Saturday, July 27, 2013

Si Jembatan Kuning di Imogiri



Si BOLANG (bocah Ilang)

Si jembatan kuning di Imogiri masih memikat masyarakat sekitar mengunjunginya, sekedar menikmati keindahan dan keunikannya. Kretek gantung itulah sebutan akrab bagi penulis. Jika diperhatikan dua jembatan ini hampir sama dengan jembatan yang ada di Patuk, Gunungkidul. Jika di Jembatan Gantungdi Gunungkidul menghubungkan dua kawasan Sleman dan Gunungkidu, berbeda dijembatan gantung Imogiri, ia menghubungkan desa Selopamioro dan desa Sri Harjo.
Selopamioro sebutan lain si jembatan kuning. Lokasinya berada di Wunut (kedungmiri), Imogiri Bantul. Jalur menuju lokasi ini dapat ditempuh menggunakan sepeda roda dua, bisa sepeda ontel maupun sepeda motor. Lokasi yang berada di kawasan pedesaan inilah yang justru memberikan kesan tersendiri, apalagi jika kamu termasuk anak kota. Hamparan sawah menguning, dan gunung-gunung penuh artistic. Tempat favorit baru sebagai tujuan wisata. Panorama alam yang begitu indah dan menakjubkan bisa dinikmati ditempat ini.
Jembatan ini juga sering digunakan sebagai ajang narsis dan sebagai ajang pemotredan, baik pemotretan untuk majalah maupun untuk preweding. Keindahan akan lebih terasa ketika kali Oyo ini tidak banjir. Bebatuan yang bersih dan air yang jernih akan memperindah tentunya. Udara di sekitarnya pun terasa sejuk, dan menentramkan.

Mbok Wiji



Foto : Istimewa

Atar masih tersungut-sungut di depan pintu, wajahnya merah padam, giginya beremlutuk tak karuan. Suaranya tidak begitu jelas di dengar. Di dalam rumah terdengar suara tangis yang tertahan. Bibirnya ditutup dengan tangan kanannya, tubuhnya tersungkur lemas dan lunglai tidak berdaya. Mata yang sayu sarat kelelahan lagi-lagi harus mengeluarkan air mata. Mbok Wiji itulah nama wanita kepala enam ini.
Mbok Wiji berusaha bangun dari duduknya dengan tertatih dan sempoyongan, jarik lurik kumal kesayangannya masih dikenakan. Kulit tangannya tampak keriput, dahinya juga semakin mengkerut. Jika di perhatikan lagi secara fisik gerak motorik mbok Wiji sedikit terganggu, hal ini terlihat setiap kali Mbok Wiji memegang secangkir gelas yang diminumnya bergetar (tremor). Atar sengaja mengambilkan air putih hangat dari dalam dapur. Isak Mbok Wiji masih belum berhenti benar.
“Mbok sabar ya mbok” bisik Atar yang duduk disampingnya
Mbok Wiji menganggukkan kepala kecil, mata yang sayu sitip tertutup keriput itu menatap Atar penuh makna.
“Iya Nggerrrr… nggerrrr…” balas Mbok Wiji sambil menepuk punggung atar, suaranya parau, namun penuh kekuatan.
***
Aep kembali lagi ke gubuk tua dan renta. Badannya penuh dengan tato, telinga kanan dan kiri penuh dengan anting-anting. Semakin hari perilakunya semakin liar. Menggunakan motor rampokan Aep kembali mengedor pintu dengan kencang.
“Mbok!!!!” teriaknya sambil membuka pintu secara paksa