![]() |
bullying (@dokpri) |
Sebuah blog yang menyampaikan informasi, pariwisata, kesehatan news, travelling, psikologi, cultural, profil, fotografi, fiksi, motivasi
Monday, December 31, 2018
Teror Bullying di Sekolah
Sunday, December 30, 2018
Tradisi Bancaan : Menjaga Tradisi Budaya tanpa Mengesampingkan NKRI
![]() |
Foto : Elisa |
Saturday, December 29, 2018
AKSIOMA 2017 : Semarak Pesta Pelajar Menyambut AKLE
![]() |
Foto: Hanifa Noor |
![]() |
Foto: Hanifa Noor |
Friday, December 28, 2018
Berani Itu Pilihan
We Versus The World
Dipublikasi Tabloid BIAS, Edisi 2, 2017
Thursday, December 27, 2018
Ratoh Jaroe Yang Seirama
Wednesday, December 26, 2018
Art Jog : Bercermin, Luruskan Kesalahan Logika
![]() |
floating eyes yang
diletakan di atas kolam (Foto: Elisa)
|
![]() |
Salah satu karya seni dari para seniman (Foto: Elisa)
|
Tuesday, December 25, 2018
Manusia-manusia Sok Tahu
![]() |
Dokpri |
Monday, December 24, 2018
Krisis Jati Diri Anak Bangsa
@Dokpri |
Friday, October 12, 2018
Aku Goblok! Bagaimana Masa Depanku?
Kembali mengingat masa kecilku, sekitar 25 tahun yang lalu. Aku hanya seorang anak kampung yang berpakaian lusuh. Meskipun pamaianku lusuh, kehidupanku dan kenangan ku tidak lusuh. Masa kecilku penuh dengan pelangi yang muncul usai langit gelap, petir menyambar dan akhirnya awan memuntahkan tangis sejadi-jadinya. Setelah itu, matahari kembali menghangatkan tanah yang baru saja terkena basah. Kemudian rintik menjelma menjadi bianglala.
Sejak kecil, hidup dalam kesulitan. Bukan berarti hidupku sulit selamanya. Nyatanya sampai saat ini banyak kenangan dan pelajaran yang membahagiakan saat kembali ke belakang. Mulai dari kecil sampai menginjak bangku SMP, aku hanyalah pengembira di sekolah. Sekolah itu hanya sebuah kewajiban, setelah kewajiban selesai pulang. Konon sekolah itu memandaikan, tapi aku sepertibya sama saja. Sampai nalarku diberi hidayah ke jalan yang lurus.
Sejak kecil, aku bukanlah orang yang pandai. Sejak kecil, dilabeli sebagai anak yang goblok, dan anak pemalasan. Tapi, jika dipikir sekarang ini, jadi orang goblok itu justru asyik. Asyik bisa melakukan apapun yang kita sukai dan tidak berpacu pada aturan formal yang hasilnya melahirkan orang-orang yang sok pinter. menjadi orang goblok itu sudah pasti akan terintimidasi oleh aturan dan perlakuan masyarakat yang mudah terborgol dengan stigma. Mereka bangga dengan stigma dan menjadi bagian stigma yang mudah menertawakan orang lain.
Orang-orang goblok seperti aku banyak. Sebagian mereka yang menyadari kegoblokannya akan belajar dari sangsi sosial yang pernah ditujukan, akibat dari tudingan mereka-mereka yang merasa benar dengan stigma mereka. Belajar dan terus belajar, karena menyadari keblokannya. Sebagian lagi, orang goblok ada yang seperti aku, memanfaatkan waktu sebaik mungkin, mengerjakan yangku anggap positif, meminimalisir nge-gang dan mendengarkan kata orang-orang besar.
Cara begitu saja masih dianggap aneh. Begitu juga akan muncul penilaian baru. Terus begitu, akan selalu ada stigma dan judge yang tidak habis. Endingnya, aku maklumi, karena bentuk dari keragaman karakter. Sebutan-sebutan dan masalah akan terus bergulir sampai akhir. Sama halnya dengan caraku hidup yang terkesan mengasingkan diri dan tidak pernah berbaur.
Sebagai orang yang mendapat label goblok sejak SD, akupun saat kecil juga menanyakan pada diriku sendiri. Bertanya dengan penuh kekhawatiran dan kehilangan kepercayaan diri, "Aku goblok, lantas aku besok akan jadi apa? apakah aku akan terus hidup miskin?". sebuah pertanyaan yang sangat aku ingat, saat itu aku kelas tiga, saat semua teman2 menertawaiku & menghina.
Waktu terus berjalan. Tidak ada perubahan yang signifikan dari diriku. Secara akademik, aku tertinggal jauh dan aku menyadari itu. Aku berlari dan mencoba mengejar ketertinggalan, tetap tertinggal jauh. Lantas akupun menenangkan diri, goblok itu tidak apa-apa.
Berawal dan tempaan itulah, perlahan aku percaya diri. Goblok dan lemot aku tetap tegakkan kepala, karena aku sudah berjuang mati-matian menjadi pintar. upaya terus mencoba belajar inilah yang secara tidak langsung membentuk memiliki motivasi berprestasi, yah sadar meski tidak juga berprestasi.
Karena goblok itu pula, setiap orang lain ngrumpi, aku mencoba berfikir sesuatu yang bisa aku lakukan. Saat mereka jalan-jalan, aku mencoba mencari pekerjaan meski waktu itu masih di bangku sekolah. Saat mereka menonton TV berjam-jam, aku berfikir dan ingin menjadi scriptwriter pembuat film, dan akhirnya terwujud bisa mmbuat scriptwriter.
Sejak 25 lalu aku tidak memiliki masa depan karena kuatnya "stigma" itu, dan akhirnya aku memutuskan melakukan yang baik-baik, satu persatu jalan terbuka. Kakiku mulai melangkah demi langkah dengan mudah. Setiap pintu yang aku langkahi tidak pernah melihat kegoblokanku. Semua berjalan dan mengalir begitu saja, karena Tuhan akan berikan rejeki yang baik jika cara, niat dan pikiran kita baik.
Tuhan memang menxiptakan orang goblok dan orang pinter. Dan Tuhan tidak pernah menjanjikan dan menjamin kepintaran sebagai penjamin mudahnya rejeki. Sebaliknya, orang goblok tidak selalu goblok dan tidak berejeki baik. Tuhan hanya menciptakan orang goblok dan pintar itu seperti psidol berwarna-warni. Keberagaman warna inilah yang akan memberikan pesan. sedangkan penangkapan pesan tergantung kejernihan hati & pikirannya.
Goblok dan pintar itu hanya label manusia. Tuhan,Sang Dzat sempurna tidak pernah menuliskan label untuk menyakiti dan menjatuhkan seseorang.
Catatan: Elisa, 12 Oktober 2018
Saturday, September 15, 2018
Membangun Kesuksesan Dengan Kemandirian
Foto: Ariq R. |