Jangan mengantungkan hidup
seorang istri di tangan suami. Tidak ada yang tahu sampai kapan kematian akan
datang. Mungkin bisa jadi istri lebih cepat dipanggil pulang, atau sebaliknya. Itulah
yang ingin penulis soroti, jangan mengantungkan hidup pada penghasilan suami,
menjadikan suami sebagai pencari dan penghasil uang untuk kebutuhan rumah
tangga sehari-hari. Tidak ada salahnya seorang Istri membantu Suami mencari
nafkah. Lebih bagusnya lagi, uang istri untuk kebutuhan orangtua dan mertua,
terus yang penghasilan suami untuk kebutuhan sehari-hari (ini Cuma ide penulis
sih :p )
Salah satu Dosen penulis,
selalu menggadang-gadang untuk tidak menikah diusia dini. Karena akan
menyumbang angka kemiskinan di Indonesia karena ketidakmatangan emosi dan
ekonomi seseorang. Namun apa yang ditakutkan Dosenku nampaknya tidak bisa
digeneralisasikan. Dilihat dulu konteksnya, karena pada dasarnya manusia itu
dinamis, selalu berubah-ubah.
Apakah kamu sudah menikah?
atau belum menikah?. Jika belum menikah, bagaimana pendapatmu setelah menikah?
apakah kamu akan tetap bekerja dan berperan sebagai istri? Atau memutuskan
total mengurus rumah dalam sehari-hari? Jawaban bisa bebas. Sedikit wacana, dan
diskusi dengan kedua sahabat penulis saat makan siang. Bekerja setelah menikah
memang hak setiap orang, memutuskan tidak bekerja setelah menikah juga hak
setiap orang.
“Ibuku tidak suka setelah
lulus langsung menikah, Ibu ingin melihatku bekerja terlebih dahulu sebelum
menikah. Ibu ingin aku mendiri,” papar salah satu teman penulis. Memang pernyataan
itu ada landasan. Kembali ke paragraf pertama, setiap orang tidak ada yang tahu
garis kematian dari Tuhan. Banyak kasus yang kita lihat, banyak wanitia-wanita
hebat yang berjuang membesarkan anak-anaknya yang masih kecil dengan
keringatnya sendiri karena sang kepala rumah tangga harus pulang terlebih
dahulu.
Ketika suami pergi dan
dicabut sebagai “kepala rumah tangga” mau tidak mau hidup harus ditanggung oleh
seorang wanita yang bernama “Ibu” (jika anak-anaknya masih kecil). Bukan
bermaksud untuk lebih tinggi dari profesi suami atau merendahkan (bukan itu
maksud disini), bagaimanapun juga Suami tetaplah memiliki kedudukan tertinggi
dalam rumah tangga. Hanya saja, tidak selamanya hidup bergantung pada sosok
Suami. Adakalanya suami tidak mampu berbuat apa-apa, adakalanya suami pulang
terlebih dahulu, atau banyak juga kasus seorang kepala rumah tangga yang “Minggat”
kita tidak ada yang tahu akhir dari kisah perjalanan hidup ini.