Monday, April 28, 2014

Obrolan Siang Part 2 : Jangan Gantungkan Hidup Pada Suamimu



Jangan mengantungkan hidup seorang istri di tangan suami. Tidak ada yang tahu sampai kapan kematian akan datang. Mungkin bisa jadi istri lebih cepat dipanggil pulang, atau sebaliknya. Itulah yang ingin penulis soroti, jangan mengantungkan hidup pada penghasilan suami, menjadikan suami sebagai pencari dan penghasil uang untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Tidak ada salahnya seorang Istri membantu Suami mencari nafkah. Lebih bagusnya lagi, uang istri untuk kebutuhan orangtua dan mertua, terus yang penghasilan suami untuk kebutuhan sehari-hari (ini Cuma ide penulis sih :p )
Salah satu Dosen penulis, selalu menggadang-gadang untuk tidak menikah diusia dini. Karena akan menyumbang angka kemiskinan di Indonesia karena ketidakmatangan emosi dan ekonomi seseorang. Namun apa yang ditakutkan Dosenku nampaknya tidak bisa digeneralisasikan. Dilihat dulu konteksnya, karena pada dasarnya manusia itu dinamis, selalu berubah-ubah.
Apakah kamu sudah menikah? atau belum menikah?. Jika belum menikah, bagaimana pendapatmu setelah menikah? apakah kamu akan tetap bekerja dan berperan sebagai istri? Atau memutuskan total mengurus rumah dalam sehari-hari? Jawaban bisa bebas. Sedikit wacana, dan diskusi dengan kedua sahabat penulis saat makan siang. Bekerja setelah menikah memang hak setiap orang, memutuskan tidak bekerja setelah menikah juga hak setiap orang.
“Ibuku tidak suka setelah lulus langsung menikah, Ibu ingin melihatku bekerja terlebih dahulu sebelum menikah. Ibu ingin aku mendiri,” papar salah satu teman penulis. Memang pernyataan itu ada landasan. Kembali ke paragraf pertama, setiap orang tidak ada yang tahu garis kematian dari Tuhan. Banyak kasus yang kita lihat, banyak wanitia-wanita hebat yang berjuang membesarkan anak-anaknya yang masih kecil dengan keringatnya sendiri karena sang kepala rumah tangga harus pulang terlebih dahulu.
Ketika suami pergi dan dicabut sebagai “kepala rumah tangga” mau tidak mau hidup harus ditanggung oleh seorang wanita yang bernama “Ibu” (jika anak-anaknya masih kecil). Bukan bermaksud untuk lebih tinggi dari profesi suami atau merendahkan (bukan itu maksud disini), bagaimanapun juga Suami tetaplah memiliki kedudukan tertinggi dalam rumah tangga. Hanya saja, tidak selamanya hidup bergantung pada sosok Suami. Adakalanya suami tidak mampu berbuat apa-apa, adakalanya suami pulang terlebih dahulu, atau banyak juga kasus seorang kepala rumah tangga yang “Minggat” kita tidak ada yang tahu akhir dari kisah perjalanan hidup ini.

Saturday, April 26, 2014

Mempersatukan Allah atau Mengedepankan Logika?



Foto : Istimewa
“Kenapa seorang muslim jika terkena liur anjing najis, kan nggak jauh-jauh beda sama kucing?” sebuah celetukan dari salah satu teman. Di dalam islam, daging anjing hukumnya haram, liur anjing hukumnya najis. Ada ayat yang lain yang intinya, semua mahluk di dunia ini (tumbuh-tumbuhan, tanaman, batu dan lain sebagainya) diciptakan Allah semuanya bertasbih kepadaNYA. Begitupun dengan beberapa hewan yang disebutkan haram dan najis, mereka tetap berdzikir kepada Allah.
Pernah mendengar kisah tentang ashabul kahfi? Mereka adalah sekelompok pemuda beriman di masa raja Diqyanus di Rom, pada waktu itu masyarakatnya semuanya menyembah berhala. Sekelompok pemuda beriman melarikan diri ke dalam gua demi menyelamatkan iman mereka, di dalam gua inilah ia tertidur. Tak terasa ia sudah tertidur selama 309 tahun, bersama satu anjing yang selalu mengikutinya (Al-kafh). Disebutkan pula Anjing yang najis dan haram dagingnya dijanjikan Allah masuk ke Syurga, padahal ini hewan najis. Yang Ingin disoroti bukan masalah anjingnya yang yang haram dan najis. Bukan!. Bukan bermaksud pula mendeskriminasikan si anjing piaraan yang hina dina, Bukan!. Anjing juga ciptaan Allah, anjing juga bertasbih kepada Allah
Liur anjing pemicu timbulnya banyak penyakit, karena mengandung banyak kuman dan virus berbahaya. Penelitian yang dilakukan di Jerman menunjukkan bahwa 79,7% orang yang menderita kanker payudara kebanyakan mereka yang memelihara Anjing dan sering bersentuhan langsung dengan anjing seperti mencium, memeluk, menggendong, sampai wajahnya di jilati anjing (lihat anjingnya saja penulis sudah manjat pohon). Setiap satu gram bulu anjing terdapat 189 telur ulat ditemukan, dimana seperempat dari hasil tersebut membawa 71 sel telur kuman yang suka menempel di kulit manusia. Hal ini dibenarkan oleh dr. Ian Royt, ternyata satu sel telurnya saja memiliki panjang 1mm. inilah pemicu munculnya banyak penyakit menular.