Monday, September 28, 2020

Ayu Fadjri Agustiani : Ingin Kuliah Di Fashion Paris Lewat Jalur Prestasi

Siapa sih yang tidak ingin menjadi orang sukses? Semua orang pasti ingin sukses. Berbicara tentang sukses, tidak hanya diperuntukan untuk mereka yang berkarir saja. Tetapi juga bisa sukses sejak dini, sejak masih dibangku SMA. Salah satunya pelajar dari SMA 2 Yogyakarta, Ayu Fadjri Agustiani.

Ayu Fadjri Agustiani

Beberapa penghargaan Ayfa dapatkan, baik tingkat Provinsi hingga tingkat Nasional. Adapun beberapa prestasi yang pernah disabetnya, missal Juara 3 Lomba debat ketua osis/MPK tingkat Nasional, Juara 2 English Debat Tingkat Provinsi, menjadi juara 1 putri muslimah provinsi di Kalimantan barat dan di tahun 2019 di delegasikan Indonesia dalam konferensi pemuda Asia BIYSC.

Semua prestasi dan penghargaan tersebut ternyata tidaklah mudah diperoleh. Butuh kerja keras dan perjuangan. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh siswi yang sekarang duduk dibangku XII MIPA 3 ini. Ayfa menceritakan proses membangun karirnya sebenarnya diawali sejak dirinya masih MTs.

“Sebenarnya sejak SD tidak suka bahasa Inggris karena nilainya jelek, ketika masuk MTs orangtua mengertak dan disitulah mulai belajar bahasa Inggris lebih dalam,” ceritanya.

Kunci kesuksesan gadis yang hobi desain baju ini sebenarnya hanya mengikuti passion. Ia sangat menikmati dan menelateni passion yang dimiliki, sampai tidak terasa mengantarkan Fajri memperoleh banyak penghargaan.

Masih ada rahasia kesuksesan lain, dirinya tidak pernah melewatkan kesempatan yang datang. Prinsipnya adalah, jika ada kesempatan, telateni dan difokuskan. Sekalipun banyak ada tugas sekolah. Jika ada kesempatan yang sesuai dengan Passion, tetap ambil dan mencoba.

“Jangan sampai kehilangan kesempatan dan jangan ngilangi kesempatan, karena kesempatan itu tidak datang dua kali,” tegasnya.

Memang risikonya akan super padat karena harus membagi waktu antara sekolah dan fokus ke passion. Maka, Ayfa pun sudah memperhitungkan segalanya. Karena dia tipe pelajar yang mementingkan pendidikan dan passion, maka Ia pun rajin belajar. Ia sangat menghindari system belajar system kejar semalam. Sehingga, ketika ulangan, ia tinggal mengulang sedikit-sedikit, dan tentunya beban belajarnya tidak terlalu berat.

Di luar mengikuti lomba dan sekolah, ternyata dia salah satu pelajar yang juga produktif sekaligus pelajar yang eksploratif. Hal ini terlihat bahwa tidak hanya fokus belajar dan mengikuti ajang perlombaan saja. Tetapi juga memiliki segudang aktivitas, ketika ada waktu luang. Misal, ketika luang, diisi dengan mendesain baju. Ia pun juga memiliki hobi menari dan kesemuanya dipelajari secara otodidak.

“Oh, kalo untuk desain baju ya? Baju yang saya gunakan dalam acara puncak duta Remaja Genre 2019 saya yang mendesain baju saya sendiri,” pungkasnya. Ia pun juga mengawalinya dari iseng dan coba-coba mengambar, dan ternyata banyak teman-teman yang suka dan ada yang pesan.

Ketika ditanya harapan ke depan, Ayfa sangat ingin sekali mendapatkan beasiswa di Paris, di jurusan fashion. Tentunya kemampuan bahasa Inggris yang dimilikinya, banyak membantu ketika kuliah di luar negeri. (Elisa)


Dipubulikasi Di Tabloid BIAS | Edisi 1 | 2019

Monday, September 7, 2020

Membangun Kolaborasi Entrepreneur Muda

Proporsi jumlah pemuda Indonesia sedang berada pada titik tertinggi dalam sejarah Negara ini, menjadikan generasi muda modal kuat bagi Indonesia untuk menghadapi tantangan dunia 4.0.Sebesar 26% jumlah penduduk Indonesia masuk dalam kategori pemuda, angka ini setara dengan lebih dari 60 juta jiwa yang akan menjadi pemimpin di masa depan dan bidang kewirausahaan menjadi salah satu aspek  yang sangat berpotensi membawa perubahan.

Foto: Dok. BIAS

Sebagai bentuk partsipasi dalam pengembangan kapasitas pemuda Indonesia, United in Diversity Foundation (UID) bekerjasama dengan DANA Indonesia,  English Café dan Muni School dalam penyelenggaraan “Youth Dialog Studio Yogyakarta : Membangun Kewirausahaan Pemuda” untuk mengangkat aspirasi generasi muda dalam bidang wirausaha.

Pak Putu Putrayasa, owner Bernas.id menjadi pembicara pertama dalam dialog ini. Beliau memberikan sesiing spirasi kepada generasi muda  yang sedang memula inisiatif bisnis etc.

Garnadipa Gilang, Program Coordinator UN SDSN mengangkat topik “Entrepreneur Muda untuk Pembangunan Berkelanjutan” menyatakan bahwa entrepreneurship memiliki potensi tak terbatas untuk membuat dampak positif bagi masyarakat.

“Generasi millennial  memiliki kepedulian social dan lingkungan; ini menjadi dasar niatan kuat untuk dapat  menerapkan business  model  yang tidak hanya menghasilkan keuntungan tetapi jugai nklusi f dan berkelanjutan”, ungkapnya. Gilang juga menambahkan bahwa kegiatan dialog seperti ini menjadi kesempatan bagi entrepreneur muda untuk saling berkolaborasi dengan dasar kepedulian yang sama.

Mohammad Zainollah, CEO English Café Yogyakarta, memaparkan bahwa untuk memulai usaha itu sebetulnya tidak sesulit  yang  biasa dibayangkan.

“English Café dirintis tanpa modal, dan sekarang sudah berjalan di 120 cabang di 50 kota”,paparnya. “Selama kita dapat berfikir dengan kreatif,  pasti akan ada cara untuk meminimalisir  modal yang perlu kita keluarkan” sambung Zen.

Sesi ketiga diisi oleh Alya Mirza, founder PengenLiburan.com, yang berbagi strateg imarkting melalui website. Alya menyebutkan bahwa kunci dari ini adalah kejeliian dalam menentukan nama bisnis dan memanfaatkan  search engine google untuk menggaet konsumen.

“Strategi  yang saya terapkan cukup sederhana; saya menggunakan kata-kata kunci sebagai judul website sehingga ketika orang-orang  melakukan pencarian melalui search engine, website saya akan muncul di halaman pertama.  Jadiya orang-orang akan langsung menemukan  website saya.” Ungkap Alya.

Widyasari Listyowulan, Regional Program Head Innovation DANA menjadi pembicara terakhir dan mengangkat potensi penggunaan pembayaran cashless sebagai metode pembayaran masa depan.

“Sekarang ini semua bias dilakukan dengan menggunakan handphone, termasuk dengan pembayaran dan transaksi lainnya; ini bias mempercepat  proses  transaksi pembelian karena orang-orang  tidak perlu lagi pergi ke bank atau mencari  ATM untuk melakukan pembayaran semua ada di [handphone],” papar Widyasari.

Para  peserta  yang sebagian besar telah memulai usaha kemudian diajak untuk saling berdiskusi dalam sesi “Café Dialog” untuk saling berbagi inspirasi  yang mereka dapat kan dari kelima pembicara.  Harapannya dalam sesi ini pula dapat muncul ide dan inovasi baru dan membuka peluang  bagi kolaborasi antar pengusaha muda  Yogyakarta.

Youth Di alog Studio Yogyakarta merupakan satu dari empat kegiatan serupa, yang juga dilaksanakan di Makassar, Bandar Lampung dan Kota Kupang. (AURA, LINDA)