Monday, May 18, 2015

Ponsel Tidak Lagi Sebagai Berkomunikasi, Ternyata Bisa Menjadi Media Mati



Kasus beberapa jam yang lalu, seorang pendaki gunung merapi terjebur di kawah Merapi. Menurut informasi yang simpang siur di FB, si Pendaki tengah selfie. Dan, sebelum maut membawanya pulang selama-lamanya. Mahasiswa yang katanya dari Atmajaya ini terjatuh di kawah. Tepatnya, hari ini tanggal 18 Mei jasadnya berhasil di angkat.
Selfie pun bisa membawa kemudhorotan bagi pengunanya, dan bisa mengantarkan pada kematian. Memang belakangan ini selfie menjadi kegiatan yang paling hit dilakukan oleh kawula muda. Mulai dari selfie nyongorin mulut, njulurin lidah, pamer gigi, bibir di merot-merotin sampai gaya selfie yang aduh, kalo saya lihat itu bikin kepala geleng-geleng. Memang itu hak mereka berbuat seperti yang mereka inginkan.
Ketersediaan ponsel yang langsung tersambung dengan internet, yang menghubungkan langsung dengan pengguna lain merubah pola kehidupan dan cara berfikir masyarakat kita. Misalnya, banyak orang berbondong-bondong membeli ponsel pintar itu hanya agar tidak tertinggal, tidak kudet dan tidak dibilang ndeso dan masih banyak alasan lain.
Fasilitas yang serba canggih, diberi layanan kamera yang super jos dan meledaknya media sosial yang menjadi permainan dan gaya hidup mereka juga merubah gaya kehidupan masyarakat. Salah satunya,  dengan fasilitas kamera yang ada edit super canggih, dimana kamera ini bisa mengubah wajah berjerawat menjadi mulus. Gigi jelek, menjadi terlihat bagus. Kulit hitam bisa menjadi putih seputih cet tembok.

Saturday, May 16, 2015

BEKERJA ITU SEDERHANA DAN MUDAH, SEMUDAH DAN SESEDERHANA PIKIRAN KITA



Belakangan menarik bagi saya mengamat dan memikirkan issu tentang dunia pekerjaan. Beberapa jam yang lalu, saya menjenguk salah teman SMK saya, karena ayahnya sedang mengalami musabah. Menarik membicarakan teman saya ini. Teman saya lulusan SMK jurusan akuntansi, ia tidak kuliah karena tidak berkesempatan kuliah. Namun, kuliah atau tidak kuliah, bagi saya tidak menjamin kepandaian dan sudut pandang seseorang rendah atau tidak.
Teman saya memiliki sudut pandang yang menarik bagi saya. Bisa dibilang pemikiran yang diluar kotak. Meskipun tidak berpendidikan, ia memiliki potensi berfikir setara seorang mahasiswa. Ups, berbicara soal ilmu pengetahuan mahasiswa, seperti apa sih? Bukankah sebatas bidang yang ditekuni saja? Berarti mereka yang tidak kuliah juga dong. Mereka juga memiliki bidang yang mereka tekuni, hanya beda bidangnya saja. Sama halnya, saya menekuni dunia psikologis, kamu kimia, sastra. Sedangkan mereka yang tidak kuliah menguasai bidang yang lain. Sama juga sebenarnya, kita tidak menguasai bidangnya, dan dia tidak menguasai bidang kita. Hanya itu saya rasa.
Kembali focus ke teman saya. Saya selalu mempertanyakan, kenapa banyak orang yang terlalu focus mencari kerja sesuai dengan lulusan tertingginya? Kenapa banyak orang yang gengsi untuk menurunkan standar kita di awal, dan pelan-pelan merangkak ke atas. Kenapa banyak orang yang terlanjur gengsi dan ingin langsung berada ke taraf kelas menengah atas, dan sulit sekali memulai dari bawah. Bukan cara ini justru memberikan kesempatan bagi mereka yang menerima apa adannya potensi mereka dengan menerima dari bagian bawah, dan memberikan kesempatan kepada mereka yang lulusan bawah, tetapi memiliki motivasi berprestasi yang baik, sehingga mampu mencapai di titik tertinggi?! Apakah setolol itu pemikiran kita, padahal begitu sederhana hidup ini.
Seperti teman saya yang lulusan SMK, dia awalnya orang biasa yang sama sulitnya mendapatkan pekerjaan, sama sulitnya masuk dunia kerja. Bedanya, ia rela memulai dari awal. Sampai pada satu titik, perlahan-lahan ia bisa naik ke level setara dengan lulusan Perguruan Tinggi, dengan gaji yang sama juga.

Ditolak Kerja Karena Berpengalaman?



Ketika banyak orang yang sibuk menggali potensi dirinya untuk membuat CV yang menarik dan terbaik, justru saya yang sibuk mengeliminasi pengalaman, penghargaan yang pernah saya raih. Ini sebuah catatan kecil selama ini mencari kerja yang sangat sulit didapatkan versi saya.
Saya, salah satu alumnus, fresgraduate S1 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Gelar saya sebaga S.Psi. Siapa yang tidak silau dengan gelar? Berdasarkan pengamatan yang belum dibuktikan, banyak orang yang mengejar gelar. Saya sejak bangku SD SEDIKIT mencibir soal gelar, apalagi pelajar yang mencari karena semata-mata gelar saja. Seolah-olah, kewajiban utama untuk MENCARI ILMU diabaikan hanya karena gelar.
Saya, termasuk salah satu freshgraduate yang kesulitan mencari lapangan pekerjaan. Kata orang bilang, “Kamu harus memiliki skill agar kamu mampu bertahan dari peperangan kehidupan dari sekian banyak orang pandai di Indonesia” Betul sekali itu. Tapi, skill pun kadang membunuh kesempatan saya untuk keluar dari zona “pengangguran”.
Mereka bilang, saya memiliki skill. Mereka bilang, aku harus mencantumkan kemampuan dan skill yang saya punya agar menjadi nilai tambah. Mereka bilang, pengalaman akan memberikan poin penting. Tetapi, di sini terjadi masalah di lapangan. Yihui, mereka bilang, saya salah satu yang memiliki skill dan pengalaman. Kenyataannya??? Setiap kali melamar pekerjaan, tidak ada satupun yang lolos. Walaupun saya percaya dan yakin bahwa karena belum rejeki saya.

Lamaran Selalu Di Tolak?
Ku sebar lamaran kerja secara rendem seperti menyebar permen kepada anak-anak. Kumasukan lamaran kerja ke sana ke sini. Sebagai orang yang memiliki gelar, tentu memiliki beban sosial di mata masyarakat. Sebagai lulusan yang berpangkat, tentu mencari pekerjaan sesuai dengan lulusan yang setara. Kata mereka kebanyakan “Sayang jika kamu tidak memakai gelar yang sudah kamu miliki”, kenyataan di lapangan? Terkadang, banyak lapangan pekerjaan yang membutuhkan lulusan di bawah gelar yang kita miliki. Al hasil dan wal hasil, mengurungkan niat memasukan lamaran karena strata yang dibutuhkan jauh lebih rendah dari standar kita.

Wednesday, May 6, 2015

Kau Sang Belahan Jiwa Yang Siap Aku Bahagiakan



Tulisan ini merupakan cerita colongan dari berbagai cerita, baik dari teman, temannya teman dan temannya teman teman.
Cinta itu seperti gelombang angin yang arahnya tidak pernah tentu. Kadang bertiup mendamaikan, kadang bertiup kencang, dan kadang tiupan angin yang menjelma menjadi sebuah badai. Itulah cinta. Cinta itu digambarkan sesuka kita. Sama halnya ketika aku menyukai sesuatu, pastilah itu sesuka hatiku, tidak sesuka hatimu. Iya bukan? Perkara yang disukai itu seperti apa dan bagaimana, tentu tidak bisa jelas.
Pernah, suatu ketika, saat Mr. X merayu Dwika “Bagaimana kabarnya? Masih sendiri? Sekarang dengan siapa?” tanyanya menyelidik. Dwika menangapinya dengan apa adannya , tanpa berprasangka apa-apa, “Tentunya, saat ini ada seseorang yang sangat aku hormati dan aku syukuri keberadaannya bagiku” Jawabnya penuh syukur. Mr. X masih menanggapi dengan baik, ia lupa bahwa ia juga salah satu orang yang masuk ke daftar “laki-laki yang suka mempermainkan hati wanita”.
Terkenang, ketika Dwika diam-diam selalu bersyukur telah bertemu dan dipertemukan dengan sosok orang istimewa itu. Singkat cerita, kisahnya berakhir sama saja. Yaitu sebuah penolakan dan penolakan. Ia tahu bagaimana ia harus bersikap, ia juga terbiasa dengan penolakan-penolakan yang pernah dialaminya.
Penolakan begitu terdengar biasa saja.  Sisi lain, penolakan-penolakan yang pernah terjadi di masa lalu membuatnya tidak cukup percaya diri. “Apakah aku tidak usah jatuh cinta lagi?”, “Apakah aku lebih baik sendiri selamannya?” sebuah pertanyaan  Dwika dari rasa ketidakmampuannya.
Selama dua tahun lebih ia mampu ikhlas melepaskan cinta pertamannya. Kemudian, beberapa kali jatuh cinta pada orang-orang yang salah dan orang yang menolaknya. Setelah kembali bangkit, ia kembali jatuh cinta kepada seseorang istimewa tersebut. Bersyukurlah laki-laki tersebut, saying akhir ceritannya tidak jauh berbeda dengan kisah-kisah sebelumnya.

Jangan Menyerah Jika Belum Gagal Sampai 100x



Masa muda, adalah masa penuh warna dan penuh rona bahagia. Setiap sudut jalan, terlihat remaja yang asik bergandengan tangan. Sesekali, terlihat anak muda yang tidak malu mengumbar kemesraan mereka di public. Di sisi lain, ada sebagian anak muda yang lain, mati-matian mempertahankan cintanya, ada pula dari mereka yang berusaha survive bertahan dari kegagalan dan kegagalan. 

Jomblo Jatuh Tempo
Ternyata, di jagat raya ini banyak jomblo-jomblo yang tetap hidup bersemangat.  Mereka tetap berkarya dan mampu tetap berprestasi, meski jomblo. Mereka tidak terusik dengan kanan kiri. Mereka juga tidak woles dengan jomblo jatuh temponya. Entah mereka terlalu sibuk, atau memang tidak mahu tahu dengan usianya yang menginjak kepala empat. Apapun itu, jodoh tetaplah di tangan Tuhan, tapi manusialah yang mengusahakan.

Jomblo-jomblo Pejuang
Banyak alasan kenapa spesies jombloers semakin banyak saja. Keberadaan spesies kaum jomblo ini tidak terdeteksi radar. Alasan mereka tetap menjomblo macem-macem. Ada yang baru PDKT sudah di tolak, mau nembak malah nembak hatinya sendiri dan de el el deh. Pokoknya, banyak alasannya.