Friday, December 30, 2016

Romana Adika Emmanuela : Tekun Latihan, Pulang Bawa Penghargaan

Romana Adika Emmanuela konsisten tekuni Anggar. Siswa yang duduk di bangku XII IPA 3 ini akrab di sapa Romana. Kecintaannya terhadap olahraga, terutama Anggar mengantarkannya meraih beberapa kejuaraan. Terlihat beberapa tahun yang lalu, di tahun 2013 mendapatkan juara Anggar dalam acara Kejuaraan Nasional (Kejurnas). Tahun 2014, ia kembali meraih medali dalam ajang Kejuaraan Daerah (Kejurda).
Meskipun sebagian besar prestasi yang diporelahnya bidang olahraga, siswa kelahiran Kulonprogo, 08 April 1998 ini juga aktif mengikuti organisasi sekolah. mulai dari OSIS, Ekstrakulikuler dan PPKKP. Ia termasuk siswa yang aktif, meski semenjak kelas XII Ia mulai fokus persiapan untuk ujian nasional dan latihan olahraga saja.
Selain hobi olahraga, siswa dari SMAN 1 Pengasih, Kulonprogo ternyata hobi mendengarkan musik. Kembali berbicara perihal prestasi di Olahraga Anggar, ditahun yang sama 2014, Ia kembali meraih kejuaraan PORKAB dan Kejurnas yang kedua kalinya. Serentetan tahun ke tahun ia terus mendapatkan prestasi. Puncaknya tahun 2015 ia kembali menjuarai PORDA.
Bagi Romana meraih prestasi tersebut tidaklah mudah. Butuh perjuangan, latihan secara berkala dan rutin adalah kunci terbesar lelaki bertubuh kecil ini. Romana juga merasakan sulitnya membagi waktu antara latihan mempersiapkan kejuaraan dan sibuknya belajar. Romana memiliki tips membagi waktu, yaitu disiplin, konsisten, latihan secara cukup, berdoa, “Prinsipnya sedikit-sedikit asal konsisten dan cukup. Kerjakan yang disanggupi terlebih dahulu,” tegasnya.
Hal yang paling membuat merasa menyesal selama tahun 2015 perihal ajang kejuaraan yang diikutinya adalah, gagal tidak masuk Kejurnas. Ia pun mengakui kegagalan tahun lalu disebabkan kurang maksimal ketika latihan. Kegagalan siswa yang memiliki motto selalu berbuat baik sepenuh seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia ini tidak menyerah begitu saja. Ia masih bersemangat agar kesempatan yang akan datang mendapatkan hasil yang memuaskan. (Elisa & Intan)

Dimuat di Tabloid BIAS | 03|2016

Thursday, December 29, 2016

Mengikuti Ekskul Daijobu Menambah Wawasan & Ketrampilan

Siswa SMAN 2 Wonosari membuat ekskul Daijobu. Ekskul jejepangan yang mengupas habis berbau dengan Jepang.Mulai dari Kosplai, Bagaimana belajar hand made ala Jepang, mengenal kebudayaan Jepang, Ketrampilan membuat Manga, sampai mengenal makanan khas Jepang, dan anggota bisa belajar membuat makanan tersebut. Mengikuti ekskul Jejepangan ini memberikan ketrampilan bagi mereka.
Tepat setahun ekskul ini berdiri, anggota Daijobu berinisiatif mengadakan ivent dengan tema “Hi Japan”. Diselenggarakan pada 17 April 2016 berjalan sangat meriah. Briliana Wijaya, sebagai salah satu panitia tidak pernah menyangka bahwa kegiatan yang diadakan mendapatkan reaksi yang luar biasa. Mulai dari tempat pameran makanan sampai serentetan kegiatan yang diadakan sambutannya diluar ekspektasi. Bahkan, parkir pun disulap menjadi tempat pameran, dipenuhi oleh siswa SMA N 2 Wonosari dan semua guru maupun karyawan.
Makanan yang dipamerkan ludes dalam sekejap. Sampai-sampai harus membuat makanan di tempat pameran akibat kekurangna stok dan banyak peminatnya. Lian, yang masih kelas XI jurusan Bahasa bahagia mendapat sambutan. Bahwa kerja kera, membuat makanan hingga dini hari di sekolah tidak sia-sia. Resep makanan khas Jepang seperti Dorayaki, Takoyaki dan Susi sengaja mereka buat disesuaikan dengan lidah lokal. Misalnya, makanan Dorayaki isinya di ganti dengan ketan. Susi diganti dengan abon.
Dalam acara tersebut dibagi menjadi dua acara, formal dan non formal. Kegiatan formal dibentuk dengan seminar, talk show dan sering bersama. Sedangkan untuk acara non formal terdapat tutorial make up, tutorial membuat mangga dan kospley. “Sebenarnya kegiatan ini kita adakan karena ingin memberikan wadah bagi teman-teman yang memang suka dengan jejepangan. Bagi yang pintar menggambar, kita juga sediakan wadah buat mereka,” tegas Lian.
Adapun manfaat yang diperoleh Lian dan teman-teman. Selain mendapatkan pengalaman dan belajar berorganisasi, manfaat lain mengikuti Daijobu juga menambah ketrampilan dalam banyak hal. Mulai dari ketrampilan memasak, membuat handmade, dan belajar ketrampilan mengambar manga.

Ketika disinggung perihal alasan kenapa seolah membanggakan negara Jepang. Dan kenapa tidak membuat ekskul yang erat dengan kultur jawa Lian pun menjelaskan mengungkapkan alasannya. “Karena di sekolah sudah ada sendiri. misalnya setiap kali peringatan Kartini, dan kegiatan sekolah juga sering mengadakan ivent yang mengangkap kearifan lokal. Jadi, kita hanya ingin menciptakan keberagaman saja,” jelas Lian yang juga sebagai anggota Daijobu. (Elisa & Intan)

Dipublikasikan Tabloid BIAS edisi 3||2016

Friday, December 2, 2016

Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional

Tanah air Indonesia, terkenal di mata dunia dengan kekayaan sumber daya alamnya. Kekayaan alam yang melimpah dan paling beraneka ragam. Sayangnya, dibalik predikat yang membanggakan itu, kita sekaligus juga dikenal sebagai Negara yang paling merusak lingkungan. Hal itu dikarenakan dari tahun ke tahun kuantitas sumber daya alamd I Indonesia akan teruse merosot akibat banyaknya penyimpangan yang terjadi, dan diperkirakan sekitar 10 tahun lagi, akan musnah jika kita tidak melakukan perubahan.
Nasib belalang sebawa satwa incaran (Foto : Elisa)
Salah satu upaya pemerintah untuk mengantisipasi terjadinya pemusnahan sumber daya alam di Indonesia, yang dikenal sebagai zamrud khatulistiwa ini adalah, mencanangkan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN).
Hari CInta Puspa dan Satwa nasional sudah ada sejak tanggal 5 November 1995. Hari peringatan ini diresmikan dengan Surat Keputusan Presiden no 4 tahun 1993. Di tahun yang sama, ditetapkan berbagai Puspa dan Satwa yang menjadi cirri khas bangsa Indonesia. Puspa dan Satwa yang menjadi cirri khas Indonesia adalah Puspa Nasional yang meliputi, Puspa Nasional, Puspa Pesona, Puspa Langka. Pada puspa bangsa ditempati oleh bunga melati. Puspa pesona, ditempati bunga angers. Sedangkan puspa langka ditempati bunga Padma Raksasa. Sedangkan untuk Satwa Nasional ditempati oleh Komodo. Ikan siluk merah masuk ke kategori Satwa Pesona, dan Satwa Langka ada burun Elang.
Ada berbagai macam agenda yang diadakan disetiap daerah untuk memperingati HCPSN. Di Jakarta, tahun 2006 diadakan pecan Keluarga Cinta LIngkungan 3. Dalam acara itu dimeriahkan oleh AB Three dan kelompok music balada Wanadiri dari Bandung, Dik Doank bersama anak asuhannya dari Kandang Jurang Doank. Di Surabaya, HCPSN berlangsung di Kebun Binatang Surabaya. Acara ini dihadiri oleh 250 pelajar SD dan SMP. Acara diadawali dengan pendampilan ludruk yang nafaskan lingkungan dari YEP IV Klub Tunas HIjau. HCPSN, di Jogja, di tahun 2015 bertempat di dusun Sambi, di Pakembinangun, Pakem, Sleman.  Tradisi berjalan kaki menyusuri jalan-jalan di sekitar daerah yang masih asri.
Hal-hal yang bisa kita lakukan dalam HCPSN adalah melakukan penanaman pohon kembali, menghemat penggunaan BBM dan sumber energy lainya, tidak mencoret-coret dan merusak kawasan hutan serta tidak membuang sampah sembarangan. Yang penting,menanam rasa peduli dan kasih saying terhadap lingkungan hidup.
Banyak diantara kita yang mempunyai kegemaran seperti hiking, mount climbing, horse riding, bersepeda, berkebun dan bercocok tanam, juga sedikit banyak telah berpran dalam upaya pelestarian lingkungan. Termasuk hobi kita merawat binatang. Seperti yang dilakukan oleh Raisa Aurora, Siswi dari SMA Negeri di Bogor. Ia memelihara ke-15 keucing yang diperoleh dari nemu kucing yang tidak terawat. Ia, pernah mendapatkan penghargaan dari UNESCO untuk tulisannya, karena Ia ternyata juga suka menulis. Dia juga memiliki banyak hobi, seperti berkebun, menyulam sampai memasak.
“Semua itu berjalan dengan sendirinya tanpa harus memakai jadwal. Yang penting jangan suka menunda pekerjaan.” Jawab Rara.
Suatu hari nanti, gadis yang juga pandai bermain gitar ini ingin memiliki halaman rumah yang luas dan besar, agar bisa memelihara lebih banyak binatang dan member mereka tempat. Sebelum berpisah, Jawara Lifebuoy 2006 ini menyampaikan pesan untuk semua pembaca BIAS, “Teruskan rasa cinta kalian terhadap hewan. Hewan adalah mahluk TUhan dan Ia ciptakan ke bumi ini untuk kita rawat. Kalau kit amencintai mereka, maka merka akan mencintai kita kembali. Mereka juga seperti kita, selayaknya manusia yang memiliki perasaan.”
Semoga wawancara signkat BIAS dengan RAra ini dapat menjadi wacana atau bahkan menginspirasi sobat-sobat BIAS untuk menjadi Rara berikutnya. Masih ada berbagai jenis hewan yang dapat kita rawat dan sayangi. Tentunya program pelestarian lingkungan hidup ini tak akan pernah membuakan sukses tanpa peran serta masyarakat luas dengan pemerintah untuk menjaga ‘titipan tuhan’. Tidak aka nada artinya jika kit ahanya giat pada setiap peringatan HCPSSN saja, tapi di kehidupan sehari-hari tidak pernah. Justru seharusnya menjadikan peringatan HCPSN ini sebagai tongga perjuangan kita bersama dalam pelestarian lingkungan yang kemudian kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, marilah kita membuat bumi, terutama tanah air kita tercinta, menjadi tampat yang lebih nayaman untuk ditinggali. (Adya Satya Puspita)


Dimuat di, Tabloid BIAS | Edisi 8 | 2008

Thursday, December 1, 2016

Krisis Global, Saatnya Berbagi Kepedulian

Ingat krisis ekonomi 1998 yang menhancurkan perekonomian Indonesia? Bayang-bayang keterpurukan kondisi finansial benar-benar menghantui. Hingga tak ada hal lain yang menjadi mimpi terburu para pekerja, selain Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Krisis ekonomi yang menyebabkan daya beli konsumen berkurang serta penurunan jumlah produksi merupakan pemicu timbulnya fenomena PHK. Tak ayal, kebijakan terakhir yang banyak di tempuh oleh perusahaan adalah rasionalisasi jumlah pekerja.
Foto : http://bit.ly/2g6CGgI
Ketika ketidakstabilan perekonomian yang akibat krisis global memuncak, para pengusaha dirundung sebuah dilemma. Pertimbangan efisiensi modal menempatkan mereka dalam kebimbangan antara rasionalisasi jumlah pekerja dan penyesuaian jumlah produksi. Harapan akan kembalinya modal dari produk (barang atau jasa) yang dihasilkan membuat pengusaha lebih berpikir untuk memilih PHK sebagai langkah utama. Terutama dalam sector UMKM karena pada umumnya dalam sector ini, pengusaha tidak mempunyai dana cadangan seperti yang dimiliki oleh usaha-usaha besar. Dimana mereka mampunyai banyak divisi usaha sehingga bisa mengalihkan dana mereka dengan cepat pada bidang usaha yang paling membutuhkan kucuran modal.
Rasionalisasi pekerja memang erat kaitannya dengan krisis global. Namun, sebenarnya hal ini bisa diminimalisasi dengan adannya perbaikan sistem administrasi. Logikanya, jika manajemen suatu perusahaan bisa ditata dengan baik, mestinya ia bisa tetap tegak berdiri, walaupun dibayang-bayangi ancaman inflasi yang mendatang. Perencanaan kuangan, biaya profuksi, serta pengaturan-pengaturan lain harus mempertimbangkan tingkat inflasi dengan berbagai kemungkinannya.
Inflasi takkan bisa dicegah setiap tahunnya, dan krisis ekonomi global hanyalah satu cara “mempercepat” proses tersebut. maka, alternatif-alternatif uasaha pencegahan harus selalu disiapkan suatu perusahaan agar siap menghadapi setiap guncangan ekonomi.
Dalam kasus lain, kini sudah semakin banyak perusahaan yang memberlakukan sistem outsourcing. Sistem kontrak ini adalah pihak yang sangat sensitive terhadap perkembangan inflasi. Kebijakan outsourcing dapat membantu sebuah institusi mendapatkan karyawan dengan kualifikasi yang dibutuhkan secara instan, disamping tanggung jawab perusahaan atas pengawai tersebut tidak akan terlalu berat. Tetapi, bagi para pekerja kontrak, sistem ini beresiko karena tidak ada kepastian masa kerja dan jaminan nasib pasca bekerja. Tak jarang para pekerja outsourcing menjadi pilihan utama para pengusaha untuk ‘dikorbankan’ ketika ancaman PHK mengancam. Tentu saja, mengingat ketiadaan kewajiban perusahaan untuk member pesangon pada para pekerja outsourcing pasca-kontrak mereka. sangat berbeda ketika perusahaan terpaksa merumahkan para karyawan tetap mereka, mereka harus memberikan pesangon yang layak kepada mereka, sesuai dengan masa kerja dan pengabdian mereka.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita mencari pemecahan dari berbagai bentuk ‘penganiayaan’ terhadap buruh ini. Untuk usaha yang baru dibuat, pemilihan sector yang bersiko tidak terlalu tinggi bisa menjadi pertimbangan untuk mencegah potensi terpuruknya perusahaan karena krisis. Pembuatan rencana-rencana cadangan tau yang lebih dikenal sebagai Plan B, dan juga sumber keuangan lain juga diperlukan sebagai antisipasi. Bagi Anda yang telah terlanjur terkena dampak PHK, jangan terpuruk pada ‘ritual’ meruntuki nasib (dan institusi yang merumahkan). Hanya ada satu kata, bangkit.
Bagi yang masih ‘bertahan’, cobalah untuk mengevaluasi kondisi keuangan. Jangan menjadikan uang sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan. Sehingga Anda tidak benar-benar menderita ketika ancaman itu muncul. Ingat, ada yang lebih tidak beruntung daripada Anda! Ketika ancaman itu datang, usahakan untuk tetap berpikir tenang. Tak pernah ada pemecahan yang baik dari kepala yang panas bukan?.  (Atina dan Adinda)


Dimuat di, Tabloid BIAS | Edisi 8 | 2008