Thursday, August 6, 2015

Allah Memberikan Rejeki Sesuai Rencana Baik Hambannya

Latar belakang keluarga saya dari keluarga tidak berpunya. Bahkan, detik ini, saya lulus kuliah pun suatu anugrah dan keajaiban Allah kepada hambannya. Betapa Allah itu maha kaya dan Maha perkasa. Setiap kali sekolah, tidak pernah diberi uang jajan oleh kedua orangtua, bukan karena orangtua saya pelit. Tapi memang kondisi, dan saya pun memakluminya. Jika ada uang, orangtua memberikan uang saku hanya cukup untuk beli bensin/transportasi. Itu pun beli bensin orangtua sering hutang sana sini. Perjuangan orangtua untuk anaknya, apapun rela dilakukannya.
Melihat pengorbanan tersebut, memang sejak kuliah bertekat bagaimana mencar uang sendiri tanpa harus mengandalkan orangtua. Dan cita-cita terbesar saat masih kuliah adalah, melunasi semua hutang orangtua. Yihui, itulah saat keegoan ingin nganggur dirumah, harus memaksakan diri untuk memasukan lamaran kerja kemana saja, dan hasilnya tetap “nol” (sebelum memiliki greget melunasi hutang ortu).
Allah lebih cerdas dan detail soal hitung menghitung. BUkankah demikian?! Memang sebelumnya lamaran saya sering di tolak. Dan sebelumku temukan kuncinya lewat pengajian-pengajian yang sepele tapi luar biasa fadhilahnya. Saya niatkan, ingin sebagian dari gaji saya untuk menyesaikan hutang semua ortuku. Yes, langsung saat itu, begitu banyak tawaran, job yang mengalir.
Hikmahnya, pertama, Saat kita memiliki niatan yang baik untuk kebaikan orang terdekat kita. Secara otomatis, Allah juga akan menaikkan penghasilan kita, agar cukup untuk memenuhi apa yang kita niatkan. Kedua, Allah tidak akan memberikan rejeki jika kita memiliki niatan yang tamah dan serakah, hanya untuk kepentingan sendiri. Ketiga, Jika kita memikirkan diri kita sendiri dan memenuhi kebutuhan diri sendiri, maka Allah juga hanya memberikan rejeki dalam kapasitas kecil sesuai dengan hak kita. Beda jika kita memiliki niatan baik untuk orang lain, maka Allah juga akan segera memberikan hasil yang lebih.

Menjaga Harta Agar Tidak Cepat Ludes
Pernah suatu hari mendapat rejeki. Rencananya, uang tersebut ingin saya pergunakan untuk melunasi pendidikan kuliah saya. Sehari setelah uang itu cair, ibu bertanya nominal uang yang saya dapat. Saya jawab dengan jawaban berbohong. Niat saya berbohong agar uang saya tidak diminta Ibu untuk membayar hutang atau untuk keperluang mendesak. Well, dampak dari berbohong, malam harinya saat saya mengikuti bakti sosial, saya ditabrak sepeda motor dari arah berlawanan. Karena suatu hal, saya yang menanggung biaya motor yang menabrak saya. Uang yang harusnya saya gunakan untuk melunasi kuliah, gagal, tinggal separuh saja.

Wednesday, August 5, 2015

Fadhilah Al-fatihah & Ayat Kursi

Fadhilah membaca Al Fatihah dan Yasin ternyata luar biasa. Ini sebuah pengalaman yang nampaknya kecil, remeh temeh tapi sangat besar dan berpengaruh pada kehidupan. Setiap Sabtu malam, di desa ada pengajian padang bulan secara rutin. Biasa, kajian kami mengangkat kitab-kitab tertentu. Ganti-gantilah ya, agar tidak bosan dan beragam ilmu yang di dapatnya.
Nah, muncul satu amalan Al-Fatihah. Apabila diamalkan, insyaallah dengan niat yang baik akan memberikan kebaikan. Yes, kali ini mas Yanto member satu ilmu pada kami. Yaitu, membaca surat Al-fatihah 11 kali secarah penuh, berulang-ulang. Al-fatihah yang kesebelah, tepatnya di ayat “Iyakana’ budua iya kanasta’in” di baca sebanyak 11 kali sambil pikiran terpusat pada doa yang diinginkan, kemudian disambung atau ditutup dengan ayat berikutnya.
Tepat waktu itu, saya baru lulus kuliah, tidak dapat pekerjaan. Selama selesai pendadaran melamar sana sini tidak pernah diterima. Entah berapa kali lamaran yang masuk. Ketika mengamalkan Al-fatihah tersebut, tanpa lamaran kerja, langsung mendapat kerja di salah satu penerbit. Yah, sugesti saya karena berkat khodam dan amalan dari Al-fatihah tersebut.
Tepat saat kerja di salah satu penerbit di Jogja, bertepatan kegalauan hati yang sendiri bertepuk sebelah tangan (Ce ileh). Binggung cari amalan penentram hati, mendekat jodoh, segera di beri jalan keluar. Maka, karena pengajian setiam Sabtu malam, saya pun mendapatkan banyak amalan untuk menentramkan hati.
Yes, bersamaan akutnya rasa hati yang galau tidak pernah berhenti, layaknya sinetron. Bertepatan pula saya memutuskan untuk keluar dari tempat kerja. Alasan keluar kerja, adalah, karena sesuatu hal. Berniat dan bertekat di rumah nganggur barang sebulan sambil melamar sana-sini. Soal kerjaan, dari dulu saya tidak pernah ngoyo. Karena, sudah YAKIN 100% rejeki sudah ada batasan dan hak saya. Tuhan tidak tidur masalah rejeki. Masalah kerjaan, tidak menjadi masalah utama saya, masalah utama saya hanya cinta saya.

Monday, August 3, 2015

Berbahagialah, Meski Aku yang Harus Menangis

Aku tidak tahu memulai darimana. Hari ini, saat aku menuliskan diselembar kertas binder yang selaluku bawa, tengah membuang penat. Hari ini, aku mencoba memulai lagi. Aku berfikir, semoga memperbaiki semua kesalahan, dugaannku salah. Semuanya sama saja. Dia tetap dingin dan tidak membalas pesanku. Aku merasa tidak dianggap. Itulah resiko perasaan yang tidak terbalas, atau bisa juga karena perasaanku saja yang sensitive.
Aku selalu ingin memperbaiki hubungan dan berkomunikasi. Yang terjadi selalu berhenti satu jalur, komunikasi satu arah. Saat terjadi satu komunikasi satu arah, saat itulah aku putus harapan. Hati siapa yang tidak menangis ketika upaya, kerja keras dan doa tidak menghasilkan apa-apa. Meskipun tahu, Tuhan memiliki rencana lain.
Seandainnya aku boleh meminta, aku ingin tidak mencintainya dan tidak menyayanginya. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Tuhan menganugrahkan rasa cinta dan sayang padanya. Entah berapa banyak air mataku keluar.
Aku sedih, sedih karena selalu salah mencintai seseorang. Selalu salah mencintai orang yang tidak mencintai balik. Aku juga ingin merasakan bagaimana rasannya dicintai orang yang mencintaiku. Aku ingin juga merasakan perasaan saat ada orang yang berkorban untukku.
Aku tidak tahu, kenapa saat menuliskan ini aku begitu banyak meneteskan air mata. Betapa aku ingin dicintai orang yang aku cintai. Aku selalu gagal dalam urusan cinta, aku percaya Tuhan punya maksud dan rencana yang indah untukku.
Ah, setidaknya lewat duka hati, aku semakin merapat padaNYA. Mungkin ini caraNYA untuk menarikku kembali pulang, pulang berada di sisinya. Mungkin ini carannya agar aku kembali pulang pada pemilik cintanya. Aku percaya, cintaNYA akan berpendar. Mungkin ikhlas dan membiarkannya dia mencintai yang dia inginkan itu pilihan yang terbaik. Itu yang seharusnyaku lakukan, membiarkan bahagia. Dan, memilih tersenyum melihatnya tersenyum. Mahagia melihat senyumnya, meski kenyataannya tak pernahku lihat senyumnya di depanku saat bertatapan. Mulai saat ini, ia akan tersenyum bersamaan diriku menghilang tak menganggunya.