Monday, December 15, 2014

Kejutan Cinta Strobery



Rasa asam manis stroberi tidak bisa ditebak. Cinta penuh dengan hal-hal yang tidak terduga dan lebih lebih terasa asam daripada manisnya. Ketika jatuh cinta, itu berarti siapapun orang yang kejatuhan cinta harus siap menanggung setiap kejutan, keasaman, tidak melulu manis. Itulah yang ingin di sampaikan Oka Aurora selaku penulis skenario. Film Strawberry Surprise yang diputar serempak di Indonesia pada 09 Oktober 2014 diadaptasi dari novel the strawberry surprise karya Desi Puspitasri. Saat Tim BIAS menghadiri undangan press release bersama penulis buku di salah satu bioskop besar di kawasan Sumoharjo ini ramai dihadiri oleh para penontong. Para penonton terlihat antusias dan sesekali diikuti tawa di pertengahan pemutaran film.
Film yang di produseri oleh Chand Parwez Servia melibatkan artis papan atas seperti Acha Septriasa yang memerankan tokoh Anggi. Reza Rahardian memerankan tokoh Timur dan beberapa artis ibu kota yang tidak asing lagi. Film Strawberry surprise berbeda dengan film-film pada umumnya. Saat ditemui usai acara menonton bareng, Desi Puspitasari mengungkapkan rasa senang dan luar biasa karena bukunya telah menarik perhatian produksi film starvision. Salah satu daya tarik dari Novel yang ditulisnya karena ceritanya tidak cengeng, tidak mendramatisir. “Cinta biasannya diidentikkan dengan coklat, bunga, puisi dan lagu romantis. Sedangkan yang kecut, asam, pahit seolah diabaikan”, papar Desi kepada BIAS. Ia juga menceritakan bahwa kesulitan dalam membuat cerita ini ketika ia harus menyajikan cerita dengan buah strobery. Agar menghayati, menjiwai Desi merelakan melakukan riset sendiri tentang strobery. Mulai sering makan stroberi, pakai lipstik, parfum serba strobery. Sebelum akhirnya lahirlah novel dan diangkat hingga kelayar lebar.
Strawberry surprise menceritakan sepasang kekasih, di sana ada Anggi dan Timur. Hubungan Anggi dan Timur putus. Selama jangka waktu lima tahun Anggi yang tinggal di Yogyakarta memiliki banyak kisah asmara dengan beberapa laki-laki. Timur juga memiliki cerita cinta di Bandung. Setelah lima tahun, akhirnya mereka bertemu. Singkat cerita Timur mencoba mendekati Anggi agar bisa menerima cintanya. 
Film yang diadaptasi dari sebuah novel ini ternyata memiliki cerita. Inspirasi cerita dimulai ketika banyak teman-teman Desi curhat dengan kisah mereka, di tambah dengan beberapa pengalaman pribadi. Pengambilan gambar di lakukan di Yogyakarta dan Bandung. Salah satu alasannya kenapa Jogja sebagai latar, karena Jogja sebagai lokasi bertemu dan terbangunnya cinta. Harapan ke depan Desi Puspitasari adalah agar anak-anak muda yang suka menulis semakin banyak melahirkan karya-karya yang jauh lebih baik. “Harapannya lebih kreatif, menarik, tidak lebai”, tambahnya di akhir acara. (Elis, Tabloid BIAS, 4/2014)

Kabar Dari Rumput Ilalang


@Foto : Elisa

Mengeja sepi,
Memahat harap
Berupaya mengurai kebisuan,
Bak mematahkan angin yang mustahil tertangkap.

Menyapa dan menerjemahkan ilalang,
Tertiup angin dan saling berebut rindu
Menawan cinta, demi sebuah cita.
Memborgol hati dan pikiran demi kemapanan masa depan.

Angin riuh rendah,
Merangkum angin menjadikan sebuah melodi.
Mencoba mengabarkan kepada ilalang,
Kemapanan masa depan seiring sehaluan
Dengan pengorbanan (Elisa, Tabloid BIAS 4/2014)

Desa Kerebet : Mengenalkan Batik Kayu pada Dunia


Foto : Elisa

Selasa pagi (9/9/2014) BIAS bertandang ke desa Krebet. Tepatnya di RT 05 Sendangsari, Pajangan, kabupaten Bantul, Yogyakarta. Medan yang kami tempuh tidak semulus yang dipikirkan sebelumnya. Jalanan menuju desa kerajinan batik kayu ini memiliki banyak tanjakan dan tikungan yang cukup tajam.
Akhirnya setelah melewati perjalanan yang cukup menguji andrenalin kami sampai ke lokasi. Setelah memasuki gapura disambut oleh patung Semar berukuran besar dengan goresan batik yang unik menyerupai pakaian, mulailah menikmati perjalanan di desa yang memiliki luas 104 hektar tersebut.
Suasana lingkungan desa yang ramah, sejuk dan rindang membauat nyaman. Kami melanjutkan perjalanan ke salah satu sorum industri kreatif batik kayu ‘Yuan Art”, dan bertemu mas Yuli, pemilik Yuan Art sekaligus sekertaris desa Krebet. Baru-baru ini di desa Krebet dijadikan sebagai desa wisata batik kayu. Sepanjang jalan banyak ditemui rumah-rumah yang melakukan pengrajin kayu. “60 persen penduduk di sini sebagai pengrajin batik kayu,” kata mas Yuan.
Kerajinan batik kayu krebet ini dikerjakan secara estafet, dan sangat terlihat kompak. Layaknya lari estafet juga membutuhkan kekompakan. Jadi pembagian pengrajinan batik kayu krebet dibagi-bagi. Ada yang bagian membuat mentahannya, bagian khsusu tukang ngukir dan ada bagian yang bekerja khusus membatik.
Tercatat ada 55 usaha kecil menengah (UKM) yang berdiri. Dari tahun ke tahun jumlahnya mulai bertambah. “Per minggu bisa menghasilkan sekitar 2000-3000, tergantung permintaan. Hasil tidak menentu dan selalu berubah-ubah,” terang Yuli.

Lebih Pandai Orang Desa atau Orang Kota?


Foto : Elisa

Persepsi/anggapan pelajar bahwa orang yang berasal dari desa disebut “ndeso”. Orang desa diidentikkan dengan tempat tinggal yang jauh dari peradaban kota, terisolasi oleh teknologi, cupu dan dikaitkan dengan pemikiran yang kurang maju. Seperti menurut Devi Putrian, dari SMK 5 Yogyakarta, menurutnya belajar di kota pengetahuannya lebih banyak tidak seperti di desa. Berbeda dengan Tri Yuliani, salah satu siswi SMK Ma’arif Piyungan tetap bangga tinggal di desa. Anggapan orang desa kurang maju ternyata hanya anggapan semata. “Meskipun tinggal di desa, kita tetap memiliki semangat untuk terus maju. Agar tidak tertinggal dengan orang kota!” tegasnya.
Ifan Efendi dari SMK 2 Yogyakarta yang tinggal di Jolo Piyungan, jauh dari jalan utama tidak pernah berfikiran ingin menjadi orang kota, “Saya ya seperti saya sendiri, dari desa ya dari desa,” tegasnya. Giyanni Titian Permata Bulan (SMA 2 Bantul) yang juga tinggal di kawasan desa tetap bersyukur tinggal di desa. Menurutnya orang desa juga tidak kalah berprestasi dengan orang-orang kota. “Ada juga orang ndeso tetapi pemikirannya maju,” tambahnya. “Justru orang desa itu lebih toleransi dan rukun”, tambah Muhammad Anas Haidar Taufik.
Mensoal tentang anak kota yang ingin tinggal di desa, menurut Geyanni itu hal yang bagus. Karena dengan begitu mereka bisa mengenalkan lingkungan baru di lingkungan kota. Mereka bisa belajar kehidupan desa ke kota tentang kegotongroyongannya, kesopanannya dan toleransi. “Jadi kehidupan di kota tidak lagi individualis dan tidak mementingkan ego sendiri,” tambah Geyanni. Masih menurut Geyanni, orang desa dalam dunia pendidikan, justru orang desa mampu menyemangati diri sendiri lebih kuat karena tidak dipengaruhi oleh pergaulan yang terlalu bebas.

Mengutamakan Belajar Di Kota, Tempat Tinggal Di Desa


Foto : Elisa

Belajar di kota menjadi salah satu tujuan calon pelajar SMA/K/MA. Baik dari mereka yang berasal dari desa maupun dari kota. Dias Tomo F. dari SMK 5 Yogyakarta lebih memilih Sekolah Menengah Atas di kota daripada di desa. Meskipun demikian, pemuda kelas 11 kulit saat ditanya rasa kenyamanan untuk tinggal, ia lebih memilih tinggal di desa. “Di kota punya teman, tetapi seperti tidak punya teman, susah main sama teman karena rumahnya jauh semua. Jika di desakan banyak temannya dan berdekatan rumahnya”, papar lelaki yang tinggal di kawasan Prambanan saat ditanya wartawan BIAS alasannya lebih memilih tinggal di desa. Senada dengan Arivia dari STM Pembangunan, ia merasa tidak punya banyak teman.
Sekolah di tengah kota lebih memadai dan memiliki fasilitas yang lebih baik dibandingkan di desa. Kesempatan mendapatkan beasiswapun juga lebih banyak tawaran. Keuntungan tinggal di desa selain dibidang pendidikan, menurut Hilda Nur Khasanah transportasi lebih mudah di dapat. Pelajar jurusan Tata Busana di SMK Ma’arif Piyungan saat ditanya wartawan BIAS memilih ingin tinggal di kota daripada di desa. Alasan Hilda sederhana, tinggal di kota lebih mudah mendapatkan transportasi umum dan dekat dengan pusat perbelanjaan. Khori Tobrani dari STM Pembangunan keuntungan tinggal di kota adalah dekat dengan mall, supermarket dan dekat Malioboro. Meskipun tinggal di kota macet dan kadang membosankan, tetapi ia tetap ingin tinggal dikota, rela bermacet-macetan, “Soalnya kalo di desa itu kesannya horor”, celetuknya.

Cinta Itu Bisa Dipelajari



Cinta bukan games  yang sekedar dijadikan permainan. Setelah itu ditinggalkan begitu saja. Sebagian besar, mungkin sesuatu yang membahas cinta-cintaan itu dianggap kolot dan “nggak banget” atau cenggeng.
Mempelajari tentang cinta itu penting. Cinta itu berbicara hati dan perasaan. Tentu saja berbicara soal perasaan dan hati tidak akan pernah habis untuk diulas. Cinta itu bukan permainan yoyo yang dilempar, kemudian ditarik lagi. Cinta juga bukan tarik tambang yang diperebutkan.
Apakah Itu Cinta?
Banyak sudut pandang yang mencoba menjelaskan apakah itu cinta? Karena cinta itu luas. Cinta terdiri dari harapan berlebihan dari perbedaan-perbedaan satu dengan yang lainnya.
Menurut Sternberg, dikatakan cinta yang sempurna apabila memenuhi tiga aspek yaitu keintiman, gairah dan komitmen. Cinta sesuatu yang tidak bisa diwujudkan, tetapi dapat dirasakan. Bahkan simptom-simtomnya dapat dilihat lewat gerakan tubuh. secara non verbal orang jatuh cinta dapat dilihat dari intonasi suara, perlakuakn kepada orang yang dicintai, lebih memperhatikan penampilannya dan banyak juga mereka yang jatuh cinta akan mengubah sikap yang cuek pada diri sendiri menjadi lebih perhatian.
Jenis-jenis cintapun juga bermacam-macam. Ada cinta eros (hawa nafsu), lodus (mempermainkan cinta), storge (melindungi orang yang dicintai), pragma (cinta yang realistis dan logis), agape (cinta yang tanpa pamrih/cinta karena Tuhan), mania (cinta yang posesif) dan philia (cinta persahabatan).

Museum Monumen Yogya Kembali : Titik Balik Kemerdekaan Indonesia



JAS MERAH, JAngan Sekali-kali MElupakan sejaRAH”, teriak pak Gunadi, selaku historical Struggle Guide Museum Monjali. Kalimat itu diucapkan oleh Soekarno pertamakali saat di Bandara Maguo.
Siapa yang tidak mengenal Museum Monjali yang berada di Jl. Ring Road Utara Yogyakarta satu ini. Memiliki bangunan berbentuk kerucut dan bangunan yang unik. Bangunan ini ternyata bentuk dari usaha melestarikan budaya nenek moyang pada masa prasejarah atau kaum animisme (sebelum ada hindu, budha dan islam). Gunungan pada waktu itu dipercaya sebagai tempat suci buatan Tuhan dan sangat disakralkan.
Museum Monjali berdiri sejak 6 Juli 1989. Hampir 30 menit wartawan BIAS melihat dan kembali mengenang kilas balik sejarah Indonesia, sedikit bercerita. Pertamakali masuk diorama satu, disuguhkan oleh diorama tentang penyerbuan tentara Belanda terhadap Lapangan Maguo pada tahun 19 Desember 1948. Masuk ke diorama kedua suasana gelap semakin terasa, disebelah kiri terlihat diorama yang mengisahkan tentang panglima Jendral Soederman melaporkan Presiden untuk memimpin perang Gerilya pada 19 Desember 1948 berlokasi di Kepresidenan Yogyakarta.
Diorama ketiga juga mengisahkan tentang pengasingan presiden dan wakil presiden pada tahun 22 Desember 1948. Kemudian pada hari Minggu, 19 Desember 1948 di Bandara Maguo tentara Belanda berhasil menguasai Yogyakarta. Masuk ke  diorama keempat menampilkan perlawanan rakyat bersama tentara terhadap tentara Balanda dipadepokan Bantul.
Kembali lebih ke dalam, suasana semakin membuat haru, ketika berada di diorama kelima, mengisahkan konsolidasi dan pembentukan sektor pertanian di Ngoto pada 26 Desember 1948. Wartawan BIAS menikmati diorama keenam, yang menceritakan pembagian daerah-daerah Yogyakarta, dan dilakukannya pelaksanaan serangan 1 Maret 1948 di jalan pengurakan Jendral Trikora alun-alun utara. Di sini suasana terasa menegangkan, diiringi dengan suara peluru dan bising pertempuran.

Tas Di Sudut Meja



Elisa, Tabloid BIAS 3/2014

Kokok ayam bersahutan,
Sang fajar merangkak, memancarkan sinar
Nyawa perlahan berkumpul,

Pertamakali nyawa terkumpul adalah
Ponsel diraih,
Tablet mulai dimainkan,
Komputer mulai dinyalakan,

Kokok ayam tak lagi terdengar,
Suara burung pipit tak lagi berseliweran,
Hanya ada suara tawa tertahan sambil memainkan gadget

MAN 3 YOGYAKARTA : Wujudkan Sekolah Ramah Lingkungan



Memiliki keunggulan yang Islami dengan segudang prestasi baik prestasi madrasah maupun siswa-siswanya merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki MAN 3 Yogyakarta.
Dengan  visinya yaitu ULTRAPRIMA, terwujudnya lulusan madrasah yang Unggul dalam Imtak dan Iptek, TeRAmpil mengamalkan ilmu dan bermasyarakat, berkePRIbadian Matang dan Berwawasan ingkungan, sekolah yang berlokasi di Jalan Magelang Km.4 Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta ini mampu mencetak prestasi-prestasi unggul.
Baru-baru ini MAN 3 Yogyakarta mendapatakan juara sebagai sekolah Adiwiyata tingkat Nasional. Adiwiyata sendiri merupakan salah satu progam Kementrian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Maka dari itu tujuan dari progam ini adalah menjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan serta meminimalisir dampak negatif dari lingkungan hidup dengan melibatkan seluruh warga sekolah, baik guru maupun para siswanya.
Saat ini di sekolah yang memiliki 25 ruang kelas ini sedang dalam proses menuju sekolah Adiwiyata Mandiri 2014. Dalam menjalankan progamnya, MAN 3 Yogyakarta telah menyusun beberapa progam diantaranya adalah melakukan pembinaan terhadap ±15 SMP/MAN se-DIY yang diharapkan mampu maju ke Adiwiyata minimal pada tingkat kabupaten,  wakaf tanaman, penanaman 1000 batang pohon yang rutin setiap tahunnya digelar di wilayah Gunung Merapi dan Gunung Kidul, serta pembiasaan hidup bersih di lingkungan sekolah.

Bahaya Stress Untuk Remaja



Judul        : Psikologi Klinis 75% penyakit pada manusia karena pikiran, 25% karena bakteri dan faktor lain
Pengarang      :  Fr Ferry Gamgenora, S.Psi.
Penerbit          : Bajawa Press Yogyakarta
Terbit               : 2014
Pages              : 102 hlm

Memilih sekolah Menengah atas favorit memang incaran sebagian pelajar lulusan SMP. Banyak dari mereka mengalami stress dan depresi akibat dari rasa takut dan kecemasan yang terlalu tinggi, akibat dari harapan terlalu tinggi dibandingkan dengan kemampuan yang dimilikinya. Di akhir tahun ajaran, khusunya anak-anak SMA/K/MA yang duduk kelas tiga kembali dihadapkan dengan Ujian Nasional yang tidak kalah membuat si pelajar mengalami depresi. Sampai-sampai banyak dari mereka mengalami psikosomatis seperti sakit perut, sakit kepala tanpa sebab dan lain sebagainya. Hal ini terjadi karena pengaruh dari pikiran, bukan pada sekolah dan lulus atau tidaknya saat UN.
75% penyakait pada manusia karena pikiran, dan 25% karena bakteri dan faktor lain. Inilah yang ingin diulas oleh Ferry Gamagenora di dalam buku psikologi klinis. Buku ini mengulas tuntas tentang penyebab stress dan dampak stress dalam jangka lama dapat menimbulkan penyakit lain seperti Jantung dan stroke. Jantung dan stroke tidak hanya mengancam mereka yang usia lanjut, bahkan mereka yang memiliki usia yang masih muda juga bisa mengalami penyakit tidak menular dan mematikan satu ini.
Masa remaja, identik dengan kehidupan anak-anak SMA saat ini. Anak SMA dalam pergaulan sering mengalami berbagai persoalan, mulai dari persoalan pergaulan yang salah, kesulitan belajar, masalah keluarga dan masalah dengan sang pacar. Dari semua itu, masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Banyak anak SMA selama pencarian jati diri sering mengalami masalah dan lagi-lagi berujung pada depresi. Buku berjudul Psikologi klinis ini mencoba menjelaskan kenapa seseorang bisa berfikiran salah, dan berakibat pada stress. Di dalam buku ini juga dibahas tentang kesalahan berfikir dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini bisa didilihat dari kasus anak-anak SMA/K/MA yang ikut geng, suka tawuran dan suka bolos.

Pasar Kangen : Sarana Memelihara Seni Tradisi



Foto : Elisa

Pasar kangen menjadi ajang memperkenalkan tradisi dan kebudayaan kepada anak-anak muda. Konsep dari Pasar Kangen adalah Kangen-kangenan. Pasar kangen diselenggaran setiap tahun di TBY, tahun 2014 tahun yang ke-9. Kali ini Tim BIAS bertemu Edo Nurcahyo, sebagai penyelenggara Pameran Tarman Tarkam. TBY menjadi salah satu lokasi yang memang memberikan wadah “Jadi TBY sendiri berfungsi sebagai Pendopo, laboratorium dan sebagai tempat untuk pameran berbagai seni. Tujuannya untuk memelihara seni tradisi”, papar Edo Nurcahyo.
Pasar kangen tahun 2014 ada tiga kegiataan yang diselenggarakan secara bersamaan. Pertama, pasar kangen, di sini bisa ditemui penjaja kuliner tradisional, kerajinan hendikref buatan lokal dan tradisi. Semuanya bernuansa lokal Yogyakarta, yang lebih menunjukkan ciri khas dari Yogyakarta. kedua, pameran Tarman Tarkam, “Tarman Tarkam itu Antar teman, antar kampung”, papar Nur Edo Nurcahyo. Tarman tarkam dilakukan setiap dua tahun sekali yang melibatkan tujuh kampung. Tim BIAS mengobrol banyak perihal tujuan dari Pameran Tarman Tarkam, yaitu mengurangi permusuhan antar kampung lewat seni dan budaya. Pameran ini sebagai media dan penengah yang terinspirasi pada banyak persaingan antar kampung. Misalnya dengan cara menggambil kampung-kampung yang berpotensi untuk tampil dalam pameran.

Ketiga, tempat seni tradisi yang menampilkan kesenian khas Jogja. Tempat seni tradisi disediakan satu panggung, panggung inilah tempat untuk mengekspresikan kesenian/kebudayaan khas jogja seperti ketoprak, jatilan, maupun pertunjukan kesenian jawa. Saat Tim BIAS berkunjung, terlihat pertunjukan seperti foto disamping, sambil diiringi musik tradisional yang memanfaatkan kayu penumbuk padi. Tujuannya adalah memperkenalkan kesenian tradisional kepada anak-anak muda yang tidak semua orang-orang kota ada yang belum mengenal.

Di Desa Masih Banyak RTH



Banyak kalangan berujar, ruang terbuka hijau (RTH) kian sulit ditemui di Yogyakarta. jalanan macet dan banyak gedung maupun apartemen. RTH seperti dituliskan dalam UU Nomer 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang penggunannya lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh ecara alamiah ataupun sengaja ditanam. Keberadaan RTH merupakan aslah satu unsur penting dalam membentuk lingkungan kota yang nyaman dan sehat.
“Setiap main ke kota tujuannya ke mall, karena tidak ada ruang terbuka yang ramah untuk kita datang. jauh berbeda di desa, kalau di desa masih banyak ruang terbuka yang dapat diakses ecara gratis,” ungkap Asyifa Khonita., siswa kelas tiga dari SMK Kalasan yang tinggal dan terbiasa dibesarkan di desa, tepatnya di Bantul Timur.
Siswa SMA N 6 Yogyakarta Raden Bagus Suryo Kusumo, yang terbiasa tinggal di tengah kota Yogyakarta, mengaku sulit mengakses tempat bermain terbuka, sehingga lebih menikmati dan menghabikan waktu di rumah. “Kalau di dekat rumahku ada ruang terbuka hijau aku bakal sering berkunjung,” tambahnya.
Ruang terbuka hijau terbagi menjadi Ruang Terbuka hijau Lindung (RTHL) dan Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTHB). RTHL ditandai dengan tanaman yang tumbuh ecara alami melingkupi kawasan cagar alam, hutan lindung, hutan wisata, daerah pertanian, hutan bakau dan persawahan. Sedangkan RTHB biasannya didominasi perkerasan buatan dan sebagian kecil tanaman. Tujuan dari RTHB untuk menciptakan keseimbangan ruang terbangun dan ruang terbuka hijau sebagai peresapan air, paru-paru kota dan pencegahan polusi.
“Gedung, apartemen maupun mall sisi lain juga memberikan dampak hilangnya pelindung dari bumi kita sendiri,” jelas Fahmi Rumi Prasiwi, pelajar dari SMK N 1 Pengasih, Kulonprogo. Pelajar yang duduk dikelas XI ini juga berpendapat bahwa pembangunan gedung, mall dan apartemen di kawasan kota mengakibatkan lahan menjadi sempit dan memicu orang berdatangan. Dampaknya akan banyak pula kendaraan yang masuk dan polusi semakin memperparah kota, yang menyebabkan penggap, kering dan panas. (Elisa, BIAS 2/2014)

Sunday, November 16, 2014

Cinta Tidak Sih Ini?



Manusia memiliki dua pikiran, yaitu pikiran sadar dan pikiran alam bawah sadar. Pikiran sadar yang langsung berhubungan dengan logika dan rasional. Sedangkan alam bawah sadar lebih berhubungan pada emosi, intuisi, kebiasan, kreativitas dan persepsi. Perlu kita tahu, sebagian besar kehidupan sehari-hari, kegiatan kita sebagian besar 88% dikendalikan oleh alam bawah sadar, sedangkan 12% dikuasai oleh alam sadar.
Saat seseorang merasakan jatuh cinta, saat itulah orang tersebut akan merasakan rasa kagum, rasa senang, dan rasa nano-nano yang lain. Mau menembak takut, belum yakin, ragu dengan perasaannya dan lain sebagainya. Dengan analisa sok tahu saya sebagai manusia biasa yang memang tidak tahu apa-apa dengan ilmu Tuhan yang pasti. Oke, kita langsung saja mengulas perasaan cinta-cintaan.
Manusia hidup dengan emosi. Ada dua bentuk emoasi, emosi positif dan emosi negatif. Singkat cerita, (jika ingin detail penulis bahas di rencana buku yang sedang penulis garap. Bisa di lihat di sana bosok). Singkat cerita, dikatakan emosi negatif yang dikatarsiskan dalam bentuk emosi positif apabila dituangkan dalam bentuk karya. Baik dengan karya tulisan, gambar, cerpen, puisi, musik, lagu dan bentuk kreatifitas yang lain. Saat itulah, manusia masih berperang dengan alam bawah sadar dan alam sadar. Berperang antara logika atau emosi. Berperang dan masih bertanya-tanya pada diri sendiri “Apakah aku mencintainya?”, “apakah ini hanya perasaan kagum semata?”, “atau ini perasaan cinta? sayang? Atau perasaan normal seperti yang lain?”. bagaimana? Seperti itu tak apa yang dirasakan pada teman-teman? (jawab di hati saja).
Kemudian, jika ada yang bertanya, “lalu apakah aku jatuh cinta? Apakah ini perasaan suka? Lalu apa sih cinta itu?” Memang logika seringkali mengecoh, dan membuat maju mundur cantik ala Syahrini. Logika mengatakan “biasa saja” padahal dari ekspresi, tingkah laku, sikap semuanya mengindikasikan bahwa “Anda suka padanya”. Namun tetap saja kita seringkali ngeyel pada diri sendiri. Iya bukan? alhasil dan walhasil terjadilah konflik pada diri sendiri, yang memicu munculnya thesis dan antitesis sebelum menghasilkan sebuah sintesa baru dalam mendefinisikan permasalah.

Friday, November 14, 2014

Merangkai Puzzle Kehidupan dan Cinta



Pertemuan dua Insan asing satu sama lain. Bertemu dalam satu event amal di salah satu desa yang jauh dari kota. Bertemulah Tifa dan Slamet. Mereka saling sapa sekadarnya. Keduanya tidak pernah berniatan untuk mengenal lebih satu sama lain. tak ingin sama sekali. Sekedar pertemuan itu saja, dan membiarkan seperti angin lalu. Memang tidak ada kepentingan yang bakal mempertemukan mereka
***
Gaduh riuh teriakan teman-teman di suatu ruang balai desa. Tim sebelah sudah bersiap dengan motor buntutnya. Yah, inilah waktunya panitia kampung melakukan liburan bersama. Dengan gembira kami meninggalkan kampung tempat kami dibesarkan. Kali ini aku berboncengan dengan mbak popon, dan Tifa berboncengan mbak Zakiah, si mahasiswa yang KKN di kampung kami.
Mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah bersamudra, bersama teman berpetualang. Itulah sekiranya yang kita dendangkan. Perjalanan hampir memakan satu jam lebih. Perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan bagi para wanita tentunya. sangat melelahkan, hingga tiba akahirnya bertemulah di lokasi tujuan. Pantai ngobaran adalah tujuan wisata kita.
Kami bergerombol, kebiasaan aneh yang dilakukan Tifa, sering memisah dari gerombol sekedar melakukan kegiatan aneh yang beda dari kami. Ia sibuk dengan kamera dan hobinya memotret. Jejeran patung khas, disuguhi lautan yang membentang dan angin yang bergelayut tidak membuat kami berpangku tangan. Kami segera mengambil gambar, tifalah juru kameramennya. Ia terlalu obsesif dalam hal beginian.
Datanglah dua pemuda menggunakan kaos dan celana oblong mendekati Tifa. “Mbak, kamu yang ikut baksos kemarin kan?!” tanya salah satu pemuda. Tifa masih bergeming, tak mempedulikan, masa bodoh, cuek dan tidak mengingatnya. Sebelum akhirnya pecahlah suara Tifa yang heboh itu “Oh.. masnya yang kemarin itu ya. Maaf mas aku lupa!” segerombolan sempat menarik perhatian. Sebelum akhirnya saling ngobrol sana dan sini.
Saling sapa dan saling hello. Saling bertukar nomor dan sebelum pergi masing-masing seperti angin lalu. Baru diketahui, ternyata dua pemuda itu bernama Herman si cerewet dan si Slamet si pendiam. Pertemuan pertama dan kedua slamet lebih hemat berbicara. Entahlah apa yang terjadi diantara mereka. Setelah itu memang mereka tidak pernah saling bertemu lagi. Bahkan nomer yang disimpannya pun terkesan teronggokkan. Memang tidak ada kepentingan menghubungi dua pemuda tersebut
***
Waktu berlalu, Tifa sibuk dengan dengan pekerjaannya, ia juga sibuk dengan Tugas Akhir skripsinya. Tifa mengejar 3,5 masa studinya, wajar jika ia bersusah payah untuk mengejar target waktu yang ditentukan. Meskipun akhirnya, hasilnya jatuh 4 tahun. Setidkanya Tifa sudah berusaha menyelesaikannya dengan sekuat tenaga. Terlihat setiap tiga kali dalam satu minggu ia mencari referensi di perpustakaan di UGM bersama kedua sahabatnya.