Tuesday, October 20, 2015

Sejak Kecil Cinta Batik Datangkan Omset Besar

Foto : Istimewa
Ambar, salah satu pemilik butik batik dikawasan Sleman penjualan tiap bulannya mencapai 100 juta. Kecintaan Ambar dengan batik ternyata sudah dimulai sejak SD. Sejak SD, ia selalu membantu ibunya membatik dan  membantu memotong dan mengemas malam. “Dari sinilah saya mengenal banyak jenis malam, mulai malam khusus, putihan sampai malam tembokan. Jadi, saya belajar secara otodidak dengan ibu sejak kecil,” jelasnya.
Wanita lulusan sarjana Hukum satu ini dahulu pernah bekerja menjadi salah satu pegawai suwasta. Setelah menikah, Ambar memutuskan berhenti bekerja dan menekuni dunia batik. Di sinilah usaha awal membatik di mulai. Melihat sumberdaya manusia tempat tinggalnya yang erat dengan dunia batik membatik, dan banyaknya warga yang suka membatik jarik ia pun berinisiatif untuk membuka Butik Tulis  HR.
“Jadi, awalnya warga sini banyak yang membatik jarik dengan upah yang sangat kecil,” ceritanya. Melihat peluang tersebut, ia pun memberdayakan warga sekitar dengan memberikan pekerjaan membatik dengan upah yang lebih layak.
Butik batik tulis HR didirikan pada tanggal 13 Agustus 2013 yang lalu. Media pemasaran yang dilakukan oleh Ambar hanya mengandalkan jejaring sosial seperti facebook mampu menyedot perhatian dari luar kota Yogyakarta dan luar pulau. Jadi, setiap kali Ambar mendapatkan pesanan, para pembatik akan diberi pekerjaan, kemudian akan diambil setiap seminggu sekali atau sebulan sekali melalui pengepul atau tukang.
Keunikan Butik Batik Tulis HR
Batik sogan emas full granit adalah salah satu batik unggulan milik Ambar. Konon, batik ini batik kualitas terbaik. hanya ditempatnyalah bisa didapatkan. Kisaran harga dari batik Sogan emas pun terendah sekitar Rp. 500.000,- sampai satu jutaan rupiah. harga yang cukup mahal untuk ukuran baju. Ciri khas dari batik ini memiliki warna keemasan, dan terlihat seperti tampilan emas.
Batik milik ambar dijadikan sebagai pusat grosiran batik-batik. “Jadi, kami menawarkan kualitas dengan harga pas dan kualitas yang terbaik,” tuturnya. Salah satu alasan tempat ini selalu ramai didatangi oleh pembeli dari luar kota ternyata karena harganya yang lumayan murah dan motifnya selalu baru. Memang, untuk batik cap setiap seminggu sekali selalu mengubah motifnya. Kecuali beberapa batik seperti batik Sidoasih dan Sidomulyo tidak pernah diganti motifnya, karena termasuk bati tulis yang pakem.
Banyak orang yang kulakan di tempat Ambar karena konsumen/pemesan bisa riques motif yang diinginkannya. Adapun konsumen yang memilih dibuatkan batik yang memiliki motif bercerita. Dengan kata lain, ambar memberikan pelayanan lebih kepada konsumen untuk menentukan motif yang diinginkannya.
Ketika Tim Adiluhung mendatangi butik milik Ambar, didapati Luthik Batik ATBM yang terbuat dari sutra. Batik ATBM dari sutra di tenun secara tradisional. Jenis ini jika dibatik memiliki hasil yang sangat bagus. Harganya pun sangat mahal, bisa mencapai dua jutaan lebih. Karena proses membatiknya dilakukan secara berulang-ulang dan tingkat kesulitan membatik diatas kain tenun sutra terbilang sangat rumit.

Monday, October 19, 2015

Batu Klawing Sebagai Primadona di Tanah Jawa

Foto : Istimewa
Kecintaan Bagus dengan bebatuan mengantarkanya menjadi kolektor batu dengan omset mencapai milyaran rupiah. Awal Bagus menyukai batuan tahun 2009. Ketika ia bermain ke rumah salah satu temannya, pak Sarjo, ia mengenal batu Klawing. Seminggu kemudian, Bagus tertarik dengan jenis batu tersebut. Ia yang awalnya suka dengan ayam, memutuskan fokus dengan bebatuan.
Bermodalkan dengan uang sepuluh juta untuk membeli satu truk batu, ia mampu melipatgandakan hasil penjualan batu hingga dua kali lipatnya. Berawal dari banyak teman-teman yang datang ke rumah, mereka membeli dan menjualnya kembali batu dari Bagus. Beberapa teman, datang lagi membeli batu yang sama, karena banyak dicari dan dibeli oleh orang asing (Taiwan, Belanda, Eropa, Korea) dengan harga yang cukup fantastis untuk ukuran batu.
Raja Klawing adalah sebutan pak Bagus dari teman-temannya, karena di rukonya banyak sekali batu yang harganya selangit. Berdasarkan dengan kecintaan terhadap batu-batuan, ia tidak pernah mempermasalahkan berapa jumlah uang yang dikeluarkan “Yang namannya hobi, tidak masalah harganya berapa, yang namannya cinta, tidak begitu mempermasalah untung dan ruginya,” paparnya dengan logat ngapak yang khas ketika ditanya modal keuntungan yang diperolehnya.

Orang Lokal Kurang Menghargai Batu Hasil Kekayaan Alam Indonesia
Luar Negeri memanfaatkan ketidaktahuan warga Indonesia tentang potensi batu akik yang dimiliki. Beberapa tahun yang lalu, tepatnya sebelum Indonesia dilanda demam akik, luar negeri membeli batu-batu milik Indonesia hingga jutaan ton dengan harga murah. Waktu itu, orang lokal tidak menghargai batu akik, giok dan sejenisnya. Justru orang-orang Luar Negeri yang sangat antusias.
Luar negeri memanfaatkan fanatisme yang cukup kental di Indonesia. Misalnya, sebagian besar warga percaya bahwa terlalu fanatik dengan benda dalam ajaran yang mayoritas Muslim, akan menjadikan syirik. Alhasil, banyak warga melihat batu sebagaimana mestinya batu, sebagai batu yang tidak bernilai apa-apa, kecuali untuk keperluan material bangunan. Orang luar memanfaatkan strategi tersebut agar tetap meraup keuntungan sebesar-besarnya, dengan harga semurah-murahnya dari Indonesia. “Hampir empat tahun, Luar Negeri tidak lagi ke sini. Karena harganya sudah mahal,” tambah Raja Klawing.

Sunday, October 18, 2015

Batik Terang Bulan : Sistim Kekeluargaan Dalam Berbisnis

Foto : Istimewa
Toko Batik Terang bulan berdiri sejak 29 Agustus 1942. Pak Mudakir adalah pendiri pertamakalinya, kemudian dilanjutkan oleh putra keempatnya bernama H. Ismail. Sekarang, Toko Batik terang bulan dilimpahkan pada putra pak Ismail. Batik terang bulan merupakan toko pertamakali yang berdiri di Yogyakarta, khususnya di kawasan Malioboro. Dari sebelum Indonesia merdeka, sampai saat ini, toko ini masih tetap bertahan.
Keunikan dari toko batik ini adalah menerapkan sistem kekeluargaan.  Sampai saat ini, karyawan yang bekerja di toko batik terang bulanpun juga turun-temurun. Sistem kekeluargaan ini juga diterapkan oleh para pengrajin batik itu sendiri. jadi, proses produksi batik itu sendiri diberdayakan oleh masyrakat sekitar Malioboro. Terutama di kawasan Jeron Benteng, tanah kelahiran Ibu Mudakir. Jadi, warga Jeron Benteng membatik, kemudian dijualkanlah ke Terang Bulan.
Sejarah Berdirinya Terang Bulan
Pak Mudakir berasal dari Kota Gede yang terkenal dengan kerajinan Perak hingga saat ini. Sebelum tahun 1945 pengrajin perak berjaya dan menjadi Andalan. Begitupun dengan pak Mudakir dan teman-teman yang lain. Andalan dan jualan mereka adalah berbagai bentuk kerajinan perak. Singkat cerita, pak Mudakir membeli toko, dimana toko tersebut sebelumnya digunakan untuk menjual kelontong oleh warga negara Jepang. Waktu itu, memang banyak orang Jepang dan Belanda masih ditemui di Jogja.
Setelah toko tersebut dibeli, tepatnya pada tahun 1942 Pak Mudakir menjual aneka kerajinan perak dan tenun batik. Memang, pada waktu itu belum mengenal dan tahu kain. Masyarakat masih banyak yang menggunakan tenunan.
Tidak ada usaha yang bisa mulus semulus jalan tol, kemudian tahun 1964 terjadi huru hara negara. Di tahun itulah, kualitas perak anjlok. Banyak pengrajin perak kota gede gulung tikar dan bangkrut. Hingga pada suatu ketika, pak Mudakir tidak melanjutkan usahanya dibagian perak, malainkan melanjutkan usaha batiknya. Hingga sampai saat ini.
Pertamakali, nama yang digunakan bukan Terang Bulan, melainkan “Toko Indonesia”. Logo yang digunakan pada waktu itu menggunakan warna merah putih. Merah dibagian tulisannya, sedangkan bagian dasarnya berwarna putih. Nama tersebut menandakan dan menunjukan kepada warga pribumi, bahwa pemiliknya adalah dari Indonesia. Tentu saja, pada tahun 1942 hampir semua titik dikuasai oleh sang penjajah. Seiring berjalannya waktu, ketika Indonesia merdeka dan modernisasi kian ramai, nama itu diganti “Terang Bulan” dengan dasar yang sama, yaitu tulisan berwarna merah, dan dasarnya berwarna putih.
Batik Terang Bulan Go Internasional
Sistem kekeluargaan yang diterapkan oleh pemilik toko dan para karyawan, ternyata berlaku juga untuk para pelanggan toko batik Terang Bulan. Banyak pelanggan yang lebih puas membeli batik di toko yang sudah berdiri sejak puluhan tahun. Jadi, pelangan sekalipun juga turun temurun berlangganan. Jenis batik yang di jual Terang Bulan ada beberapa jenis seperti batik wonogiren dan batik banyumasan.
Para pelangan pun berdatangan dari berbagai kota, bahkan negara. Salah satunya dari Jepang. Setiap berkunjung ke Jogja, mereka selalu menyempatkan diri untuk mampir membeli Batik khas Terang Bulan. Hasil dari kain yang dibeli, dijual kembali di negara aslinya, di negeri Sakura. “Jadi, hubungan antara pelanggan dan karyawan sudah sangat dekat disini. Seperti keluarga sendiri,” terang pak Ismail kepada Adiluhung.
Selain dari Jepang, ada juga pelanggan dari Belanda. Seperti Jog Afe yang pernah menjabat sebagai kepala rumah tangga istana negara. Ia juga pelanggan toko batik Terang Bulan. Pernah pula suatu ketika, pada tahun 1962 Sri Sultan Hamengkubuono ke IX juga pernah dirawuhi kanjeng sultan. Dimana, kedatangannya pun menjadi sebuah kehormatan tersendiri “Kami mengartikan kedatangan kanjeng sultan sebagai bentuk perhatian, kami anggap suatu barokah yang harus di syukuri dan memberikan semangat bagi kami masyarakat kecil yang biasa,” papar H. Ismail saat ditemui di tokonya. (Elisa)

Saturday, October 17, 2015

MAN Wonokromo Bantul Dilirik Masyarakat

 
Foto : Elisa
MAN Wonokromo Bantul mulai dilirik masyarakat. Terlihat peningkatan jumlah siswa yang mendaftarkan diri di tahun ajaran baru 2015. MAN Wonokromo Bantul terletak di Jalan Imogiri Timur km 10, Wonokromo, Plered, Bantul, Yogyakarta. Uniknya, banyak siswa-siswinya yang berasal dari Kalimantan dan Sumatra. Sekolah ini berdiri di atas tanah 4.490 m2, luasnya kurang lebih 3.456 m2.
Sekolah yang mengedepankan keagamaan ini memiliki banyak prestasi dan melahirkan siswa siswi yang unggul, cerdas dan diperhitungkan. Saat masuk ke lobi, akan berjajar banyak koleksi piala dari tahun ke tahun. Terlihat banyak penghargaan yang diperoleh, mulai dari kejuaraan olahraga, keagamaan dan kejuaraan di mata pelajaran.
MAN Wonokromo Bantul di tahun 2014 berhasil memperoleh 20 lebih kejuaraan. Begitupun di tahun 2015, terhitung dari Januari sampai Juli sudah memperoleh 19 kejuaraan. Muhammad Nuaim, sebagai guru bahasa arab menuturkan bahwa, beberapa macam kejuaraan yang diperoleh tahun 2015, yaitu kejuaraan MTQ, Pidato Bahasa Arab, Hadroh, dan masih banyak lagi. Masih ditahun 2015, MAN Wonokromo dipercaya mewakili Bantul ke tingkat Nasional untuk Aksioma, kategori lari putri ke Palembang.
Dari segi kegiatan ekstrakulikuler, MAN Wonokromo memiliki banyak ekstra. Mulai dari ekstra kuliner, paduan suara, PMR, Hadroh, tataboga, busana, dan ekstra olahraga. Meliputi, judo, pencak silat, pimpong dan masih banyak ekstra lain. Dari sekian banyak ekstra, ekstra yang paling menonjol dari MAN Wonokromo adalah paduan suara. Setiap ada hajatan atau kegiatan di kecamatan Pleret, MAN Wonokromolah yang selalu ditunjuk untuk tampil, bukan sekolah yang lain.

Friday, October 16, 2015

Presentasi Itu Mudah

Judul                 : Saya Pengen Jago Presentasi
Penulis              : Budiman Hakim
Harga                : Rp. 35.000,00
Penerbit             : Galangpress
Tahun Terbit      : 2015
ISBN                 : 978-602-9431-84-1
Tebal                 : 178 halaman
                                                                                    
Ketika menyebut “presentasi” apa yang terlintas di kepala? Bayangan yang muncul secara umum adalah berbicara dimuka sambil menampilkan power point. Bagi sebagian orang kegiatan seperti ini hal yang sulit untuk dilakukan, namun terlihat mudah saat menyaksikannya.
“Saya pengen jago presentasi” itulah judul karya Budiman Hakim. Buku ini menggulas tuntas tentang seluk beluk dunia presentasi. Buku ini menjelaskan bagaimana menjadi seorang presenter yang baik dan handal. Menggambarkan bagaimana seharusnya seorang presenter mampu membuat penonton kagum. Buku ini juga mengulas bagaimana rahasia mempresentasikan ide yang biasa-biasa saja, namun tetap terlihat memukau.
Budiman Hakim membawakan buku ini dengan gaya bahasa yang santai. Buku ini memang dikemas agar pembaca santai tidak mengerutkan dahi. Budiman Hakim juga menggambarkan bahwa presentasi tidak semenakutkan apa yang dipikirkan. Sebuah pesan yang menarik dari buku ini bagi penulis adalah, ketika Ia menyampaikan bahwa setiap hari kita melakukan presentasi kepada teman, orangtua dan orang-orang terdekat, tanpa kita sadari.
Buku setebal 178 halaman ini menekankan bahwa, presentasi diterapkan dimana saja dan kapan saja. Presentasi disampaikan oleh siapa saja, mulai dari seorang pedagang, tukang becak, tukang bangunan, pelajar sampai seorang profesor sekalipun. Presentasi bukan hal yang menakutkan dan mengerikan. Bahkan seorang khotib saat menyampaikan ceramah kepada jamaah juga bagian dari presentasi.

Thursday, October 15, 2015

‘The Spirit of Jogja’ : Mementaskan Budaya Nusantara

Foto : Elisa
Festival Malioboro adalah pagelaran seni budaya yang dilaksanakan setiap tahunnya dan telah digelar sebanyak enam kali, tahun 2015 ini Festival Malioboro mengangkat tema ‘The Spirit of Jogja’ karena bertepatan dengan peluncuran logo baru Yogyakarta yang memiliki tag line sama. Acara yang dilangsungkan pada tanggal 24 – 26 Juli 2015 mulai pukul 09.30 – 22.00 WIB ini diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, tema yang diangkat setiap tahunnya diusung sendiri oleh Dinas Pariwisata.
Berpusat di Monumen Serangan Umum 1 Maret, Festival Malioboro menampilkan berbagai macam pertunjukan seni dan stan-stan hiburan. Ada sekitar 50 stan dan sebagian besar didominasi oleh  gerai batu akik. Walau tidak berhubungan khusus dengan tema, Festival Malioboro juga ingin menyuguhkan hal yang saat ini sedang menjadi fenomena di Indonesia, yaitu batu-batuan mulia. Ada pula stan makanan dan usaha-usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), seperti tas rajut, kerajinan-kerajianan, dan sebagainya dari warga-warga di sekitar Jalan Malioboro.
Festival dibuka oleh kelompok tari kontemporer mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI), kemudian Upacara Pembukaan yang dipimpin oleh Kepala Dinas Pariwisata DaerahIstimewa Yogyakarta. “Yogyakarta dikenal sebagai Kota Budaya, tempat meleburnya macam-macam adat dari penjuru tanah air. Karena itu seni-seni yang dipentaskan adalah budaya-budaya tidak hanya dari Jogja, namun beberapa daerah di Indonesia. Warga Kota Jogja pun ingin mengetahui budaya pendatang,” ujar Himawan, salah satu staf Event Organizer (EO) Festival Malioboro 2015. Beragam atraksi yang dipertunjukkan sebagian besar merupakan seni tari, yang dibawakan oleh mahasiswa-mahasiswa perantauan yang berkuliah di Yogyakarta, perkumpulan pelajar dari suatu daerah datang dan membawakan tarian khas wilayah mereka masing-masing.

Wednesday, October 14, 2015

Berbagi Semangat Lewat Prestasi

Foto : Arik
Putri Dina Zahra, anak pertama dari dua bersaudara kembar yang memiliki segudang aktivitas dan prestasi. Sejak duduk dibangku kelas X dan XII MAN Wonokromo, Ia sudah terbiasa sibuk dengan banyak aktivitas. Mulai aktif mengikuti berbagai kegiatan seperti ekstra kulikuler, muda-mudi di kampung dan kegiatan positif diluar. Meski banyak aktivitas yang diikutinya, Ia tidak melupakan kewajibannya sebagai pelajar, Dina tetap berprestasi di akademik. Peringkat nilai kelasnya lima besar.
Dina adalah sapaannya, beberapakali menangkan berbagai banyak perlombaan, baik secara akademik maupun non akademik. Di tahun 2014 diutus pihak MAN Wonokromo mengikuti lomba aksioma tingkat kabupaten, berhasil menjuarai juara dua. Ditahun 2015, ajang perlombaan Aksioma, Dina berhasil menjuarai tingkat DIY, di peringkat ke tiga.
Tidak puas dengan satu kemenangan, Dina juga aktif mengikuti perlombaan yang sifatnya di luar aktivitas sekolah. Jika ada kesempatan, di luar jam dan aktivitas sekolah, Dina dan sauadara kembarnya selalu berinisiatif mengikuti perlombaan secara mandiri. Setiap perlombaan yang diikuti pun sangat memuaskan, selalu mendapatkan nominasi. Misalnya mengikuti perlombaan baca puisi setingkat Propinsi yang diselenggarakan oleh UPY, Dina memenangkan juara tiga.
Siswi yang hobi membaca novel dan berenang ini juga sering mendapatkan tawaran nge-MC di beberapa acara. Bakat dalam berbicara di muka umum dimanfaatkan Dina untuk hal-hal positif, misalnya dengan mengikuti lomba menjadi presenter. Tepatnya di tahun 2014 yang lalu, Dina berhasil memperoleh juara satu presenter se-provinsi dalam rangka Festival Buku Indonesia, yang diselenggarakan di Gedung Wanitatama.

Tuesday, October 13, 2015

Mempertahankan Seni Tradisional Indonesia Dari Kepunahan

Foto ; Elisa
Yogyakarta dijuluki sebagai kota seni dan budaya. Sebagai kota seni, Yogyakarta memang selalu terdepan. Salah satunya seni dalam bermusik. Setiap titik jalan akan menemukan pengamen yang memainkan alat musik tradisional. Setidaknya, di Yogyakarta itu sendiri ada sepuluh titik, Dari XT Square, Tamansari, SGM, Permata, Jakal, Jogteng Kulon, Demangan dan perempatan  Ngabean.
Salah satunya tim pengamen jalanan yang Tim BIAS datangi di Ngabean. Kali itu bertemu pak Yanto. Angklung Pegasus, itulah nama tim mereka. Setiap pagi jam 08.00 WIB Sudah mangkal di perempatan Ngabean hingga pukul 17.00 WIB. Mangkalnya tidak sembarang mangkal menengadahkan tangan, tapi mereka menjual yang namannya seni dan kreativitas.
Berjam-jam mereka berdiri, menabuh gendang, mengesekan angklung dan memukul alat music tradisional lain yang terbuat dari bambu buatan inovatif mereka. Tanpa latihan serius sebelumnya, Angklung Pegasus tetap mampu menciptakan sebuah nada yang harmonis. “Jadi kita tidak pernah latihan mbak. Pinter-pinternya kita saja,” tegas pak Yanto disela pertunjukan.
“Matahari terik, pikiran lelah karena urusan kantor atau banyak tugas yang menumpuk di kepala saat di kampus itu hal wajar. Setidaknya, disetiap perempatan, otak, mata dan telinga disegarkan oleh pertunjukan para pengamen jalanan yang sangat menghibur dengan penampilan mereka,” itulah pendapat Hafidz, salah satu penguna jalan.
Tahukah kamu, dibawah pohon yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu rindang, Pak Yanto bercerita banyak hal, salah satunya awal terbentuknya Angklung Pegasus yang mulai berdiri sekitar 2012 yang lalu. Jadi, awal munculnya pengamen jalanan ini dulunya hanya satu, yang sering mangkal di Malioboro. Perlahan, diikuti pengamen jalanan lain di belakangnya. Hingga sampai saat ini, ada sekitar 10 pengamen jalanan. “Setiap pengamen memiliki nama atau grup sendiri-sendiri mbak.”
Pihak pemerintah, khususnya Dinas Pariwisata Yogyakarta mendukung penuh dan memberikan tempat bagi para pengamen jalanan. Dukungan pemerintah bukan tanpa alasan, salah satu alasannya seperti yang diceritakan pak Yanto, bahwa ngamen ini bentuk dan upaya untuk melestarikan budaya, seni tradisional Indonesia. Misalnya angklung, sekaligus mengangkan icon Yogyakarta. “Jangan lagi terjadi seperti kasus Malaysia yang mengeklaim milik kita,” tambahnya prihatin.

Monday, October 12, 2015

Inovasi Es Krim Datangkan Rejeki

Foto : Elisa
Yogyakarta, sebagai kota yang bisa dibilang kaya akan berbagai ragam jenis makanan dan minuman. Salah satunya minuman es krim. Nah, jika bosan dengan tampilan dan rasa Es krim yang itu-itu saja, di tahun 2015 ada es krim yang lagi ngetrand, yaitu es krim pot. Es krim pot ini mulai buming sekitar bulan Mei lalu. Es krim pot ini menyuguhkan inovasi baru, tampilannya persis layaknya pot yang ditanami bunga dan tampak pula cacing di dekat bunga.
Es Krim Pot di kemas dalam pot kecil.  Di dalam pot terdapat wafer, tango,cocokrans dan es krim. Campuran makanan tersebut di campur persis seperti tanah. Kemudian, di atasnya di tancaplah bunga asli. Tidak lupa di dekat bunga di beri tampilan agar-agar yang persis menyerupai cacing. Bagi yang belum pernah melihatnya, cemilan lezat ini sukses menipu orang awam.
Es krim pot yang tengah digemari masyarakat Yogyakarta khususnya, mendorong Tim BIAS menelusuri dan menanyakan langsung. Kesempatan kali ini, tepatnya bulan Juli 2015, bertepatan dengan event Festival Malioboro menemui salah satu penjual es krim pot. Namannya Bu Titin, penjual es krim pot di SANMOR, Kedai Lumpia dan dibeberapa event yang ada di Yogyakarta.

Sunday, October 11, 2015

Air Terjun Tuwondo Luput Perhatian

Foto : Elisa
Mengisi hari libur, Reporter BIAS menyempatkan diri untuk mendatangi salah satu air terjun yang keberadaannya masih perawan. Lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah, tepatnya berada di kawasan Lemah Abang, Banyakan 3, Sampakan, Sitimulyo, Piyungan Bantul.
Air terjun Tuwondo adalah namanya. Memiliki ketinggian sekitar 3,5 meter. Air terjun Tuwondo memang salah satu destinasi wisata yang patut dan bisa dikunjungi. Apalagi, wisata ini masih tergolong sepi, karena memang belum di kenal banyak masyarakat secara luas. Biasannya, hanya di datangi warga sekitar saja.
Mas Lilik, pengelola air terjun Tuwondo, saat Reporter BIAS menemui di kediamannya, mengungkapkan bahwa, air terjun Tuwondo mulai ramai dan dikunjungi sejak tahun 2010 yang lalu. “Ya, rata-rata yang datang ke sini masih orang-orang daerah sini, dan beberapa teman di kampus,” tambahnya.
Air terjun Tuwondo memang sudah ada sejak jaman nenek moyang Lilik. Air Terjun Tuwondo awalnya hanya diketahui oleh satu dua teman-teman Lilik yang bermain dirumahnya. Baik itu teman SMA dan teman di kampusnya. Karena beberapa tahun belakangan ini perkembangan parisiwata di Yogyakarta begitu tajam, munculnya satu dua berita di jejaring sosial, yang kemudian mendongkrak pengunjung. Meskipun tidak seberapa. Berawal dari sinilah, air terjun Tuwondo mulai dikunjungi.

Saturday, October 10, 2015

Makna Filosofis Perisai Diri

Foto : Elisa
Padmanaba SMA 3 Yogyakarta kembali menyelenggarakan ajang kejuaraan Beladiri. Pembukaan dihadiri oleh ketua umum perisai diri Nasional Dwi Soetjipto. Saat ditemui Reporter BIAS di Gedung serbaguna YKPN, pada tanggal 15 Juni 2015 yang lalu, beliau sangat bangga dan mengapresiasi event padmanaba yang diselenggarakan langsung oleh para siswa SMA.
Menurut Agantan, dari SMK 3 Yogyakarta, melestarikan perisai diri dianggap penting. Sama halnya dengan pendapat ketua Umum perisai diri Nasional, Dwi Soetjipto. Menurutnya, karena perkembangan gadget, banyak game olahraga dari barat justru lebih mampu menarik perhatian anak-anak muda sekarang. Anak-anak lebih bangga dan menseriusi beladiri dari barat.  Akibatnya, banyak anak-anak yang termotivasi untuk menguasai cabang olahraga dari barat. Disisi lain, cabang olahraga bela diri yang berasal dari Indonesia kurang dilirik.
Perisai diri adalah bela diri asli dari Indonesia, yang juga salah satu keluarga silat nasional Indonesia perisai diri yang terbesar di Indonesia. Perisai diri didirikan pertamakali oleh RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, atau biasa disapa dengan pak Dirdjo. Sebagai bagian keluarga kraton Yogyakarta, sejak usia 9 tahun ia menguasai ilm pencak silat yang ada lingkungannya, kraton. Singkat cerita, Dirdjo memutuskan untuk berjalan kaki, dengan tujuan belajar ilmu silat di beberapa daerah lain, selain Yogyakarta. Misalnya ke Jawa Timur, Semarang, Solo, Cirebon, Kuningan hingga Aceh. Inilah sejarah awal muasal perisai diri pertamakali.
Jika dipersentase, tidak banyak pelajar yang mengetahui dan berminat olahraga perisai diri. Bella, sebagai panitia padmanaba mengutarakan bahwa, perlombaan ini salah satu media/ajang untuk memperkenalkan perisai diri kepada teman-teman lain, terutama untuk adik-adik kelas.

Friday, October 9, 2015

Tempat Wisata di Bandung Terpopuler

Foto : Sebandung.com
Bandung, salah satu kota yang cukup banyak dan di datangi oleh wisatawan. Banyak wahana permainan dari Bandung, mulai dari wisata alam hingga wisata wahana bermain modern. Lokasinya yang sejuk menjadikan kota ini menarik perhatian pengunjung. Berikut ada beberapa tempat wisata di Bandung, dan sebagai tempat wisata yang wajib di kunjungi. Sayang jika datang ke Bandung, dan melewatkan tempat-tempat di bawah ini.

Kawah Putih
Kawah putih merupakan lokasi wisata yang paling populer di kunjungi. Kawah putih ini pulalah yang dijadikan sebagai tempat lokasi syuting beberapa kali oleh stasiun TV. Sesuai namannya, kawah ini memiliki tepian berwarna putih. Karena lokasi ini berbahaya, mengandung belerang, setiap pengunjung tidak dianjurkan terlalu lama berada di kawasan ini. Meskipun demikian, lokasi ini tetap menjadi madona dan banyak di kunjungi.

Trans Studio Bandung      
Trans studio Bandung, Salah tempat wisata yang didirikan belum terlalu lama. Meskipun terbilang baru, wisata satu ini ramai di kunjungi. Wahana permainan yang di tawarkan di sana banyak permainan. Tinggal pilih wahana permainan yang di inginkan. Trans stdio Bandung, sebagai wahana bermain terbesar di Asia. Mengalahkan wahana permainan di Ancol. Tidak tanggung-tanggung, sekolah dari luar Bandung menjadikan trans Studio Bandung sebagai tujuan wisata mereka.

Tangkuban Prahu
Bagi wisatawan yanag suka dengan alam. Wisata alam di Bandung yang paling populer adalah wisata Tangkuban Prahu.  Siapa sih yang tidak tahu cerita yang melegenda satu ini. Wisata tangkuban prahu sering dimanfaatkan untuk jalan-jalan menuju puncak dengan berjalan kaki bersama teman-teman. Atau sekedar bermalam di sana, menanti sang fajar terbit dan menikmatinya.

Thursday, October 1, 2015

Sepeda Hias : Takbir Sambil Goes

Muda-mudi Karisma kembali mengadakan event tahunan malam takbiran idul adha dengan tajuk yang berbeda. Lomba yang akan diselenggarakan pada 4 Oktober 2014 sehabis mahrib ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini Karisma mengadakan lomba takbir keliling sepeda hias. “Takbir tahun ini merebutkan hadiah menarik dari panitia Karisma. Kita ingin menampilkan hal yang beda dan menarik, syukur bisa dicontoh oleh kampung-kampung lain”, jelas Muhammad Sidiq N. kepada Reporter BIAS.
Rencananya finish di rumah Dom atau dikenal rumah teletubis. Karena ini event tahunan yang diselenggarakan per-RT maka pesertanya khusus RT 01 Kwasen, Srimartani, Piyungan, Bantul saja. “Rata-rata mereka yang ikut dari SD sampai SMP, sedangkan yang SMA ke atas sebagai panitianya”, tambah calon Ketua Karisma yang segera akan di lantik akhir bulan ini.
Menurut Burhan Afif yang sekarang masih menjadi ketua Karisma, perlombaan ini selain mengajarkan peduli lingkungan, juga membiasakan agar adik-adik lebih terbiasa bersepeda onthel daripada bersepeda motor. Saat ditemui reporter BIAS seusai rapat. Burhan membeberkan sedikit acara yang akan datang, rute yang di ambil melewati perkampungan Slarongan meleweaeti Karang Gede, dan finish berada di rumah dom, atau yang lebih dikenal rumah teletubis. Kriteria penilaian meliputi hiasan sepeda paling unik, menarik, ketertiban dan paling kompak dan ajeg selama takbir. “Karena lomba sepeda ini diikuti oleh anak-anak, maka jarak tempuh + 3-4 km.