Thursday, December 26, 2013

Aku Mencoba Mengingat-ingat Kamu



Foto : Elisa
Aku mencoba mengigat-ingat kapan pertamakali kita bertemu, bagaimana kita bertemu dan hingga akhirnya kesan, simpat dan kekaguman itu muncul dengan sendiri. Aku tahu aku orang yang begitu ramai, ibarat seperti burung kutilang yang selalu bersiul-siul setiap pagi. Ada banyak hal yang dibicarakan. Selalu saja banyak pertanyaan yang aku lemparkan.
Aku mencoba mengingat-ingat ketika aku mencoba melukai dan menumbuhkan bibit-bibit benci di hati. Entah saat itu mungkin yang terpikirkan kau sangat benci padaku, atau sebaliknya. Sebelum akhirnya (mungkin)  tetap tidak bisa membenciku, karena tidak pernah niatan untuk menyakiti. Ditengah kebencian masih saja muncul kerinduan sehingga sesekali kau datang.
Aku mencoba mengingat-ingat, saat itu aku juga berfikir. Perasaan bersalah dan menjadi orang yang paling jahat sedunia adalah pikiran yang terpatri pada saat itu. Ku coba ingat lagi dan ingat lagi, hampir masalalu semuanya orang-orang introvert yang sangat sulit aku pahami. Tenang pembawaannya, tidak banyak bicara. Melatih dan mengajari bagaimana bersikap dengan orang-orang berdarah dingin dan berpembawaan tenang seperti ini.Aku mencoba mengingat-ingat, tetapi tidak bisa aku ingat, ternyata aku mulai akrab dan mengenali orang-orang introvert.
Aku mencoba mengingat-ingat pertemuan pertama yang penuh diam. Tidak! Tidak!, pertemuan pertama yang mungkin aku mencoba untuk banyak berbicara, berbicara apapun itu. Ku ingat dan ku ingat lagi, aku melemparkan pertanyaan remeh temeh demi mengusir rasa sepi. Aku asal bertanya yang sebenarnya pertanyaan yang sengaja aku ada-adakan. Tidak hanya itu, terkadang aku juga menceritakan cerita konyol dalam hidup untuk mengusir kesepian, menghindari spasi yang terlalu senjang.

Tuesday, December 24, 2013

Nikahi Aku Dengan Cinta



Foto : Elisa

Cinta tidak akan pernah habis untuk dibicarakan. Kali ini akan membahas tentang menikah. Banyak pula yang salah mengartikan sebuah pernikahan.
Aku kembali merenungi sebuah arti kata “menikah”. Ketika aku melihat sepasang suami istri yang slaing mencintai, aduhai indahnya hidup mereka. Buka pintu lain, ku dapati sepasang suami istri yang hambar. Tidak ada keindahan sama sekali di dalam rumah tangga mereka. Lebih tepatnya seperti orang asing yang tinggal dalam satu rumah.
Usia pernikahannya sudah 5 tahun. Mereka hidup di atas ranjang, satu atap dan setiap pagi bertatap muka. Mereka bertemu ketika larut malam sampai pagi, hampir setengah hari lebih mereka hidup dengan dunia luar masing-masing. Perilaku dan sikapnya seperti air putih, tawar. Mencobaku ikuti suami dari jarak kejauhan, ketika berpisah dengan sang istri ia ibarat kumbang yang tengah bergelora. Bukan, bukan maksud untuk menjelek-jelekkan. Hanya ingin berbagi, sekedar berbagi.
Mencoba mencari tahu, pernikahan mereka terjadi karena batas usia masing-masing yang sudah batas akhir. Pertemuan mereka dijodohkan, tidak lama setelah dijodohkan mereka pun menikah hingga lima tahun lamanya. “tresno jalaran soko kulino” itulah yang mencoba ingin diterapkan. Meskipun demikian, rasa itu tidak pernah berbohong. Lebih tepatnya pernikahan sebagai komitmen untuk tidak mengkhianati, secara fisik kasat mata memang tidak, tetapi secara tidak langsung hati masih milik orang lain. Salah satu hati rumahtangga mereka masih untuk orang lain.

Saturday, December 21, 2013

Jam ke Nol Perlu Diadakan Lagi

Foto : Elisa
Jam ke nol harus kembalikan diadakan di setiap sekolah-sekolah. Pemerintah merecanakan akan menambah jam belajar siswa, rencana penambahan jam sekolah ini akan dimplementasikan di kurikulum 2013 sampai 2014. Bagaimana dengan wacana penambahan jam pelajaran dengan cara mengadakan kembali jam ke nol?, seperti yang pernah dilakukan beberapa tahun yang lalu. Dimana para siswa diberikan penambahan jam pelajaran di pagi hari.
Beberapa tahun belakangan jam ke nol ternyata sudah banyak ditinggalkan. Hal ini nampak terlihat dari beberapa pelajar yang tim peliput BIAS mengintrogasi mereka. Khoirunnisa salah satu pelajar dari SMA N 1 Banguntapan yang mengatakan bahwa disekolahnya tidak ada jam ke nol. “Misalnya ada jam ke nol pun aku tetap setuju mbak, karena suasannya yang masih fresh karena masih sejuk. Apalagi tipe seperti aku lebih suka belajar dalam suasana sepi, lebih tenang dan mudah masuk pelajarannya,” paparnya
Senada yang dikatakan oleh Annisa Eka Sita dari SMA Angkasa Yogyakarta, baginya semakin pagi proses belajar dimulai, pikirannya masih fresh dan otak masih segar. Selain itu dia juga mengutarakan bahwa jam ke nol ini juga memberikan keuntungan, seperti melatih kesiplinan siswa siswi.

Sekolah SMA Di Yogyakarta Masih Menarik Pelajar Dari Luar Yogyakarta


Pelajar SMA di Yogyakarta (Foto : Elisa)

SMA/K Negeri di Yogyakarta menarik banyak calon pelajar dari luar Yogyakarta. Beberapa penelusuran di setiap sekolah di Yogyakarta, ternyata banyak pelajar Yogyakarta yang rela datang jauh-jauh dari Yogyakarta, seperti dari Cilegon, ada pun mereka dari kota tetangga Yogyakarta, misalnya Boyolali dan Klaten.
Motif kedatangan pelajar menuntut ilmu di kota Gudeg ini ada banyak motif. Salah satunya Muhammad Shendy Herkolin, SMTI Yogyakarta jurusan Kimia Industi. Keputusannya belajar di Yogyakarta karena keinginannya sendiri, hidup mandiri sebagai anak pelajar SMA yang nge-kos. Shendy, biasa disapa, sengaja belajar di Yogyakarta karena ingin membandingkan proses belajar di kota “Pelajar” dengan di Boyolali yang tidak sekomplit Yogyakarta.
Nisa itulah sapaanya, gadis manis berjilbab yang memiliki Hobi menulis. Nisa juga salah satu pelajar SMA di Yogyakarta, ia berasal dari Banten, tepatnya di Cilegon. Gadis yang duduk di kelas XI IPS2 ini juga merantau ke Yogyakarta sejak awal SMP. Tujuan kedatangan memilih sekolah di Yogyakarta selain biaya hidup hari-hari relative murah, kualitas pendidikan yang diberikan sangat bagus dan maju. Bonus dari belajar ilmu di bangku formal, ia juga mengaku bahwa selama lima tahun Nisa belajar di Jogja ia juga mendapatkan pelajaran tentang kebudayaan jawa. “Kedatanganku ke Jogja karena mengikuti jejak mas yang sudah berhasil karena lulusan dari Jogja,” tambahnya kemudian.

PELAJAR DAPAT UANG SAKU MELAKONI ONLINE SHOP


Pendapat Pelajar soal Online Shop (Foto : Elisa)

Online shop banyak dilirik para pelajar. Berwirausaha tidak hanya berlaku bagi mereka yang telah lulus dan bekerja. Seiring berkembangnya waktu, kebutuhan hidup yang meningkat dan gaya hidup pelajar yang semakin meningkat, ternyata mampu menyumbang beberapa pelajar bekerja paruh waktu. Bentuk kerja paruh waktu yang menjadi pilihan bagi pelajar adalah online shop. Online shop tidak membutuhkan waktu banyak, dapat dikerjakan sesuai dengan waktu yang telah disesuaikan. Alasan semacam inilah yang menjadi salah satu pilihan para pelajar. Di dukung dengan tawaran dari berbagai jenis produk yang marak.
Online shop memiliki sisi lain, misalnya tingkat penipuan lebih besar jika dibandingkan bekerja paruh waktu secara umum (empat mata). Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu pelajar dari SMK N 1 Kalasan, Niken Widiyawati, yang mengutarakan kesangsiannya terhadap penjual online. Banyak penjual yang menjual barang yang ternyata sudah rusak, atau pun uang sudah di transfer, namun barang tidak sampai. Begitupun dengan pihak penjual terhadap pembeli yang kurang.
“Lebih baik jualan secara bertatapan langsung, agar mudah terbangun rasa saling percaya. Kewaspadaan pada resiko kegagalan semacam penipuan lebih basar,” tambah Niken ketika wartawan BIAS Tanya alasan dirinya tidak berjualan Online, tetapi memilih untuk bekerja sebagai waitress di salah satu lestoran di Sleman.