Manusia memiliki
dua pikiran, yaitu pikiran sadar dan pikiran alam bawah sadar. Pikiran sadar
yang langsung berhubungan dengan logika dan rasional. Sedangkan alam bawah
sadar lebih berhubungan pada emosi, intuisi, kebiasan, kreativitas dan
persepsi. Perlu kita tahu, sebagian besar kehidupan sehari-hari, kegiatan kita
sebagian besar 88% dikendalikan oleh alam bawah sadar, sedangkan 12% dikuasai
oleh alam sadar.
Saat seseorang
merasakan jatuh cinta, saat itulah orang tersebut akan merasakan rasa kagum,
rasa senang, dan rasa nano-nano yang lain. Mau menembak takut, belum yakin,
ragu dengan perasaannya dan lain sebagainya. Dengan analisa sok tahu saya sebagai
manusia biasa yang memang tidak tahu apa-apa dengan ilmu Tuhan yang pasti. Oke,
kita langsung saja mengulas perasaan cinta-cintaan.
Manusia hidup
dengan emosi. Ada dua bentuk emoasi, emosi positif dan emosi negatif. Singkat
cerita, (jika ingin detail penulis bahas di rencana buku yang sedang penulis
garap. Bisa di lihat di sana bosok). Singkat cerita, dikatakan emosi negatif
yang dikatarsiskan dalam bentuk emosi positif apabila dituangkan dalam bentuk
karya. Baik dengan karya tulisan, gambar, cerpen, puisi, musik, lagu dan bentuk
kreatifitas yang lain. Saat itulah, manusia masih berperang dengan alam bawah
sadar dan alam sadar. Berperang antara logika atau emosi. Berperang dan masih
bertanya-tanya pada diri sendiri “Apakah aku mencintainya?”, “apakah ini hanya
perasaan kagum semata?”, “atau ini perasaan cinta? sayang? Atau perasaan normal
seperti yang lain?”. bagaimana? Seperti itu tak apa yang dirasakan pada
teman-teman? (jawab di hati saja).
Kemudian, jika
ada yang bertanya, “lalu apakah aku jatuh cinta? Apakah ini perasaan suka? Lalu
apa sih cinta itu?” Memang logika seringkali mengecoh, dan membuat maju mundur
cantik ala Syahrini. Logika mengatakan “biasa saja” padahal dari ekspresi,
tingkah laku, sikap semuanya mengindikasikan bahwa “Anda suka padanya”. Namun
tetap saja kita seringkali ngeyel pada diri sendiri. Iya bukan? alhasil dan
walhasil terjadilah konflik pada diri sendiri, yang memicu munculnya thesis dan
antitesis sebelum menghasilkan sebuah sintesa baru dalam mendefinisikan
permasalah.