Sunday, August 24, 2014

SMK SADEWA : Sekolah Berbasis Keperawatan


@Elisa

SMK SADEWA mengusung sekolah berbasis Keperawatan. Sekolah yang berada di komplek Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta ini ternyata banyak diminati pelajar Yogyakarta. Tepatnya berada di Proklamasi No. 1 Babarsari. SMK SADEWA salah satu  Sekolah Menengah Kejuruan yang baru berdiri dua tahun yang lalu (2012), meskipun demikian animo peserta yang mendaftarkan kesekolah ini cukup banyak.
Nuryadin, Selaku Kepala Sekolah SMK SADEWA memaparkan bahwa kelebihan Sekolah ini adalah salah satu sekolah yang berbasis kesehatan, sekolah yang pertamakali di kawasan Sleman. Tidak hanya itu, sekolah yang memiliki rumahsakit SADEWA memanfaatkan peserta didiknya untuk melakukan praktekkum di rumah sakit SADEWA itu sendiri, karena masih satu atap dengan rumah sakit SADEWA. Meskipun sekolah berbasis kesehatan keperawatan, ada beberapa ekstrakurikuler seperti Palang Merah Indonesia (PMR), Olahraga, Pramuka dan Karya Ilmiah (KIR).
“Latar belakang berdirinya sekolah kesehatan karena banyak rumah sakit yang bertebaran di Yogyakarta. mereka membutuhkan tenaga bantu yang lulusan bawah, bukan lulusan S1 maupun D3. Sehingga peluangnya masih sangat terbuka lebar”, imbuh Kepala Sekolah yang berpawakan tinggi gagah ini.
Sekolah yang didirikan oleh salah seorang Dokter bernama Pak Harto dan Bu Reni, sekaligus sebagai Bupati Kulonprogo dan pemilik rumah Sakit SADEWA, alasan lain didirikan sekolah menengah kejuruan ini bentuk nyata bentuk dharma bakti rumah sakit SADEWA. Nuryadin saat ditemui reproter BIAS di ruang Tamu SMK SADEWA bahwa ini adalah bentuk dari kewajiban Rumahsakit untuk menularkan ilmu kepada para penerus negeri dalm bidang kesehatan.

Haornas ke-30 Bangkitkan Semangat Berolahraga


@elisa

Puncak memperingati Haornas yang ke-30 dihadiri langsung oleh Presiden Republik Indonesia dan dihadiri pula oleh Sri Sultan Hamengkubuono ke X. Puncak Haornas diselenggarakan di Lapangan Mandala Krida sekitar pukul 12.00 hingga 16.00 WIB dengan tema olahraga membangun karakter bangsa. Banyak rangkaian acara yang diselenggaran dalam acara ini, baik seblelum puncak Haornas maupun setelahnya. Misalnya melakukan acara bedah buku, pertandingan dan banyak lain. Sebelum acara inti dimulai, ada beberapa pertunjukan.
Lapangan Mandala Krida di penuhi oleh pelajar yang ada di Yogyakarta. kemeriahan semakin terasa ketika acara puncak juga menampilkan beberapa pertunjukan, antara lain pertunjukan drum band yang dibawakan dari Lanud Adhisucipto. Pertunjukan barongsai, dan ada pula pertunjukan pencak silat. Terkahir ditutup dengan pertunjukan terjun payung. Kemeriahan semakin semarak ketika satu persatu penerjun payung landas di tengah-tengah stadion Mandala Krida, riuh teriakan anak-anak mengema, diiringin tepuk tangan yang saling bersahut-sahutan.
Setelah menunggu cukup lama kedatangan Presiden RI, sekitar pukul 15.20 WIB akirnya SBY bersama Ani Yudhoyono hadir, memasuki singgasana. Setelah itu diiringi dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama paduan suara dari UGM dan diiringi orkestra dari SMKN 2 Kasihan Bantul. Di samping Presiden RI terlihat pula Mentri Olahraga KRMT Roy Suryo dan Sri Sultan Hamengkubuono ke X. Adapun dibangku lain terdapat beberapa mentri yang juga hadir dalam peringatan Haornas ke-30. Misalnya mentri koordinator kesejahteraan Rakyat, agung Laksono dan beberapa tokoh lain seperti pelatih sepak bola Nasional dan tokoh parpol yang lain.

Penganugrahan 523 Atlet Berprestasi


@snowlife-elisa

Penganugrahan atlet terbaik diberikan pada puncak hari Haornas. Kamis, 17 Oktober 2013 di Rich Hotel berlangsung meriah dan lancar. Terbagi menjadi tiga golongan pemberian penghargaan, yaitu pelatih atlet terbaik, mantan atlet terbaik dan atlet terbaik yang masih aktif saat ini.
Penganugrahan atlet terbaik dihadiri oleh beberapa orang-orang penting, salah satunya adalah KRMT Roy Suryo. Dihadiri pula dari Debutpi bidang prestasi olahraga, Joko Pekik, dan Debuti budaya pemuda Abdulah Sidarto. Adapun beberapa pengurus lain yang juta mengikuti dan memeriahkan penganugrahan satu ini, seperti ketua pemuda dan olahraga.
Terdapat 523 mantan atlet berprestasi yang mendapatkan penghargaan. Penyerahan diberikan langsung oleh Roy Suryo. Dalam penyerahan penghargaan tersebut adapula atletik yang berprestasi yang berasal dari Sekolah Dasar, SMP hingga SMA. Peserta yang datang dalam penyerahaan penghargaan tersebut hanya para atlet yang berhasil menjuarai hingga tingkat Internasional.
Usai penyerahan penghargaan kepada para mantan atlet berprestasi, Roy Suryo memaparkan pengharhargaan ini sebagai reward untuk para atlet. “Tidak ada kemenangan kelompok, individu maupun kemenangan kelas, tetapi ini adalah kemenangan untuk semua Indonesia,” tambahnya saat memberikan sambutan.

Thursday, August 21, 2014

Dusun Kasuran : Anti Tidur Di Kasur



Tim BIAS seusai wawancara dgn Ibu Wartilah

Warga dusun Kasuran tidur tanpa kasur sejak 600 tahun yang lalu. Kebiasaan ratusan tahun ini ternyata sudah menjadi sebuah hal biasa. Alasan warga dusun Kasuran tidak tidur di kasur karena ada suatu kepercayaan dari nenek moyang mereka yang melarang tidur di kasur. Barangsiapa yang tidur memakai kasur akan mengalami kejadian buruk. Salah satunya yang dialami oleh mahasiswa UII saat KKN di desa kasuran. Mereka melanggar aturan adat di desa kasuran, akhirnya malamnya, tiga mahasiswa tersebut langsung kesurupan seketika.
Wartawati Tabloid BIAS memutuskan bertemu Dusun Kasuran yang berada di Margodadi, kecamatan Sayegan ini dulunya dusun Jaron. Ibu Wartilah, itulah nama Dukuh yang kita temui. Kami sengaja mengorek dan memastikan tentang kepercayaan adat yang beredar saat ini. Beliau menuturkan bahwa sejarah munculnya mitos ini berawal dari kedatangan Kanjeng Sunan Kalijaga ketika datang di dusun Jaron, tepatnya sekitar 600 tahun yang lalu.
Kedatangan Kanjeng Sunan ke dusun Jaron dalam rangka penyebaran agama Islam. Kanjeng Sunan Kalijogo tinggal beberapa waktu, cukup lama di rumah Dhejali. Kanjeng sunan meminta agar disediakan kasur dan guling sebagai tempat tidur selama istirahat di dusun. Waktu itu mayoritas masih beragama Hindu dan Budha. Kedatangan Kanjeng Sunan pun akirnya menyebar. Soncodalu adalah sosok orang yang tidak suka akan kedatangan Kanjeng Sunan, akirnya Soncodalu pun mengirimkan santet kepada Kanjeng Sunan. Dimana santet tersebut mengenai kasur dan guling yang digunakan tidur Kanjeng Sunan. Akibat santet tersebut, Kanjeng Sunan merasakan tidak enak badan, dan gregas-greges.

Kali Opak Laboratorium Geologi



Jembatan tua dan tampak rapuh di sungai Kali Opak
Bebatuan terbentuk dua masa berbeda (Foto : Elisa)
ini memiliki banyak sejarah fenomenal. Farhan Binar S. salah satu Mahasiswa Geofisika UGM memaparkan bahwa lokasi ini ternyata menjadi laboratorium Geologi.  “Bahkan tidak Cuma Arkeolog yang datang di tempat ini, tetapi semua Geoscientist. Bahkan tidak hanya dari UGM, tetapi dari tempat lain,” paparnya.  Bebatuan yang bertengger tersebut karena aktivitas magma Gunung Api Purba di Watuadek sejak puluhan tahun yang lalu. Lebar sungai ini sekitar 1 meter dengan kedalaman kurang lebih 1-2 meter. Dimana terdapat batu-batuan kars dan pepohonan yang rimbun. Memberikan kesan keteduhan.
Farhan, itulah sapaan akrabnya, bebatuan di kali Opak ini disebut sebagai batu lava bantal atau Pillow Lava. Pillow Lava terbentuk akibat erupsi yang kemudian bersentuhan langsung dengan media air laut. Proses pembekuan ini berlangsung secara tiba-tiba, akibatnya membentuk mineral yang terkandung di dalamnya tidak terpilah dengan baik. Saat lava mengalami pendinginan secara serentaK oleh air laut, bagian kulit mengalami pembekuan secara hidrostatis, sehingga jadilah batuan beku, biasannya memiliki komposisi basalt yang bersifat asam.

Kampung Sayur : Membentuk Mental Lewat Menanam Sayur



@Elisa

Kampung sayur tidak hanya berfokus untuk menanam sayur dan memanfaatkan lahan sempit, tetapi lebih kepada perilaku sikap mental warga kampung sayur yang berada di jalan Patehan Kidul 12. Muhammad Sofyan sebagai ketua RW 5 mengungkapkan bahwa, format konsep secara tehnis kampung sayur tidak hanya konsep menanam saja tetapi prosesnya selama merawatnya. Tidak hanya itu, Pak Sofyan, itulah nama akrab Wartawan BIAS menyapanya, mengungkapkan pula bahwa program menanam sayur membentuk perilaku sikap mental warganya, “Dulu sebelum ada kesadaran menanam sayur Rt satu dengna RT yang lain tidak kenal, kini dengan program kampung sayur tersebut ibu-ibu antar RT menjadi saling kenal!” paparnya kemudian.
“Kita setiap sore kumpul di sini seperti mbak, jadi saling kenal dan ketika suntuk bisa kumpul sama warga lain di tempat ini”, Jawab Ibu RW saat ditemui di Kebun Induk bersama ibu-ibu yang lain.

Muhammad Mishbahuddin : Mengejar POPNAS Judo




Muhammad  Mishbahudin atau akrab disapa Udin, adalah siswa SMA N 2 Bantul yang cerdas dan berprestasi. Jika dilihat dari penampilannya, tidak ada yang menyangka jika Ia memiliki segudang prestasi. Anak terakhir dari tiga bersaudara ini ahli dibidang olahraga Judo. Ia mendapatkan prestasi dari berbagai tingkat karena keahliannya. Mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat nasional. Prestasi yang paling membanggakan dari penggemar nasi goreng ini adalah juara tiga Nasional  di Bandung pada tahun 2013.
Putra dari pasangan Jufron (Almarhum) dan Trimaratun ini telah menyumbangkan sekitar 8 penghargaan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Judo telah membawa nama Udin menjadi salah satu murid yang membanggakan sekolah dan keluarga. Ekstrakuler Judo ditempatnya belajar belum ada, maka Udin berusaha berlatih sendiri untuk mencapai hal tersebut. Kesibukannya berlatih judo tidak mengurangi kapasitasnya belajar.

LA TAHZAN : Diantara Satu Kesulitan Ada Dua Kemudahan



Genre              : Drama, Romantis
Produksi           : Falcon Pictures
Durasi                :100 menit
Sutradara         : Danial Rifki
Penulis            : Jujur Prananto
Release           : 2 Agustus 2013
Pemain            : Joe Taslim, Atiqah Hasiholan, Ario Bayu, Nobuyuki, Suzuki, Piet, Pagau, Dewi Irawan, Prilly Latuconsina.



Diadaptasi dari sebuah buku berjudul “La Tahzan for Student” (Janga Bersedih) film ini menceritakan tentang sebuah cinta segita yang terjadi pada Viona (Atiqah Hasiholan), Yamada (Joe Taslim) dan Hasan (Ario Bayu) di negeri Sakura, Jepang.
Berawal dari sebuah mimpi yang sama yaitu belajar di negeri Jepang, Viona dan Hasan dua sahabat dari kota Bandung ini ternyata saling memendam perasaan cinta satu sama lain. Namun, Hasan terkesan kurang tegas dalam hubungan tersebut dan hal itu membuat Viona merasa gamang. Sampai pada suatu saat Hasan memilih jalannya sendiri untuk pergi ke negeri Matahari Terbit dan meninggalkan Viona dengan berjuta pertanyaan. Meski kesal, tak lama kemudian Viona juga terbang ke Jepang guna melanjutkan progam sekolahnya yaitu belajar sambil bekerja. Sesampainya di Jepang Viona secara tak sengaja bertemu dengan seorang fotografer freelance keturunan Indonesia Jepang yang dapat berbahasa Indonesia, Yamada. Hal ini membuat Viona merasa tidak asing lagi tinggal di Jepang.
Setiap Minggu mereka saling meluangkan waktu untuk bertemu yang akhirya membuat mereka saling akrab satu sama lain. Karena keakraban tersebut Viona meminta bantuan kepada Yamada untuk mencari Hasan, teman lamanya yang juga tinggal di Jepang. Usaha pencarian tersebut ternyata tidaklah mudah, Hasan memiliki masalah ke imigrasian yang membuatnya berkali-kali pindah kerja dan tempat tinggal. Sampai pada suatu ketika pencarian itu menunjukkan hasil. Namun di hari saat mereka bertemu, Hasan justru menghindar, membuat Viona kesal. Rupanya ia tak punya nyali akan keadaannya sekarang.

Suka Buku tidak Selalu di Perpustakaan



Nirmalasanti Anindya Pramesti memilih buku fiksi karena mampu mengembangkan daya imajinasinya. Pelajar yang duduk di SMAN 2 Playen juga suka cerita wayang seperti anak bajang menggiring angin dari Sindhunata dan novel Herry Potter. Pelajar yang memiliki hobi menulis ini seriing memanfaatkan dengan cara membaca buku fiksi untuk memancing daya imajinasinya dan kembali memunculkan ide.
Begitupun dengan Ika Widayanti, ia lebih memilih buku novel. Siswa yang mengambil jurusan keperawatan di SMK Sadewa lebih suka membaca buku novel yang bertajuk horor dan romantis. Membaca cerita horor memberikan tantangan dan cukup membuat Ika penasaran dengan jalan ceritanya. “Tidak takut, justru semakin penasaran dengan endingnya mbak,” jawabnya saat ditanya wartawan alasan dia menyukai buku horor.
Nirmalasanti dan Ika Widayanti memilih membaca buku fiksi, berbeda dengan Ulin Nuha, siswa yang sekolah di SMK N 1 Pleret, suka membaca buku-buku non fiksi, seperti buku motivasi. Alasan Ulin membaca buku ini pun sederhana, karena dapat memotivasinya. “Karena asyik mbak, tambah ilmu tambah pengalaman dan tambah motivasi,” tambahnya.

Bangga Masuk Geluti Matematika, Fisika, Dan Kimia


@Elisa

Matematika, Fisika dan Kimia salah satu  matapelajaran yang sebagian pelajar di Yogyakarta sebagai salah satu jurusan yang menakutkan. Angka menjadi momok beberapa pelajar yang tidak menyukainya, biasannya mereka akan lari ke kelas IPS. Pecinta IPA ternyata cukup banyak, dan ada pula yang lebih mudah belajar menggunakan angka seperti IPA dibandingkan IPS. Seperti yang diungkapkan oleh Luhsita Gading (17 Tahun) yang tidak tertarik dengan pelajaran IPS, “kalo pelajaran yang banyak tulisan itu bikin pusiiing. Harus ada angka-angkanya,” tutur pelajar dari MAN 3 Yogyakarkta.
Anam Hamdan Hasbulloh salah satu pelajar yang memutuskan masuk kelas IPA karena tidak suka dengan hitung menghitung. Pelajar dari MAN Godean ini sengaja masuk kelas IPA karena tidak suka pelajaran Fisika, “biar terbiasa sama Fisika dan biar aku suka sama Fisika. Aku juga udah memikirkan resikonya sebelum memutuskan masuk IPA, dan aku yakin bisa menghadapinya,” Jelas salah Anam yang hobi bermain badminton.

Meyalin Buku Sambil Belajar



Desi Novitasari membiasakan diri mencatat materi pelajaran yang paling penting, kemudian ditempelkan di tembok, pintu, meja makan dan ditempel di kamar. Pelajar yang duduk kelas satu jurusan Farmasi yang identik dan sarat akan angka. Desi yang sekolah di SMK Sadewa ini mengaku mengalami kesulitan belajar dalam hal hitung menghitung, itulah alasannya melakukan metode belajar dengan gayanya, agar tidak tertinggal dengan teman-teman yang lain.
Ada metode belajar yang lebih unik, seperti yang dilakukan oleh Ulinuha, cara ulin belajar pelajaran yang menurutnya sukar, ia sengaja membawa buku campuran. Jadi buku campuran inilah yang dimanfaatkan ulin untuk mencatat pelajaran. Sesampai di rumah, ulin menyalin ke buku khusus, sambil menyalin sekaligus belajar dan kembali mengulang pelajaran, “Biasannya habis subuh belajar, kalo masih belum paham baru menanyakan kepada gurunya mbak,” tambahnya.
Jika Desi Novitasi merasa kesulitan belajar matematika, maka Ika Widayanti dari SMK N Muhammadiyah 1 Wonosari justru mengalami kesulitan saat belajar Bahasa Inggris. Begitupun dengan Ulinuha yang sekolah di SMK N 1 Pleret Bantul ini, ia justru menyukai pelajaran matematika, alasan Ulin menyukai matematika karena jawabannya pasti. Berbeda dengan pelajaran Bahasa Indonesia, menurut Ulin bahasa Indonesia sulit untuk dipelajari karena terlalu banyak pengertian dan jawabannya tidak bisa dipastikan.

Benang Merah Mafiki : IPA vs IPS


@snowlife-elisa

Agnes Doremcoko Simange, salah satu pelajar kelas X Keperawatan 2 dari SMK Sadewa, Mafiki adalah salah satu pelajaran yang banyak disukai oleh para pelajar. Mafiki memiliki kepanjangan Matematika, Fisika dan Kimia. Agnes saat ditemui di sekolahnya mengaku alasannya masuk ke Sekolah Kejuruan keperawatan karena menyangkut tentang dunia Fisika, Kimia “Meskipun tidak serumit dan sebanyak pelajaran IPA di SMA, setidaknya ada cabang ilmunya di ilmu kelas keperawatan,” tambahnya.
Agnes bukanlah salah satu pecinta mafiki holic, tetapi ia cukup menikmati salah satu cabang ilmu dari mafiki di keperawatan. Saat ditanya alasannya dia masuk di sekolah keperawatan karena Agnes tertarik dan ingin mempelajari lebih luas mengenai beberapa penyakit yang timbul dan cara penyembuhannya. Mafiki salah satu pelajaran yang cukup menarik jika dikaitkan dengan keperawatan, mulai dari perhitungan diagnosa yang membutuhkan ilmu matematika, fisika dan kimia. Misalnya pada pelajaran kimia bisa membahas tentang reaksi kimiawi di dalam tubuh manusia itu sendiri, mengetahui kandungan obat yang tepat diberikan kepada pasien. “Ya pentingnya kita bisa mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak tahu. Awalnya sulit, tetapi lama kelamaan tidak sulit,” jelasnya.

Liburan Cerdas Dengan Kocek Murah, Ilmu Melimpah


Museum Monjali @snowlife-elisa

Yogyakarta salah satu kota yang menawarkan banyak objek wisata menarik. Banyaknya turis lokal maupun internasional yang menikmati tempat-tempat wisata yang ada di Yogyakarta sebagai lokasi liburan cerdas para pelancong. Tempat wisata yang ditawarkan mulai dari wisata alam, wisata belanja, sampai beberapa tempat wisata yang memiliki nilai bersejarah seperti candi yang sarat ilmu pengetahuan.
Liburan Cerdas saat ini memang penting. Dari segi finansial dan ilmu yang akan di dapatkan dari liburan cerdas di Yogyakarta sebanding. Secara finansial ekonomi Yogyakarta bisa dibilang tiket masuk ke objek wisata tergolong murah meriah. Tidak hanya itu, objek wisata yang tawarkan pun dapat menambah ilmu pengetahuan para pengunjungnya.
Terdapat 30 situs tempat wisata bersejarah di Yogyakarta, meliputi candi, Keraton, dan beberapa peninggalan pada masa terdahulu seperti situs mangir dan gua. terdapat 31 musium yang tersebar di Yogyakarta, meskipun beberapa musium mengalami vakum. Ada 22 objek wisata pantai yang ada di Yogyakarta, dan setiap pantai ini memiliki sejarah dan mitos sendiri-sendiri. Wisata air terjun terdapat sekitar 10 titik lokasi, ada pula tempat wisata belanja di Yogyakarta yang banyak dikunjungi, ada sekitar 7 titik, tempat wisata alam 11 titik, dan ada beberapa tempat wisata lain seperti kebun binatang, wisata rohani dan desa wisata[1].
Dari data di atas menunjukkan hampir setiap sudut Yogyakarta memiliki daya tarik tersendiri. Sekian banyak pilihan wisata, ada yang menawarkan banyak ragam. Banyaknya objek wisata memiliki prokontra. Mulai masalah tempat wisata yang disalahgunakan menjadi tempat-tempat yang tidak benar, misalnya disalahgunakan untuk ajang pacaran, disisi lain lokasi tempat wisata tersebut jika dipelajari memiliki banyak nilai sejarah yang patut untuk di jaga.
Salah satu contoh liburan cerdas yang ada di Yogyakarta, berlibur di musium, candi, bahkan berlibur di pegunungan pun akan bisa menambah ilmu pengetahuan. Salah satu contoh tentang liburan ke gunung purba, dari gunung purba setidaknya menjadi tahu proses terbentuknya gunung berapi saat masih aktif, mengetahui proses dahsyatnya letusan yang merubah teritorial di sekitar gunung, mengetahui kandungan bebatuan setelah ribuan tahun gunung meletus dan gunung sebelum mati. Ini hanya salah satu liburan cerdas.

Geluti MAFIKI sejak SMA Agar Mudah Cari Kerja Dan Kuliah


@Foto : Elisa

Geluti mafiki agar bisa masuk keperguruan tinggi dan mudah mencari pekerjaan. Nilam Widayanti, salah satu SMA N 1 Imogiri berpendapat bahwa ia suka dengan IPA karena memliki peluang untuk meneruskan pendidikan yang lebih tinggi, “Seperti telkom banyak ditbutuhkan dari jurusan jurusan Matematika, Fisika dan kimia (IPA), dan ips gak bisa masuk,” tambahnya.
Ilham Fadhil, SMA 1 Patuk juga mengeluarkan pernyataan yang sama dengan Nilam Widayanti. Pelajar yang berpawakan kalem ini suka dengan mafiki karena faktor peluang. Ilham, sapaannya, dia mengaku pelajaran Matematika, Fisika, Kimia salah pelajaran yang dibilang susah-susah gampang. Dikatakan susah ketika tidak hafal dengan rumus dan jalan keluar mengerjakan soal, dan gampang jika sudah mengetahui kuncinya. “Pentingnya mafiki dalam kehidupan sehari-hari membentuk disiplin dan lebih rajin,”
Nilam, itulah penulis memanggilnya. Siswa yang lahir di Birayang Barat, 17 Juni 1996 berpendapat bahwa banyak para pelajar yang mengalami kesulitan dalam belajar, terutama mafiki, karena banyak rumus yang harus dihafalkan dan dikuasainya. Bagi pelajar jurusan IPS hampir kebanyakan yang mengalami kesulitan belajar Mafiki, begitupun sebaliknya. “Sebenarnya cara mengatasinya saya mengulang mata pelajaran sendiri di rumah, atau mengikuti bimbingan belajar di luar,” katannya.
Nur Aini, salah satu guru IPA di SMK Budhi Dharma juga salah satu guru Fisika di STM Muhammadiyah Piyungan bercerita bahwa mafiki penting dalam kehidupan sehari-hari. “sebenarnya menyenangkan, mungkin yang ditakutkan para pelajar karena banyak rumus dan anak tidak mau repot dengan rumus,” tambahnya. Guru fisika yang difavoritkan siswanya ini memiliki rahasia agar anak-anak menjadi lebih tertarik dan mudah memahami pelajarannya, yaitu dengan cara memberikan soal, “Anak suruh maju tar dikasih poin. Yang lain juga bisa maju biar   poin. Saya buat penjelasan sesistematis mungkin dddan di kasih contoh soal lengkap dengan jawaban  yang bisa dipahami. Kalo tidak pake metode unjuk kerja jadi anak akan lebih tertarik!” paparnya.

PASKIB Sebagai Ajang Bergengsi Pelajar


Foto : Elisa

Pasukan pengibar bendera menjadi impian para pelajar. dapat terjaring dan masuk di dalam pasukan Paskibraka ternyata menjadi prestasi tersendiri bagi kalangan pelajar. Penyeleksian yang ketat menjadikan Paskibraka ini semakin bergengsi dimata pelajar. Beberapa syarat jika ingin menjadi paskib mulai tes Kesehatan, Tes Pengetahuan fisik, Pengetahuan Berbahasa dan nilai rapot.
Sri Winarsih pelajar SMK Saptosari saat ditemui wartawan BIAS di pantai Ngobaran tanggal 19 Agustus 2013, mengungkapkan keinginannya untuk bergabung dalam pasukan paskibraka. “Kemarin sempat mengikuti seleksi pelatihan Paskibra tingkat Gunungkidul, tetapi tidak terpilih karena tingginya tidak memenuhi syarat” tambahnya.
Senada yang diungkapkan oleh Ayu dari SMA 2 Wates yang kemarin sebagai pembawa Baki di Gedung Agung Kepresidenan Yogyakarta, menjadi pasukan paskib cita-citanya sejak kecil, “Jadi awalnya tidak mengenal paskibraka, dulu hanya sering melihat pengibaran bendera di televisi, baru setelah SMA inilah dikenalkan paskibraka oleh kakak kelas, dan Alhamdulillah tahun ini dipercaya dan terpilih bergabung menjadi pasukan paskibraka mewakili sekolah”, paparnya panjang lebar.
“Pingin jadi seperti mereka, tampil gagah dan menjadi pelajar istimewa. Tetapi sayangnya tinggiku tidak memenuhi syarat”, kata Kiki Riski Ragil Latifah, XI IPA 2 dari SMA Muhammadiyah 5. Berbeda dengan Lily Anju dari SMA N 1 Piyungan yang juga salah satu peserta pasukan Paskibraka tingkat Propinsi, menjadi pasukan paskibraka hal yang membanggakan, menariknya pelajar satu ini bahkan menjadi paskibraka sejak duduk di bangku SMP hingga SMA, mulai dari tingkat kecamatan hingga Propinsi.  “Jika bisa masuk Paskibra Nasional”, harapnya kemudian.
Menjadi anggota paskibra menjadi poin penting juga bagi beberapa orang yang tidak bisa menjadi seperti Lily dan Ayu. Seperti yang diungkapkan oleh Meliana Novitasari dari SMK Saptosari jurusan Teknologi KOmunikasi dan Informatika, melihat pelajar yang masuk dalam pasukan paskib adalah hal yang bergengsi, “selain membanggakan orangtua, juga membanggakan almamater sekolahnya, bahkan wilayahnya/kotanya”, tambahnya.

Wednesday, August 20, 2014

Detik-detik Proklamasi Getarkan Hati

Detik-detik Proklamasi (Foto : Elisa)
Gedung Agung Yogyakarta, pagi 17 Agustus 2013 pukul 09.00 ramai dipadati oleh tamu undangan dan pasukan peserta upacara pengibar Bendera. Dihadiri kurang lebih 18 Lembaga pendidikan terdiri dari SD, SMP, SMA/K dan Perguruan Tinggi. Peringatan Upacara 17 Agustus 2013 dimeriahkan oleh kelompok drum Band dari Adisucipto dan kolosal Opade music dari SD, SMP, SMA/K dan Perguruan tinggi.
Peserta upacara diikuti oleh beberapa sekolah SD sampai Perguruan Tinggi yang ditunjuk oleh panitia penyelenggara. “Peserta upacara yang masuk adalah perwakilan dari masing-masing Instansi pendidikan”, jawab Yuni Khusniati, salah satu Pembina Pramuka Kuarcab yang membawahi semua kuartil Pramuka di Yogyakarta, saat ditanya Wartawan BIAS cara memasuki Gedung Agung ini. Bu Yuni yang setiap tahunnya selalu mengikuti Prosesi pengibaran bendera di Gedung Agun, memberikan kesannya selama mengikuti upacara, bahwa bukan hal yang mudah bisa masuk ke Tempat ini.
Gubernur Daerah Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuono ke X hadir dalam peringatan 17 Agustus 2013. Terlihat gagah duduk di barisan terdepan mengenakan baju putih, beliau selaku inspektur upacara. Kehadirannya memberikan atmosfer yang berbeda dibandingkan dengan pengibaran bendera di tingkat kabupaten maupun di Kecamatan yang lainnya.
Halaman Gedung Agung Yogyakarta yang teduh dan rindang sesekali terdengar kicau burung bercuit-cuit, semakin menambah hidup suasana pengibaran Sang Saka Merah Putih. “Kepada Inspektur upacara, hormat senjata grak!” gelegar salah seorang komando saat memberikan instruksi kepada pasukan peserta upacara.
Kicau burung yang masih bercuit mendadak tidak terdengar lagi ketika suara sirine berbunyi, “Hal yang paling membuatku merinding ketika detik detik proklamasi di kumandangkan mbak, ingat kata buku sejarah di sekolah”, jawab Sarilatri M. Pelajar dari SMA Muhammadiyah 5 yang duduk di bangku IPA 2 kelas XI, saat ditanya Wartawan Bias Seusai Upacara.

Ikrar Dan Pengukuhan Diselimuti Haru

Penciuman bendera oleh paskib (Foto : Elisa)
Sore yang cerah pada tanggal 16 Agustus 2013 saat itu tampak jelas, terlihat titik enol kilometer semakin dipadati para pengunjung, begitupun dengan Gedung Agung Yogyakarta. Gedung yang biasanya sepi dihari-hari biasa, sore itu tampak ramai. Terlihat beberapa pengawal berjaga di pintu masuk gedung Agung dan tidak pernah bosan memeriksa setiap tamu yang masuk, bukti adannya pengamanan ketat dan hanya orang-orang tertentu saja yang masuk di gedung ini.
Pasukan Paskibraka tahun 2013 berkumpul di Gedung Agung Yogyakarta pada Jum’at 16 Agustus 2013 pukul 16.00 WIB diikuti oleh alumni Pengibar bendera 2012.  Orang tua wali serta guru tampak hadir dalam acara pengukuhan pengibaran yang berlokasi di gedung Kesenian Gedung Agung, dimana dari masing-masing pasukan sore itu tampak kesiapannya.
Komandan KOREM 072 Pamungkas selaku Inspektur Memasuki gedung kesenian, tampak acara penuh hikmat. Sepi sejenak, tidak begitu lama Pembaca Protokol kembali menginstruksikan adannya penghormatan kepada inspektur upacara, “Kepada  inspektur upacara hormat grak!” Lily, itulah nama akrabnya, suaranya lantang menggema mengisi suara ruang kesenian. Pengukuhan Upacara merupakan serangkaian ceremony yang biasa dilakukan sebelum dilakukan pengibaran Sang Saka Merah Putih. Para Pasukan Pengibar Bendera ditempat ini saling mengucapkan ikrar dan pengukuhan sebelum pagi harinya pengibaran.
Pengukuhan upacara di awali pembacaan pengantar pengukuhan oleh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga DIY. Garis besar isi pengukuhan itu menekankan kepada anggota Paskibra 2013 memiliki jiwa kesatria, rela berkorban demi Bumi Pertiwi, membela Merah Putih dan bertanggung jawab. Selepas pengukuhan dilanjutkan mengucapkan ikrar putra Indonesia di depan merah putih oleh seluruh peserta paskib, dilanjutkan dengan penciuman Sang Saka.
Penyematan lencana merah putih dan pemasangan kendit kepada seluruh pasukan pengibar bendera oleh forum koordinasi pimpinan daerah DIY dan tamu undangan di awali oleh kepala kepolisian daerah DIY. Adapun beberapa Undangan terhormat memasang Kendit, diantaranya Komandan Lanut Adisucipto, Kepala Kejaksaan Tinggi Yogyakarta, KOmandan Lana Yogyakarta, Gubernur AAU Yogyakarta, Ketua Pengadilan Tinggi DIY dan Ketua Pengadilan Agama.

Pertunjukan Oubade Menarik Penguna Jalan Malioboro


@Elisa

Pertunjkan Oubade menyita perhatian setiap peserta upacara. Lagu Oubade  dibawakan dari SD hingga perguruan tinggi. Drs. GPPH Yudhaningrat MM, dari Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Yogyakarta sebagai selaku Penanggung jawab Oubade  Upacara. Terlihat kekompakan Tim, sehingga lagu yang dibawakan cukup memukau. Antusiasme penonton yang melihat di luar pagar Gedung Agung semakin bertambah banyak ketika lagu-lagu Oubade  di pertunjukkan.
Pelaksana Teknis Oubade  adalah kepala seksi kesenian dinas kebudayaan Yogyakarta. pertunjukan Oubade  di dirigenni oleh Sapta Citra M dari SMK Negeri 2 Kasihan Bantul. Banyak alat music yang digunakan dalam kolosal permainan music ini, ada biola, terompet, tuba, dan beberapa alat music seperti bass.
Universitas Atmajaya Yogyakarta juga ikut andil dalam pertunjukan music Oubade , digawangi oleh Lusia I. sebagai Narator. Sedangkan bagian tim orchestra kembali dipegang oleh SMK Negeri 2 Kasihan Bantul. Sedangkan aransemen lagu Oubade  itu sendiri diciptakan oleh Sapta Citra P.
Pertunjukan Oubade  di dukung oleh SD Kanisius Baciro Yohanes Yogyakarta, SD Keputren Yogyakarta, SD Ungaran 1 Yogyakarta, SMP N 1 Yogyakarta, SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta, SMA N 8 Yogyakarta, SMA Santa Maria Yogyakarta, dan beberapa sekolah di Yogyakarta lain. diproduksi oleh Seni Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Memperingati 17 Agustus Tumbuhkan Nasionalisme


Detik pengibaran (Foto : Elisa)

Upacara pengibaran Bendera memperingati Upacara 17 Agustus disetiap kecamatan, kabupaten, kota dan Nasional hal yang biasa dan rutin, namun setiap moment dari tahun ke tahun selalu memberikan kesan yang berbeda setiap orangnya. Memperingati 17 Agustus ada yang menganggab sebagai moment yang biasa-biasa saja, namun banyak pula orang menganggap memperingati 17 agustus setiap tahunnya selalu memiliki moment penting dan mampu menumbuhkan nasionalisme. Setiap tahunnya, ada lebih satu orang yang tidak mempedulikan hari kemerdekaan, namun lebih dari 2 orang setiap tahunnya jiwa nasionalisme tumbuh.
Lili Anju Ian Fina, salah satu pasukan Pangibar Bendera 2013, dari SMA Negeri 1 Piyungan mengatakan bahwa Semakin mengerti arti kemerdekaan Indonesia yang sesungguhnya, hanya mengibarkan bendera di atas tiang mempertaruhkan nyawa, dan mengorbankan banyak nyawa yang gugur di laga peperangan, “Jadi ya Bangga bisa masuk barisan Paskibra, ada haru kepada para pahlawan yang telah gugur” tambahnya kemudian.
“Bangga dan senang, terlepas dari rasa itu juga memiliki tanggungjawab yang besar”, kata Ayu, dari SMA 2 Wates, salah satu Anggota Pengibar Bendera yang membawa Baki saat di Lapangan.
Pelaku yang terlibat langsung dalam prosesi pengibaran Bendera memang memiliki kesan yang lebih mendalam. Tidak berarti peserta upacara pun tidak memiliki kesan tentang peringatan 17 Agustus. Arwan Guru PKN SMA Muhamadiyah 5 saat ditanya Wartawan mengungkapkan kesannya bahwa mengikuti Upacara di Gedung Agung membangun semangat nasionalisme dan patriotism. “Berawal dari rasa bangga, nasionalisme akan semakin tinggi”.
Rafi Fadhilah Hamzah, Pelajar dari SMA 10 Yogyakarta saat ditemui Wartawan BIAS usai Upacara mengaku bahwa ini kali pertamanya mengikuti upacara di Gedung Agung Yogyakarta. Rafi, sebutan akrabnya thase mengikuti upacara di Gedung Agung Berbeda. Ia mengaku merinding dan lebih berkesan ketika mengikuti upacara, “mungkin karena baru pertama kali mengikuti upacara di Gedung Agung, takjub, dan ada yang berbeda. Di sini ada music Opade yang dibawakan dan diiringi secara langsung secara kolosal dari beberapa pelajar SD hingga Perguruan Tinggi” paparnya kemudian.

RUMAH PELANTJONG : Galery Yang Menjual Cindera Rasa



Salah satu karya seni yang dipajang (foto : Elisa)

Rumah Plantjong kembali mengadakan event. Event kali ini mengangkat pameran lukisan pada 2-16 Oktober 2013. Pameran karya lukisan ini dimeriahkan oleh beberapa seniman ternama seperti Karte Wardana, Sentot Widodo, Yaksa Agus, Ujin Kuru, Yayas, Mintorogo, dan Yusuf Arsyad. Pameran yang ditampilkanpun bermacam-macam. Ada lukisan yang menggunakan tinta China, Cat Minyak, dan Akrilik. “Tuk Tik tak tak tik tuk” adalah nama tampilan seni yang lain dari pertunjukan seni yang lain. tuk tik tak tak tik tuk terbuat dari kayu jati dengan ukiran yang ditata secara tertata rapi.
Rumah Pelantjong sudah beberapa kali mengadakan pameran. Konsep dari rumah pelantjong adalah retail cindera mata dan cindera rasa. Pertamakali masuk di dalam rumah Pelantjong akan di suguhkan oleh cindera mata yang cukup menggoda. Harga yang ditawarkan beraneka ragam. Cindera mata yang dijual mulai dari pernak-pernik kerajinan, aksesoris dan baju. Hasil kerajinan dan pernak-pernik ini merupakan produk UMKM dari usaha mikro, usaha ini sengaja untuk mengangkat perekonomian para pengrajin.
Perbedaan rumah pelantjong dengan penjual cindera mata yang lainnya, di sini pengunjung disuguhkan oleh cindera rasa. Ada yang beda saat reporter BIAS masuk di lantai dua, di sini disuguhkan oleh lukisan yang penuh arti, setiap bulannya terdapat beberapa hal yang baru. Inilah yang kemudian disebut sebagai cindera rasa. Pengunjung disuguhkan oleh banyak rasa.
Keunikan inilah alasan rumah Pelantjong salah satu lokasi yang termasuk rumah budaya. Di tempat ini tidak hanya membuat sebuah konsep galery resmi yang memamerkan berbagai macam miniatur khas Yogyakarta. Tetapi juga mengenalkan kepada para pelancong luar bahwa Yogyakarta salah satu tempat wisata yang recommended.

SMK Negeri 2 Wonosari : Memenangkan Lomba Kompetensi Dunia


Reporter BIAS saat Wawancara di SMK 2 Wonosari

SMK Negeri 2 Wonosari selama empat tahun berturut-turut membawa penghargaan dalam lomba kompetensi ASEAN (ASC) dan Kompetensi dunia (WSC). Pada tahun 2009 memenangkan lomba kompetensi dunia dalam bidang Plumbing, saat itu raih olehh Supriyanto. Tahun 2010 kembali memenangkan lomba kompetensi ASEAN (ASC) dibidang Bricklaying, atas nama Suranto. Berlanjut di tahun 2011 memenangkan Lomba kompetensi dunia kembali dalam bidang lomba yang sama dengan tahun lalu, yaitu bricklaying yang dijuarai oleh Suranto. “Tahun 2012 juara nasional dalam bidang Software Application atas nama Meida Mangesti,” tambah Priharmono saat ditemui wartawan di lobi SMK Negeri 2 Wonosari.
Priharmono, salah bagian Tata Usaha di SMK satu ini merupakan sekolah unggulan yang berada di Kabupaten Gunungkidul. Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau menggunakan angkutan umum memberikan daya tarik tersendiri bagi siswa yang kesulitan dalam hal transportasi. One student one tool  adalah salah satu fasilitas pembelajaran yang lengkan, dimana di sini terdapat banyak mesin-mesing yang canggih dan modern, fungsinya jelas untuk mempermudah siswa untuk belajar. Salah satunya adalah alat mesin canggih seperti CNC, ada pula laboratorium Teknik Komputer dan Informatika, Laboratorium Autocad dan masih banyak fasilitas lain.
“Jurusan yang dibuka oleh SMK N 2 Wonosari ada teknik bangunan, teknik ketenagalistrikan, teknik elektronik, teknik komputer dan informatika, teknik mesin dan terakhir ada teknik otomotif. Adapun kegiatan ekstrakulikuler yang dimiliki dari SMK Negeri 2 Wonosari yaitu kesenian, olahraga voli, bela diri, kerawitan, baca Al-Quran, dan masih ada banyak lagi,” papar Pri, itulah reporter BIAS menyapanya.

Pacaran Sebagai Penyemangat Belajar


@snowlife-elisa

Pacaran tidak selalu bersifat negatif dan selalu memberikan dampak buruk. Ayu Amrina dari MAN 3 Yogyakarta tidak keberatan dengan pacaran sehat. Abdullah Azzam mengiyakan pendapat Ayu, “lebih tepatnya tidak pacaran, tetapi suka sama seseorang. Rasa suka yang terpendam itulah yang membuat semangat sekolah dan rajin ikut organisasi ini itu, karena ada dia,”. Jawabnya saat ditanya alasan dia setuju dengan pacaran.
Menurut Ridwan Wahyu Pratama ada beberapa poin yang didapatkan dari pacaran sehat, diantarannya adalah dapat memicu semangat belajar. Begitupun yang diungkapkan oleh Christoporus Yudhistira, ada empat poin yang akan didapatkan dari pacaran sehat, diantarannya adalah dapat menyadarkan diri sendiri untuk meningkatkan rasa kasih sayang terhadap kedua orangtua dan anggota keluarga lain, tidak hanya terhadap seorang kekasih saja. Menurut Siswa dari SMK 6 Yogyakarta pacaran dengan cara sehat dapat memotivasi untuk belajar dan bekerja demi masa depan yang baik, dan dapat meningkatkan rasa percaya diri dengan saling mendukung dan menghargai satu  sama lain. Ternyata tidak hanya itu, pacaran sehat juga membuat Ridwan memiliki keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik bagi orang dicintainya.
Berbeda dengan pendapat Syaicha Akmala, pacaran sehat itu pacaran yang tidak pegang-pegang tangan. “Kalo pacarannya memberi dampak positif tidak masalah, bisa tetap lanjut”.

Tanggalkan Ijazah Ambil Ijabsah



Pacaran sehat adalah mengupayakan cara berpacaran dengan cara yang positif, tujuannya agar tidak memberikan dampak negatif saat berpacaran, itulah pendapat Christoporus Yudhistira saat ditanya tentang pacaran sehat. Salah satu pelajar dari SMK 6 Yogyakarta ini menguraikan beberapa pendapatnya tentang pacaran sehat, diantarannya saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Salah satu pelajar yang sekarang duduk di kelas tiga jurusan Usaha Perjalanan Wisata juga mengatakan bahwa memperhatikan situasi  dan kondisi saat berpacaran juga perlu dan penting, misalnya dengan jarang bertemu.
Ridwan Wahyu Pratama memiliki pendapat pendapat lain soal pacaran, menurutnya pacaran boleh-boleh saja asal tidak kebablasan. Menurut pelajar dari SMA N 5 Yogyakarta satu ini meminimalisir ternjadinya pacaran tidak sehat dapat disiasati dengan cara menjaga frekuensi kedekatan dengan pacaran! “kalau bisa beda sekolah agar dapat membagi waktu dengan baik antara belajar dengan pacaran,” tambahnya.
Hamil diluar nikah diusia dini, khususnya yang terjadi kalangan pelajar menjadi keprihatinan sendiri. Dampak pacaran tidak sehat mampu menyumbangkan sekian persen anak putus sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Syaicha Akmala yang duduk di kelas XG, mengungkapkan bahwa pacaran secara berlebihan tipe orang yang hanya memikirkan nafsu sesaat, “Jika hamil di luar nikah apa tidak kasihan dengan orangtua?. Masih muda, karir ke depannyakan masih sangat panjang. Sayang jika untuk main-main,” paparnya.
Sebut saja Eni, salah satu pelajar yang sekolah di SMK di kawasan Bantul, salah satu pelajar yang keluar dari bangku sekolah akibat pergaualan yang salah. Saat ditanyai wartawan BIAS, dia menyesali perbuatannya. Anak tunggal satu ini merasakan begitu pentingnya dunia pendidikan, “Mereka masih bermain dengan teman-temannya dan tertawa bersama, sedangkan aku hanya bisa melihat dan membayangkan,” bisiknya.

Pacaran Mengganggu Konsentrasi Belajar



Kisah kasih di sekolah dengan si dia, tiada masa paling indah. Masa kasih di sekolah. inilah salah satu kutipan lagu berjudul kisah kasih di sekolah oleh Obbie Messakh, cukup menggambarkan fenomena pacaran di kalangan pelajar Yogyakarta. Gaya pacaran tidak sehat gaya pacaran seperti KNPI (kissing, necking petting dan intercourse). Ada pula pacaran sehat sepeprti hubungan pacaran dengan gaya HTS (hubungan tanpa status) dan LDR (Long Distance Relationship). Bagaimana dengan beberapa pandangan para pelajar tentang gaya pacara di kalangan pelajar Yogyakarta?
KNPI merupakan salah satu gaya pacaran yang sering banyak dilakukan. Pacaran tidak melakukan KNPI tidak diseb dan dianggap pacaran. Gaya pacaran model seperti ini ternyata tidak hanya dilakukan di kalangan pelajar Kota, pelajar Desa juga demikian. Setiap tahunnya di Yogyakarta ada cukup banyak kasus pelajar hamil di luar Nikah. Meskipun demikian ada pula beberapa pelajar yang masih tetap melakukan pacaran dengan HTS dan LDR
Ayu Amrina, kelas XF, MAN 3 Yogyakarta berpendapat bahwa pacaran di masa-masa sekolah adalah masa pencarian jati diri, memiliki rasa ingin tahu lebih tinggi serta dianggap masih labil tidak baik jika disalurkan lewat berpacaran. Begitupun dengan teman sebelahnya ikut menimpali, Amin Mar’atus Solehah namannya, bagi Mar’atus pacaran itu dapat mengalihkan ke hal hal lain selain sekolah. “Jadi malah mikirin pacar daripada mikirin pelajaran! Pacaran itu membuat ngegalau terus,” tambahnya
Abdullah Azzam Rabbani juga membenarkan bahwa pacaran dapat mengganggu konsentrasi belajar. Saat ditanya pacaran yang baik bagaimana? Ia hanya mengungkapkan bahwa pacaran yang sehat dan yang benar dengan cara melakukan ta’aruf. Baginya pacaran disaat sekolah juga akan mengganggu konsentrasi belajar, “Lagian di dalam ajaran Islam tidak diperbolehkan,” tambah lelaki bertubuh tinggi saat ditemui disalah satu warung lesehan dekat Fakultas Teknik UGM.

Musium Wanagama Menyimpan Misteri dan Arti


@snowlife-elisa
Musium Wanaga yang sepi segera bergeliat. Musium yang berada di kawasan hutan Wanagama, Wonosari memiliki keunikan tersendiri. Yustinus Suranto salah satu pengelola musium Wanagama saat ditemui wartawan di Kantornya, Fakultas Kehutanan UGM menuturkan bahwa Musium kayu yang dibangun sejak 1995 selain menyajikan beberapa jenis kayu yang dibentuk dan diawetkan. Para pengunjung dapat mendapatkan pendidikan tentang perkayuan, misalnya umur kayu, cara membuat patung kayu biar awet, cara pemahatannya, mempelajari makna dari patung dan banyak pelajaran lain. “Harapannya musium kayu ini menjadi pusat pembelajaran untuk masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan kayu,” tambahnya.
Arti musium Wanagama berasal dari kata “wana” yang memiliki arti Hutan, sedangkan “gama” itu sendiri menunjukkan kepemilikikan fakultas kehutanan UGM. Lokasi Musium yang sedikit menjorok masuk dari jalan Utama Jalan Wonosari Km 18 ini tergolong terpencil. Pengunjung yang mengunjungi musium ini pun tidak banyak dan sepi. Struktur sarana prasarana yang ada di sana pun juga belum lengkap seperti musium-musim yang berada di tengah kota. “Inilah tantangan saya, Saya mulai menginventarisasi, membenahi dan mencari informasi makna koleksi dari patung gupala di sana apa?, dibuat menggunakan kayu apa?, metode apa?. Selama ini masih dalam pencarian. Karena sampai sekarang pun fasilitas SDM dan prasarana tidak ada. Tidak ada kamar mandi juga salah satu kendala, dan sekarang sedang proses pembangunan,” papar Suranto.
Musium Wanagama yang sempat terbengkalai dan tidak terurus selama 7 tahun, hal ini dikarenakan pendiri pertama Musium Wanagama meninggal dunia. Sepeningalannya tidak ada catatan detail tentang musium itu. Baik meliputi tentang bagaimana koleksi di dalam musium itu di perolehnya, maknanya apa, nilainya apa. “yang ada hanya dua lembar kertas yang berisi catatan nama benda itu saja,” tutur Suranto.

Coretan Di Balik Bangku Sekolah


@snowlife-elisa

Selain menjadi tempat belajar, sekolah  juga menjadi tempat untuk mencari teman maupun pengalaman. Apalagi di masa putih abu-abu yang katanya puncak masa paling indah. Kebiasaan-kebiasaan saat di kelas juga menjadi sorotan. Terlebih jika kegiatan itu berada di bangku meja kelas. Apa saja yang biasa mereka temukan?
Amin Mar’atus Solihah siswi MAN 3 Yogyakarta menjelaskan bahwa Ia sekarang jarang menemukan corat-coretan. Karena di sekolahnya kini dilarang membawa tip-X. “Kalo sekolah MAN 3 itu MU (Madrasah Unggul), jadi pakai tip x yang kertas,”
Hal senada juga dikatakan oleh Ayu Amrina, siswi kelas X ini mengaku MAN 3 sudah sering mendapatkan penghargaan sekolah kebersihan. Jadi  mau nggak mau harus ikut menjaga kebersihan. “Di sekolah biasannya dibedakan menjadi Sampah organik dan anorganik,” jelas Ayu.
Di sekolah yang lain, Abdullah Azzam Rabbani, sering melihat cora-coret di meja kelas. Biasanya Tulisan yang ada di meja sekolah  adalah nama orang, contekan contekan pelajaran. Bahkan di laci meja isinya sampah dan jawaban UN. “Yang ketahuan dapat hukuman, mereka lomba kebersihan membersihkan meja, setiap 6 bulan sekali,” ujar siswa kelas XII IPS MAN  1 Yogyakarta.
Menengok realita seperti itu, Putra, siswa MAN 1 Yogyakarta mengaku pernah melakukan kegiatan tersebut. Hal itu sekedar untuk have fun dan bercandaan saja. Akhirnya sejak tahun 2012 keluarlah peraturan larangan membawa tip-X di sekolahnya. “Boleh membawa tip X yang dari kertas. Masih ada pelajar yang corat coret di atas meja pakai pensil atau bolpoin, tapi kan tidak terlalu terlihat jika coret-coretnya memakai bolpoin,” sanggahnya.

PELAJAR NAIK GUNUNG : Cara Bertahan Dari Gangguan Cuaca Saat Mendaki


@snowlife-elisa

Naik gunung tidak hanya dilakukan oleh para pecinta Gunung, anak-anak Sekolah tingkat Menengah Atas juga melakukan aktivitas naik gunung. Aktivitas ini cukup mengasyikkan  dan dapat mengisi waktu luang. Aktivitas ini dilakukan para pelajar sekedar memuaskan hobi mereka dan menambahkan pengalaman.
Mendaki gunung memang memberikan manfaat tapi juga berisiko cukup besar, maka kita harus mempersiapkan semuanya dengan benar. Kadang untuk mendapatkan izin orangtua pun tidak mudah. Seperti Ardin dan Risna, awalnya mereka juga tidak diizinkan, namun mereka dapat membuktikan bahwa mereka sanggup dan membuat orangtua yakin.
Biaya untuk naik gunung sebenarnya tidak sedikit, tinggal bagaimana kita bisa meminimalisirnya atau tidak. “Mahal nggaknya sih dari peralatan tergantung kita dalam memilih, kalau memang mau hemat bisa pinjam teman. Kalau beli, ya tergantung dari merk dan kualitas. Karena kegiatan ini menyangkut kenyamanan dan keamanan, kita pasti memilih yang kualitasnya baik,” jelas Donny.
 Arisna Pramudya Agustiara menceritakan pengalamannya selama naik gunung penuh perrjuangan, awalnya berat. Siswi  SMA N 1 Yogyakarta yang telah mejejak puncak Sindoro, Merapi dan Merbabu ini ternyata juga memiliki kesan selama melakukan pendakian, “Waktu di Merbabu cuacanya buruk, dan lagi malam hari. Gelap, berkabut, hujan, dan aku benar-benar kedinginan. Untung nggak sampai hipotermia,” ungkap Risna. “Dan lagi waktu di Merapi, walaupun lebih pendek dari Merbabu atau Sindoro, tapi mendakinya susah banget. Dan setelah mencapai puncak, menurutku justru lebih indah dari yang lain.”
Donny Satrio, SMA N 8 Yogyakarta memiliki kesan berbeda, menurutnya naik gunung dapat menikmati pemandangan baru yang jarang bisa dijumpai, dan memang rasanya seperti di atas awan. Dari sinilah pecinta naik gunung bisa belajar, misalnya menahan ego dalam diri. “Naik gunung itu pengalaman yang berbeda dari kegiatan alam lain yang pernah aku lakuin,” ungkap Rahajeng Ardinni Noor yang gemar dengan kegiatan outdoor.

Fenomena Pelajar Banyak Hutang

@snowlife-elisa
Banyak kebutuhan sekolah, mulai dari biaya, mengikuti bimbingan belajar, tryout dan membeli buku-buku sekolah cukup memakan banyak uang. Memilih teman pergaulan berpengaruh terhadap gaya hidup pelajar, gaya hidup boros dan hemat tentu memberikan pengaruh. Salah satu cara berhemat yang dilakukan oleh Faizka Rubiana memiliki cara tersendiri untuk berhemat. “Kalau dikasih uang sama orang tua, yang masuk dompet cuma setengahnya. Setengahnya masuk ke bank dan nggak boleh diambil kalau nggak darurat. Selain itu supaya hemat, kalau beli barang seperti baju, sepatu, atau tas milih yang everlasting. Bagus dipakai kapan pun itu,” ujar siswi SMA N 3 Yogyakarta ini.
Tata itulah sapaannya, cara dia berhemat dengan cara puasa Senin-Kamis, berusaha membawa bekal, dan kadang nebeng pacar untuk ke sekolah agar hemat bensin. Bagi Tata penghasilan selain dari uang saku sangat dibutuhkan. “Aku biasanya jualan, nge-MC, atau nulis-nulis. Karena aku emang pengen beli hape secepatnya”, paparnya.
“Mengutamakan prioritas pengeluaran uang dengan menyeleksi kebutuhan primer, sekunder, dan keinginan sementara belaka.” Itulah kiat berhemat Muhammad Faiq Rabbani, siswa XII Sosial MAN 1 Yogyakarta. Tidak dipungkiri, ia pernah berhutang meskipun bukan disebabkan karena sifat borosnya. “Aku biasanya ngutang ke penjual karena mereka nggak punya kembalian. Sebenarnya aku kurang suka sama sistem ngutang karena membuat  hidup terbebani dan menjadi tanggungan,” kata Faiq.
Hal serupa pernah terjadi pada Achmad Enggar. Hobi bermain game membawanya ke berbagai turnamen. Tentu saja ini juga membuatnya semakin boros karena harus membeli dan merawat alat-alat game miliknya. “Aku pernah ngutang. Waktu itu aku harus beli mouse untuk turnamen tapi belum ada uang padahal waktunya mepet banget. Akhirnya ngutang temen dulu. Tapi habis itu langsung aku ganti pakai uang hasil lomba,” cerita Enggar yang kini mengikuti program home schooling.