Thursday, October 30, 2014

Ketika Pasutri Memandang Kehidupan Jombloer Yang Tampak Bahagia




Hai kamu, iya kamu – pemuda pemudi – yang masih single. Puasin waktu kalian yang masih belum menikah. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Jika ingin bermain, bermainlah sejauh mungkin, sesuka kamu. Jika ingin bekerja, bekerjalah sebaik mungkin. Jika ingin membeli baju, belilah baju sebanyak dan sesuka kamu. Jika ingin mencari pengalaman, carilah sebanyak mungkin pengalaman. Karena, setelah menikah, kau tidak akan mendapatkan kesempatan yang sama. Sekalipun ada, itu terbatasi dan tidak maksimal. Karena konsentrasi terpecah antara membersihkan rumah, mengurus suami, mengurus anak, sebagian lagi ada juga yang masih mengurus mertuanya.
Mungkin saat ini kalian (termasuk saya), iri melihat mereka yang sudah memperoleh pasangan. Atau ingin merasakan kebahagiaan mereka yang mesra dengan pacar/suami/istri mereka. Kita (gue saja, nggak lagi nunjuk-nunjuk deh) GUEEE selalu mengharu biru dan nangis darah serta iri melihat mereka. Tetapi, justru mereka pasutri muda iri dengan kita (jombloer) yang masih tertawa haha hihi nana nini, jengkulit sana dan jengkulit sini.
Sebagian pasutri muda iri dengan tawa, narsis alai, narsis loncat jurang dan narsis yang lainnya. Nah lo, ternyata yang harus berhati-hati bersikap selain mereka pasutri atau non jombloer agar tidak menyinggung, seorang jombloer juga harus menjaga sikap kepada mereka yang sudah menikah. Agar tidak menimbalkan iri dan nanah dihati yang tidak-tidak (Lebai ya?? ^_^ ).

Saturday, October 25, 2014

Masalah Tidak Memandang Dia Bodoh atau Berilmu!



@Foto : Elisa

Seseorang yang memiliki banyak ilmu tidak selalu bisa bersikap bijaksana jika belum pernah merasakannya sendiri. Salah satu cara agar mampu merasakannya dengan cara mengalami sendiri. Ibarat gelas yang terisi air penuh, air akan meluber. Karena orang yang pintar hanya dijejali oleh banyak spekulasi, ilmu dan pendapat saja – kita harus tahu, buku terbitan adalah salah satu bentuk opini, spekulasi Si penulisnya. Tidak ada satupun buku yang 100% benar, jaminan itu. Hanya satu yang bisa dipastikan kebenarannya, yaitu Kitab Suci!. Itulah selama ini kita membaca buku dan mempelajari teori, sebenarnya mempelajari pikiran dan pendapat orang lain – untuk bisa merasakannya harus dengan membuang semua air di dalam cangkir itu.
Beberapa hari yang lalu saya melihat sebuah ulasan tentang filosofis padi berisi akan semakin merunduk. Apabila seseorang yang memilik banyak ilmu, harusnya semakin merunduk. Namun ada juga yang menggunakan filosofi pohon bambu, Semakin tumbuh tinggi, maka akar semakin kuat mencengkram tanah. Namun setiap pucuk bambu itu selalu lunak. Menggambarkan seseorang yang semakin berilmu semakin kokoh kuat tetapi tetap bersikap tidak sombong.
Para peneliti psikologi sosial berkesimpulan bahwa, pada dasarnya manusia terprogram untuk memonitor dan menjadi sensitif terhadap informasi sosial ketika kebutuhan mereka untuk diterima tidak terpenuhi. Perasaan ditolak dan tidak diterima ternyata tidak pandang bulu. Bisa saja menyerang mereka yang bodoh dan yang berilmu. Sebagian orang yang berilmu dan mampu memahami diri dengan baik, ia bisa bersikap seperti dua paragraf diatas. Namun, banyak pula orang yang berilmu bersikap sama bodohnya dengan orang-orang yang bodoh.
Rasa kesal, marah dan perasaan negatif yang lain lebih banyak mengingat kejadian sosial yang bersifat positif dan negatif. Berbeda dengan orang yang tidak pernah merasakan perasaan negatif, tidak banyak informasi yang diingatnya. Baron & Bryne juga pernah menjelaskan, manusia juga lebih mudah mengingat informasi negatif daripada informasi positif. Alasan kenapa informasi negatif lebih mudah diingat sebagai mekanisme pertahanan diri. Kembali lagi, manusia sebagai monitoring untuk hidupnya sendiri. Ibarat mesin seismograf yang memantau getaran bumi.

Monday, October 6, 2014

Aksi Corat-Coret Yang Meresahkan



Vandalisme sering menyebabkan geram masyarakat. Aksi vandalisme merupakan ekspresi bebas yang salah tempat, itulah pendapat Tika, salah satu pelajar dari Sadewa. Vandalisme ada sejak zaman romawi kuno yang memiliki kebiasaan merusak. Vandalisme itu sendiri cakupannya luas, seperti mural, grafiti dan aksi coret-coret yang lain. “Mungkin mereka melakukan seperti itu karena butuh eksistensi atau karena mereka tidak memahami dan menyadari perbuatan mereka itu menganggu tempat-tempat umum”, jawabnya saat ditanya wartawan BIAS perihal aksi vandalisme menurutnya.
Berdasarkan pengamatan Wartawan BIAS, tepatnya di jembatan Janti di tahun 2013 sempat terjadi aksi yang menarik, semacam terjadi aksi kucing-kucinggan. Jadi setiap pukul 08.00 WIB saat melintasi jembatan Janti saat ingin kuliah, banyak pekerja jalanan mengecet tembok jembatan Janti. Sehari pengecetan selesai, saat kembali melintasi jembatan Janti dilain waktu, tembok yang kemarin pagi dicat sudah dipenuhi corat-coret. Beberapa hari setelah tembok dicorat-coret. Pagi hari di pukul yang hampir sama, sekitar pukul 08.00 WIB pekerja kembali mengecet, dan akhirnya dicorat-coret lagi. Hal ini terjadi beberapa kali.
Bondan Cahyo Saputro, dari SMK N 2 Depok Sleman berpendapat bahwa ia tidak melihat sisi positif dari vandalisme. Bondan pun membenarkan bahwa aksi yang wartawan BIAS di jembatan layang Janti sebagai aksi kegiatan corat-coret yang membuat lingkungan tidak indah. “Vandalisme itu aksi corat-coret yang tidak pada tempatnya dan menganggu pemandangan”, tambah Novian Banu Saputra. Siswa dari SMA N 9 Yogyakarta inipun juga beranggapan sama dengan Cahyo, dari sisi positif tidak ada. Menurutnya corat-coret di sebuah tempat memicu pengrusakan yang lebih parah “Apalagi corat-coret yang menuliskan nama geng yang ada disekolah, dapat memicu aksi kriminalitas bahkan memicu tawuran antar pelajar”, tambahnya.
Cahyo lebih suka aksi Mural yang berbentuk positif, “Misalnya yang bertemakan budaya”, jelasnya. Bentuk mural dapat dilihat di beberapa titik di Yogyakarta, misalnya di kawasan Kridosono dan lempuyangan. Harapan Cahyo kedepannya, Pemerintah dan lembaga pendidikan sekolah memberikan sarana untuk menyalurkan bakat dengan cara yang lebih baik, misalnya mengadakan lomba mural. Sedangkan untuk Novian Banu Saputra, berharap ke depannya lebih mencintai lingkungan. (Sito & Elisa, BIAS Ed. 2, 2014)

TIPS MEMBUAT STATUS YANG BERMANFAAT



Foto : Ist
Membuat status hanya ajang pamer sudah biasa dan tidak ada yang istimewa. Salah satu tampil beda dalam berstatus di jejaring sosial adalah berstatus informasi yang bermanfaat, selain memberikan keuntungan yang membaca juga menguntungkan diri sendiri. Bagaimana tipsnya? Kita intip yuk :
Kenali Hobi Dan Rasa Ketertarikan Diri
Apabila hobinya menulis, update status yang bermanfaat adalah memberikan informasi seputar menulis. Misalnya megulas bagaimana awal tulisan pertamakali diperkenalkan, sejarah menulis, menulis yang baik dan benar dll
Belajar Sambil Update Status
Gadget menjadi kebutuhan pokok untuk saat ini, tidak ada salahnya memanfaatkan gadget sebagai ajang belajar. Sambil update status, ingat pelajaran yang diajarkan dikelas dan ditulis distatus. Karena dengan cara menuliskan kembali informarsi yang sudah didapatkan, memudahkan untuk proses pengingatan dalam jangka panjang.
Ekspresif Dan Imajinatif
Media sosial adalah  media terbuka dan terbebas, tidak ada kaidah yang tertulis secara jelas harus update seperti apa adan bagaimana. Semua orang bebas mengekspresikannya. Jika sebagian memanfaatkan jejaring sosial sebagai ajang pamer saja, tidak ada salahnya kita isi dengan variasi isi yang lebih menginspirasi dan bermanfaat bagi pembaca.
Inilah beberapa tips membuat status yang berkualitas. Ingat, isi status mencerminkan kepribadian penyetatus. Menariknya, beberapa perusahaan menjadikan status sebagai daftar riwayat hidup sipemilik sosmed untuk mengetahui etos kerja dan karakternya. Jadi mulai sekarang mulai jaga isi status dengan hal baik ya. (Elisa, Tabloid BIAS edisi 1, 2014)