Friday, February 24, 2012

PERASAAN DAN PIKIRAN ADALAH MOTIVATOR TERBAIK


Apa yang anda rasakan ketika anda menghadapi masalah?. Ketika anda di hadapkan pada dua pilihan atau lebih,  mana yang anda pilih?. Setiap kali di hadapkan pada suatu masalah dan problem kehidupan, sering kali kita di mainkan oleh dua komponen yang sangat menentukan keputusan kita. Dua komponen tersebut adalah Pikiran anda dan perasaan anda.
Beberapa ada yang menjelaskan hal yang terpenting dalam pengambilan keputusan kuncinya ada di hati anda. Solusi terbaik adalah hati anda sendiri. Inilah kalimat motivator internal yang menggerakkan segala sesuatu dalam hidup anda.
Ada pun beberapa yang mengatakan  (seperti tulisan yang penulis baca hari ini) yang menyatakan bahwa memutuskan masalah yang berkiblat pada perasaan hanya akan mengecilkan dan memperpuruk keadaan. Analogi dari maksudnya dia secara garis besar seperti ini
Orang yang sedang mengalami kesulitan akan bangkit dan termotivasi kembali dengan kata-kata ikhlas. Kata ikhlas yang di artikan merelakan sesuatu, dan mengembalikan pada kenyataan, alias menerima kenyataan. Tetapi dari kekuatan ikhlas itu secara tidak langsung membangun perasaan “Ya sudahlah”,  perasaan yang terkesan nglokro. Perasaan “Ya sudahlah” yang bersifat tidak kritis dalam menghadapi masalah. Dimana membuat seseorang tidak mempunyai visi misi yang berkoar-koar untuk segera menyelesaikannya.
Hal tersebut di sebabkan karena di timbulkan oleh perasaan yang dominan. Di sisi lain, ada yang menyatakan bahwa kunci terpenting dalam menyelesaikan masalah itu berada pada pikiran anda bekerja.  Tanpa pikiran, suatu masalah itu tidak akan bisa terselesaikan.
Melihat dari dua kubu pendapat tersebut, penulis tidak akan mengatakan mana yang benar dan mana yang salah. Sebenarnya dua pendapat ini akan menjadi kekuatan yang luar biasa bila di jadikan satu kesatuan konsep dalam menyelesaikan suatu masalah.
Dimana pikiran dan perasaan ini saling mempengaruhi satu sama lain. Apa yang anda pikirkan akan mempengaruhi perasaan anda. Begitupun sebaliknya. Analogi sederhananya ketika anda pertama kali bertemu dengan saya, anda berfikir positif tentang saya. Maka perasaan anda terhadap saya pada pertemuan pertama akan bersifat baik pula terhadap saya, dan sebaliknya.
Dari pikiran dan perasaan adalah modal dasar dalam menciptakan motivasi dalam diri anda. Dimana motivasi yang kuat itu akan memberikan umpan balik bagi anda. Adapun melatih beberapa kiat untuk melatih motivasi dalam diri anda. Kita sambung di tulisan yang berikutnya, syukur-syukur langsung berupa buku.
Yang mau berbagi untuk bahan referensi tulisan saya selanjutnya saya persilahkan. Dan sangat di tunggu masukannya.
Di tulis oleh Elisa, Piyungan, 24 Februari 2012 (08.52 WIB)
Berdzikir, berfikir By Elisa
Belajar dan berguru kepada hukum Alam
Mencari kepingan hikmah yang tercecer. Menatanya kembali menjadi satu kesatuan Ilmu Pengetahuan, dalam rangka memperkaya rasa Syukur kita kepada sang pencipta. 

Tuesday, February 14, 2012

KAKEK JUALAN SEPANJANG + 20 KM


Foto : Elisa
Perhatikan baik-baik foto di atas ini. Sedikit penulis ceritakan. Sekedar share dan berbagi. Semoga dengan cerita ini semakin menjadikan kita bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang. Ketika penulis ambilkan teh botol sosro, dan ku hulurkan. Penulis mencoba menghampiri dan ngobrol-ngorol karena rasa penasaran. Karena tanpa sengaja penulis pernah bertemu di perempatan Wiyoro melihat kakek ini berjalan. Karena rasa penasaran begitu besar, penulis beranikan diri mendekati dan ngobrol-ngobrol.
Selasa 14 Februari 2012, pukul 15.47 WIB kakek ini menawarkan Tenghok ke toko tempat penulis bekerja. Karena rasa tidak tega, rapat karyawan akhirnya membeli tenghok tersebut. Hati penulis sakit sekali ketika melihat dan mendengar jawaban yang kakek utarakan ketika penulis menanyakan banyak hal.
 “Pak duduk-duduk dulu pak, istirahat dulu”, kata penulis, menahana peluh yang sudah terkumpul di pelupuk mata.
Kakek perlahan menurunkan dagangannya kembali. Taukah Anda, sedikit penulis gambarkan fisiknya. Syaraf tidak bekerja normal pada umumnya, tubuhnya tremor. Kakinya banyak luka semacam koreng, mengeluarkan cairan. tetapi bukan ini yang penulis soroti, tetapi kemauannya, kerja kerasnya membuatku semakin kagum. Orang-orang seperti inilah orang yang lebih terhormat di mata penulis jika di bandingkan dengan seorang Petinggi Negara.

Monday, February 6, 2012

GURU BESAR BERUSIA 1,5 TAHUN



Inilah kisah Penulis, Penulis yang berusia 21 tahun berguru pada seorang balita berusia 1,5 tahun. Tepatnya Senin 06 Februari 2012, pagi ini Penulis bekerja masuk sift siang, biasannya senin pagi penluis ada jadwal kuliah. Pagi yang sangat Penulis nantikan. Menikmati pagi hari di halaman rumah, duduk di serambi rumah dan melihat mentari menyapa wajah penulis.
Pukul 08.00 pagi, Ayah, Kakak, dan Ibu pergi. Penulis di rumah bersama anak kecil bernama Fafa. Balita berusia 1,5 tahun yang di asuh oleh ibu Penulis.

Penulis jalan-jalan bersama Fafa mengelilingi hangat mentari. Melewati setiap gang kampung. Penulis ajak di pinggiran sawah yang membentang menghijau. Balita ini sangat antusias sekali.

“Yis….pha????”.  Katanya sambil berjalan, tangannya memegangi setiap pepohonan yang tumbuh di jalan

“Ini namanya bunga. Fafa mau bunga”, tanya Penulis. Penulis petikkan bunga liar yang berkembang di tepi sawah.
Begitupun seterusnya kita berdialog ala bahasa alien… yang mungkin orang lain tidak tahu apa yang di ucapkan Fafa.

Hingga tiba waktunya kita berada di depan rumah tetangga yang dipenuhi oleh bunga-bunga. Cepat anak ini belajar dari apa yang Penulis ucapkan. Sekali Penulis ucapkan, segera ia menanggap dan mempraktekkan berbicara.

“Nyis… Bunga?. Au??”, Fafa memetik bunga di depan rumah tetangga tersebut, seperti yang Penulis lakukan ketika memetik bunga liar di tepi sawah.

Sebenarnya Penulis kaget, tapi segera sadar Penulis sedang berhadapan dengan anak kecil, dan tentunya Penulis tidak boleh mengeluarkan nada tinggi.

“Pintar… ini namanya bunga.. tetapi bunga ini tidak boleh di petik. Ndak mas zaki marah”, kata Penulis.

“Ha?.... Ki rah?”, Fafa mencoba mengembalikan bunga yang sudah di petik di pasangkan ke tempat semula.

Kita berdua terus berjalan, melewati pepohonan. Suara-suara hewan seperti kinjeng tangis berderik, Penulis kupu-sesekali kupu-kupu jelek juga terbang melintassi kita berdua.

“Oke… sudah sampai di pertigaan. Fafa mau lewat jalan yang mana?. Sini atau sini?”. Tanya Penulis dengan ekspresi lebay..

“Ini!”, katannya sambil terus berjalan dan terus berjalan. Sebelum akirnya berhenti di disuatu tempat.

Tempat ini adalah sebidang sawah dekat jalan yang kita lewati. Sebidang sawah yang di pagari oleh pohon ketela.

“Nyis?. Ni… mbek….?”

Penulis Pura-pura pinter paham apa yang di omongkan, dan menimpali pertanyaan Fafa yang tidak jelas

“Ini namanya daun ketela. Yok jalan lagi…”,

Penulis pun berjalan lebih dulu. Ketika Penulis toleh, Fafa masih berdiri di depan pohon ketela tersebut. Menyentuh permukaan daun. Penulis langsung lari menghampiri bocah kecil tersebut. Ketika Penulis lumayan dekat, Penulis amati rasa ingin tahunya.

“Nyis… pek?”,

“Fafa mau?”, segera Penulis petik setangkai daun ketela.

Segera di rebut dari tangan Penulis, Fafa berjalan dengan segera menuju ke rumah. Dan akirnya
“Bruk!”, Fafa jatuh tengkurap seperti katak.

Sedikit menahan tertawa, Penulis bantu membangunkan. Penulis mencoba menghiburnya agar tidak menangis, justru Fafa terus saja berjalan cepat menuju rumah sambil membawa setangkai daun ketela. Penulis masih mengikuti dari belakang apa yang membuatnya berbuat demikian.

Akhirnya tibalah di samping rumah Penulis. Tepatnya berada di kandang kambing.

“Nyis…..!!!!”, katanya sambil melambaikan tangannya ke arah Penulis, pertanda Penulis harus cepat menghampirinya.

Tangan kirinya memegang baju Penulis, tangan kanannya memegang daun ketela yang di ulurkan ke arah kambing.

“Nyam… nyam…”, kambing pun melahapnya seperti melahap mie ayam.
Baru Penulis pahami maksud  si Fafa tadi. hanya sekedar memberi makan kepada si kambing. Penulis tersenyum lebar, memujinya agar ada rasa penghargaan telah apa yang dilakukannya. Alias ilmu lebay Penulis keluar….

“Hore…. Fafa Pintar…”, puji Penulis sambil mengendong dan mencium pipinya.

Sebentar saja, Fafa meminta turun dan menyeret tangan Penulis kembali ke tempat daun ketela tersebut didapat, ingin memetik dan ingin memberikan kepada si kambing lagi.

Dari cerita, dan ilmu pagi ini Penulis tersadarkan oleh satu hal. Rasa ingin tahu seorang anak begitu besar. Bahkan terjatuh dan lututnya terluka dan berdarah karena terjatuh tidak di hiraukannya demi satu tujuan mulianya memberikan sesuap makan kambing.

Sebuah ilmu itu tidak harus di dapat dari seorang guru, dosen maupun profesor. Tetapi dari siapapun  dan dimanapun. Alam jagat raya ini memberikan ilmu yang tak terbatas jika mau memikirkannya dan mengambil pelajarannya. Bahkan kita dapat berguru pada seorang anak kecil sekalipun.

So.. di dunia ini sebenarnya siapa yang di namakan guru dan siapa yang dinamakan seorang murid?. Jadi jika ada yang menyombongkan kepintaran dirinya, maka detik itu juga dia kalah dengan kemauan seorang anak kecil.  Bagi Penulis bayi yang tidak tau menahu ini telah mengajari Penulis sesuatu hal, sekaligus guru bagi orang yang lebih tua darinya.

Ingin tahu yang besar seorang anak kecil itu lebih kuat dari pada rasa ingin tahu bagi beberapa orang. Bahkan dia lebih pintar dari seorang anak. Bedannya pada Orang yang pintar sudah merasa cukup dengan apa yang diketahuinya, sedangkan seorang anak merasa tidak mempunyai kelebihan apa-apa, sehingga ia ingin tahu lebih banyak. Inilah perbedaan haus akan ilmu.


Ajang Share Dan Berbagi Ilmu Tuhan Lewat Ayat-Ayat Yang Disampaikan.
Berbagi Guna Menuju Wawasan Yang Lebih Baik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik.
Semoga Pelajaran Yang Elisa Tulis Ini Memberi Manfaat.
Salam Semangat Dari Saya, Elisa…
http://snowlife-elisa.blogspot.com