macam kegiatan yang diadakan untuk membangun semangat berkarya dan memberikan penghargaan kepada sesama pelajar seperti perlombaan jurnalistik, seni kriya, dan film pendek. Sedangkan untuk penganugrahan yang diberikan diantaranya berupa putra putri pelajar, putra putri olahraga, dan putra putri seni. Di luar itu disuguhkan stan-stan pameran sebagai tempat untuk para pelajar menunjukkan kreasi mereka. Sebelum acara puncak pun diadakan road show ke lima sekolah di DIY, SMK N 6 Yogyakarta, SMA 1 Jetis, SMA N 1 Gamping, SMA N 1 Bantul, SMA N 2 Wates yang telah dimulai sejak Agustus 2019.

Pensi Festival Pelajar 2019 turut dimeriahkan artis nasional seperti Rahmania Astrini, Om Wawes, dan Jemari Lembut. Acara ini total melibatkan 3000 pelajar sebagai panitia, volunteer, guest star, peserta lomba, dan hadirin mulai dari road show hingga hari H.

Meskipun kegiatan berjalan dengan lancar dan cukup sukses. Namun tak dipungkiri, Danis mengaku masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi. “Kami harus bisa lebih merangkul teman-teman di daerah yang berada jauh dari pusat kota, meskipun kami telah melakukan roadshow, namun kehadiran teman-teman di daerah masih belum maksimal. Kami harus memperbaiki itu,” tukasnya.

Danish berharap semoga banyak manfaat yang bisa didapat dari kegiatan ini, “Kami melihat secara pribadi nilai-nilai yang diperjuangkan dari festival pelajar ini. Tahun ini animonya sangat baik dan teman-teman begitu antusias menyambut Festpel. Kami harap selanjutnya semakin banyak peserta yang terlibat membuat semakin eratnya persatuan yang terjalin, terlebih antarpelajar di DIY.”  (Adhisti - Intan)


Dipublikasikan di Tabloid BIAS Edisi 1 | 2019

Monday, August 9, 2021

DOSEN UPN “VETERAN” YOGYAKARTA BANTU MENINGKATKAN PRODUKSI IKM DENGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

 

Tim Dosen UPN “Veteran” Yogyakarta memberikan bantuan Mesin Pemarut Kelapa dan Mesin Sablon Cup pada UKM “HANA SNACK” di Dusun Kawsen Srimartani, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk melaksanakan kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi bagi dosen yaitu selain harus mendidik, meneliti, juga mengabdi pada masyarakat.

Pengabdian bagi Masyarakat (PbM) bertujuan untuk mentransfer Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang di Perguruan Tinggi kepada masyarakat. Dengan program ini masyarakat diharapkan akan lebih berdaya dalam mengembangkan usahanya. Sasaran program PbM bagi IKM adalah untuk meningkatkan kemampuan produksi, pemasaran, dan manajemen usaha.

“HANA SNACK” merupakan salah satu bentuk usaha warga yang terdiri dari beberapa keluarga yang memproduksi berbagai macam makanan untuk keperluan hajatan dan lain sebagainya khususnya pembuatan makanan tradisional basah, jenang sumsum, jenang biji salak dan nogosari. Usaha ini telah memiliki langganan yang banyak, terbukti dari derasnya pesanan yang sering diterima dan telah menjangkau sampai luar daerah (provinsi) melalui pemesanan online. Seiring dengan perkembangan pesanan yang semakin besar maka permasalahan muncul dengan keterbatasan kemampuan produksi. Maka, dibutuhkan sarana pembantu berupa Teknolgi Tepat Guna (TTG) untuk memenuhi permintaan konsumen dan menjaga kualitas produk.

Yogyakarta merupakan kota Pendidikan dan Budaya. Gubernur DIY telah menyampaikan bahwa DIY memiliki kearifan lokal. Sejalan dengan itu, maka potensi daerah yang menjadi ciri khas wilayah terus didukung perkembangannya.

Masyarakat mayoritas bermata pencaharian sebagai petani merupakan aset yang menguntungkan, sebab sangat mendukung dalam ketersediaan baban baku produksi kelompok usaha masyarakat yang sebagian besar adalah hasil bumi. Curah hujan yang setiap tahun rutin turun ditambah aliran air sungai maupun parit yang lancar mendukung perputaran pertanian dan pertumbuhan tanaman di sana.

Wilayah Srimartani terletak di lokasi yang sangat strategis karena memiliki pasar tradisional “Pasar Kembangsari” yang merupakan sentral jual beli warga di wilayah Srimartani dan sekitarnya. Setiap hari, pasar ini beroperasi dengan omzet yang besar dan perputaran ekonomi yang tinggi. Letaknya juga di jalur strategis menuju kawasan wisata Gunung Api Purba ‘Nglanggeran” yang sedang berkembang dan banyak dikunjungi wisatawan. Bahkan objek wisata “Embung Nglanggeran” dengan pemandangan danau di atas bukit kini sedang naik daun dan menarik banyak wisatawan.

Disamping memberikan bantuan teknologi, pengabdian masyarakat juga dilakukan dalam bentuk pendampingan usaha dan pelatihan. Terjadi hubungan yang harmonis antara pelaku usaha dan akademisi dimana pelaku usaha memperoleh pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan usahanya sedangkan akademisi bisa melaksanakan kewajiban menyalurkan ilmu dan teknologi di Perguruan Tinggi disamping publikasi sebagai syarat dalam kenaikan jabatan maupun pangkat/golongan. (Irukawa Elisa)