Tuesday, December 20, 2011

Pengangguran Terdidik Stop Sampai di Sini!


Berawal dari dialog ringan, penulis mencoba mengamati tingkah laku pelanggan yang datang di tempat kerja penulis. Ketika penulis mengajukan pertanyaan tentang alasannya mengambil jurusan keguruan adalah ingin menjadi seorang guru PNS. Perlu di garis bawahi di sini ketika penulis melakukan sedikit debatan, 70% mereka mengambil jurusan itu agar bisa menjadi guru pegawai negeri karena tergiur oleh gaji yang di tawarkan oleh pemerintah.
Kemendiknas mencatat sekitar 30 persen lulusan PT menganggur. Periode 2009-2010 lalu, jumlah lulusan PT (baik negeri dan swasta) pengangguran mencapai 600.000. jumlah ini mengalami kenaikan setiap tahunnya. Sebab rata-rata pertahun 30% dari 200.000 mahasiswa yang diwisuda tidak terserap.
LIPI mencatat mahasiswa yang mengalami setengah pengangguran mengalami peningkatan lima tahun terakhir. Dari 29,64 juta orang pada 2005 menjadi 32, 8 juta pada tahun 2010. diperkirakan 2011 jumlah warga dengan kategori setengah pengangguran diproyeksikan meningkat menjadi 34,32 juta orang.
Salah satu contoh adalah jurusan Keguruan PGTK di Universitas Negeri Yogyakarta setiap angkatan kurang lebih menampung 240 mahasiswa. Setiap tahun sekolah ini harus menempatkan atau mengutus mahasiswa untuk mencari tempat PPL mereka sebagai syarat kelulusan dan bekal kedepan.
Belum lama, di salah satu Lembaga SMP RSBI di dekat tempat kerja, satu Lembaga Pendidikan didatangi mahasiswa yang sedang PPL sekitar 15 orang perbulan, ini terjadi pada satu kampus. Di sekolah SMP RSBI tersebut tidak hanya dari kampus UNY saja, tetapi ada dari UIN, UGM dan beberapa kampus lain. Jadi satu sekolah terdapat kurang lebih 3 Instansi kampus.
Dengan kata lain, jurusan keguruan yang sekarang sedang naik daun, beberapa tahun ke depan akan mengalami kebosanan, atau bahkan terjadi overload peserta didik. Hal ini di dukung bahwa pemerintah di perkirakan tidak akan mengaji para pegawai PNS yang sudah pensiun, dan akan kwalahan mengaji para PNS baru.
Di sisi lain, semakin banyak permintaan dan jurusan khusus PGSD, PGTK ini, maka akan semakin melahirkan pengangguran terdidik yang lebih banyak. Hal ini mengingat ketersediaan Lembaga Pendidikan strata SD, SMP, dan SMA lebih terbatas dibanding kuota pelamar.
Dapat dilihat dari kasus yang penulis paparkan di atas menunjukkan ketidakberesan pada Sistem dan SDMnya. Terjadi semacam kesalahan persepsi yang berkembang pada masyarakat. Dimana persepsi itu menjadi sebuah dokma. Dokma yang mempengaruhi pola pikir masyarakat pada kesalahankaprahan.
Lembaga Pendidikan sejak awal tidak terlalu menekankan pada etos dan skill anak didiknya. Lembaga Pendidikan lebih terfokus mengasah pikiran. Dalam hal ini contoh konkritnya adalah lembaga pendidikan SD, SMP dan SMA.
Berawal dari tuntutan lembaga pendidikan yang menekankan pada hasil nilai yang bagus dari mereka, maka para peserta juga terfokus hanya bagaimana mendapatkan nilai yang diharapkan. Bahkan mereka cenderung mengesampingkan cara-cara untuk mencapai target.
Fakta yang mengejutkan, sekolah SMP standar RSBI yang terkenal peraturan yang ketat dan disiplin itu di dapati bahwa mereka melakukan contekan massal. Cara yang mereka lakukan pun simple, yaitu memfotocopi materi menjadi lebih kecil 50% dari hasil aslinya.
Contoh mencontek, bila di ambil esensinya, akan muncul sebuah pertanyaan “Untuk apa sebuah nilai. Toh… nilai tidak menandakan kepandaian dan tidak juga dapat mengukur kemampuan pada esensinya?”. “Untuk apak ada ujian semester jika hasilnya mencontek hampir dilakukan oleh seluruh murid. Bahkan pengajar pura-pura menutup mata dengan aksi curang. Lalu untuk apa Ujian?”.
Nilai tidak mencerminkan kepandaian, dan apakah benar nilai tertinggi itu benar nilai murni. Kebanyakan orang mengejar nilai bagus dengan alasan pekerjaan. Toh banyak pula orang yang tidak pandai dalam pelajaran juga bisa sukses. Bisa mengapai mimpinya. Haruskah orang sukses itu di kata sukses jika ia juara dalam pelajaran di kelas?. Hal inilah yang menyebabkan penulis tergelitik. Mencoba menelaah, mencoba merefleksikan kembali bahwa ada yang harus di benahi bersama di sini untuk kita diskusikan.
Faktor Penyebab
Terjadinya pengangguran terdidik ini diakibatkan karena niat mereka yang salah. Kemampuan mereka menganlisis masa depan meleset. Adapun dari mereka dengan dalih keterpaksaan ingin menyenangkan orang tua. Agar di bilang menjadi anak yang berbakti, dan karena gengsi terhadap lingkungan.
Faktor penyebab para mahasiswa tetap kuliah adalah faktor internal. Dimana dalam faktor internal ini dari awal mahasiswa memang hanya bertujuan kuliah hanya ingin mendapatkan beberapa hal sebagai berikut
1. Ijazah Jimat terampuh
Selembar ijazah. Setelah mendapatkan ijazah melamar pekerjaan dengan upah yang besar. Biasannya mereka mengesampingkan kemampuan secara riil yang ada pada dirinya.
Ijazah merupakan tiket terampuh dalam dunia lapangan. Ijazah ini pulalah yang sebenarnya tidak menjamin dia memang benar jenius dan pintar atau pas-pas-san. Sering kali nilai ijazah yang tertera tidak sesuai dengan kemampuan aslinya, alias proses untuk mendapatkan nilai itu melalui cara-cara curang.
2. Narsis
Alasan klise bagi mereka yang kuliah agar di pandang lebih di masyarakat. Title dan gelar yang di dapatnya bisa menjadikan dia ditempatkan pada kelas sosial yang lebih terhormat.
3. Bentuk kepatuhan kepada orang tua
Seperti teman saya, akhirnya ia memutuskan kuliah karena perintah orang tua. Ingin di bilang menjadi anak yang patuh terhadap orang. Mahasiswa mengesampingkan cita-cita yang diinginkannya tanpa memberikan penjelasan dan kompromi dengan orang tua.
sisi faktor lain kenapa orang tua demikian juga di karenakan anaknya di sebut bodoh, miskin.
Para orang tua juga ikut berperan dalam perubahan psikologi sosialnya. Tentunya seorang orang tua ingin selalu duduk sama rendah/sama atas dengan orang tua lain. Sehingga kuliah bukan murni karena ingin mendapatkan cita-cita, dan menempa ilmu secara esensinya.
Dari beberapa faktor penyebab inilah komudian lahir perasaan konfromnitas yang terjadi pada masyarakat. Konformnitas inilah yang sudah membudaya. Dalam Psikologi sosial Konformnitas ini sangat erat pengaruhnya. Misal seseorang kuliah karena teman di lingkungan banyak yang kuliah. Sehingga mendorong orang untuk tetap kuliah agar di pandang sama. Hal ini juga berlaku untuk orang tua si mahasiswa.
Tidak hanya itu, bagi mereka yang kuliah karena tuntutan kemauan orang tuanya hanya akan menjadikan kuliah adalah syarat mencari legalitas yang syah bernama ijazah. Menjadi ijazah lulusan PT sebagai alat peruntungan dalam memasukkan lamaran pekerjaan.
Dilihat dari aspek Akademik, Ijazah memang mempunyai harga mati. Ijazah sebagai kunci modal utama. Para orang tua berasumsi apabila anaknya kuliah hingga perguruan tinggi dan mendapatkan ijazah, maka kelak akan mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus dengan gaji tinggi.
Orang tua menuntut anak untuk belajar, mengikuti les. Tidak hanya itu, bagi para orang tua rela mahasiswa mengirim biaya pendidikan kuliah. Alih-alih uang yang seharusnya untuk keperluan kampus di selewengkan ke hal-hal yang lain. Orang tua percaya begitu saja karena sepengetahuan untuk biaya kuliah.
Inilah dampak dari tujuan awal yang salah. Persepsi umum yang di pelihara pada tempat yang salah akan mengakibatkan keputusan yang salah. Dilihat dari aspek lapangan pekerjaan, para fresh greduate ini jarang mendapatkan kesempatan kerja karena lapangan kerja dalam iklannya sebagian besar mencari orang yang sudah berkompeten dan mempunyai pengalaman kerja. Sehingga para lulusan terbaru mengalami kesulitan dan menganggur.
Aspek lain sebagian besar mahasiswa menganggap lulusan/ijazah mereka sebagai kemampuan yang harus dibayar mahal oleh perusahaan. Mereka merasa bisa bersaing dan terjun lapangan dengan hasil yang baik. Sedangkan perusahaan menilai bukan dari gelar yang di perolehnya, tetapi dari kualitas diskripsi dan menempatkan dirinya di dunia kerja. Dimana dunia kerja tidak ubahnya lulusan mahasiswa seperti SMA.
Nilai tambah dalam hal ini adalah keaktifan dan kejelian para fresh graduate dalam setiap kesempatan. Dunia kerja tidak selamannya aktif memberikan kesempatan secara terbuka di media. Peran nilai penting di sini lulusan PT harus aktif menanyakan dan memasukan lamaran.
Jadi dari ulasan dan pemikiran kritis yang mencoba penulis tulis di atas, menggambarkan serumit itulah pertempuran yang mengarah pada zona aman. Dari peliknya permasalahan tersebut, seorang lulusan yang baru mempunyai pengalaman sedikit, kita harusnya mempunyai kemampuan intraprenership.
Intraprenership disini lebih menekankan pada kemampuan yang optimal dari dalam diri anda untuk menggubah orang-orang di sekitar anda. Kemampuan untuk menjadikan diri anda sebagai model pembawa perubahan positif.
Anda bukan sebagai korban menunggu kematian, tetapi anda menjadi pemain yang harus memainkan detik kematian menjadi hidup kembali abadi karena kegigihan dan prinsip-prinsip anda yang membawa perubahan. Menyumbangkan ide dan pikiran itu lebih memuaskan.
Elisa, 14122011

Pojok Motivasi Lewat Catatan Tuhan.
by Elisa Berdzikir, Berfikir dalam roda kehidupan.
Salam Semangat! Dari Elisa, CP : 085327125712.
ajang Share demi perbaikan bersama ^_^

Thursday, December 1, 2011

Sebuah Kisah Nyata SANG AYAH MENANGIS KESAKITAN



-->
Sepasang suami istri mempunyai delapan anak. Kedelapan anak ini merantau di Negeri Orang. Hanya tinggalah di rumah seorang anak yang tetap tinggal bersama Ayah dan Ibunya. Profesi anak ini bekerja di bengkel montor kecil. Gajinya di bawah UMR. Gajinya habis hanya untuk biaya transport. Yah dia adalah tetangga penulis sendiri.
Ketujuah anak yang lain sudah berkeluarga. Di perantauan mereka hidup serba terbatas pula. Gaji mereka habis untuk keperluan rumah tangga mereka sendiri.
Pada suatu waktu, sang Ayah yang dahulu setahu penulis pintar berbahasa Inggris ini jatuh sakit untuk yang pertamanya. Waktu berjalan tak menghiraukan konsekwensi setiap umat. Sakit sang ayah ternyata tidak kunjung sembuh. Hipotesis sementara dari penulis penyebab sakit ini di sebabkan karena konsumsi obat-obatan yang berlebihan disertai dengan merokok yang banyak.
Akibatnya kini sang ayah sakit-sakittan. nyarisnya sang istri tidak segera mencoba memeriksakan secara tanggap untuk berobat. Sang istri melakukan ini karena terkendala dengan biaya.
Tengah malam setiap kali penulis susah tidur, penulis mendengar dari balik tembok. Tembok yang terpisahkan oleh gang sempit sekitar 1 meter ini terdengan suara parau. Semacam suara rintihan, kadang keluhan. Sesekali batuk memenuhi kesepian malam. Batuknya terkekeh-kekeh. Terdengar tersengal-senggal.
Sebulan yang lalu, penulis ingat betul saat itu baru pulang lembur di rentalan kakak sekitar 23.40 WIB. Ibu penulis menyampaikan kabar duka bahwa Sang Ayah tetangga di bawa kerumah sakit, dan di Opname.
Penulis diam dan berfikir di atas tempat tidur dan mendekap tas gendong. Berfikir dan bercabang pikirannya kemana-mana. Sedikit penulis jengkel dan nanar. Sebuah nanar yang disebabkan perasaan iba, namun tidak ada yang dapat penulis lakukan untuk menolong.
Bahkan sawah satu-satunya dijual untuk biaya opname. Dokter menyatakan bahwa penyakitnya segera di operasi. Persoalan lain yaitu ketahanan tubuh sang ayah tidak memungkinkan untuk tetap diteruskan operasi karena terlalu lemas.
Dokter memutuskan tidak di operasi, tetapi setiap aktivitas dalam tubuhnya di kontrol oleh selang. Sebelumnya maaf, seperti BAB dan BAK melalui saluran selang yang terpasang pada tubuhnya. Setiap 10-12 hari selalu kontrol.
Pernah ketika tiba waktunya kontrol, sang istri tidak membawa cek ke dokter, lebih tepatnya telat 3 hari akibat dana. Akibatnya BAK mengeluarkan darah. Pernah pula suatu malam ketika semua tertidur, dengan jelas jelas penulis mendngar tangisan lirih. Tangisan sakit yang tertahan. Malam itu tumpah ruah, dimana kala semua burung-burung berkicau, anak-anak kecil bermain di depan rumah penulis sang ayah menahan sakitnya, baik itu pagi, siang, sore.
Dalam diam malam itu penulis meletakkan HP yang sedang asyik FB an. Mata penulis menerawang dalam gelap kamar, menatap genting dan menangkap cahaya malam yang masuk ke dalam. Sesekali melihat dinding asbes yang sedikit bengkak. Pikiran menerawang. Hati kecilpun berceloteh banyak hal. Seandainya aku punya uang, ingin sekali membantu tetang. Ingin sekali tangis yang tertahan sang ayah berubah menjad sykur karena sembuh.
Kembali ke topik!!!!
Bercitalah sang Ibunda penulis ketika duduk mengamati Fafa (Seorang balita yang diasuh ibu) mendengar sang ayah dengan istrinya bercakap-cakap.
“Tolong coba masakkan makanan untukku”, kata sang ayah dengan menahan sakit
“Maunya juga begitu pak!. Tapi apa yang mau dimasak. Tidak ada yang dimasak”, jawab istri sedkit emosi.
BAYANGKAN, JAMAN SEKARANG MASIHKAH ANDA PERCAYA KEKURANGAN PANGAN??. Yah inilah lingkungan penulis dalam realitas.
Detik itu pula ibu penulis diam-diam menguping percakapan mereka. Ibu segera bangkit. Bergegas ke dapur. Saat itu ibu penulis bingung mencari makanan apa?. Yang ada di dapur juga tidak ada. Hanya ada beras cadangan untuk 2 hari yang akan datang. Ibu membagi beras itu menjadi dua, separuh diberikan tetangga yang sedang kesulitan itu.
Ibu penulis segera tergopoh gopoh lagi mencari “genter” (Tongkat panjang untuk memetik buah). Ibu memetik buah rambutan dan mangga yang ada di depan rumah. Yah… hanya beras dan buah ini yang kita punya. Ibu tidak peduli nasib keluarga penulis 2 hari yang akan datang seperti apa. Hanya yakin akan Tuhan saja modalnya. (Toh nyatanya penulis masih hidup, dan menuliskan cerita ini. itu berarti Tuhan melindungi keluarga penulis J).
Yah… inilah elegi hidup disekitar penulis. Seandainya aku diizinkan berteriak, maka ingin rasanya ku maki mereka yang tak sadar dengan amanat harta mereka, semacam harta yang di buang sia-sia. Harusnya ada rasa malu. (lho lho lho kok jadi terbawa emosi J. Pis… kembali ketopik!).
Ku tulis cerita ini bukan bermaksud mengumbar aib tetangga. Tetapi sebagai share, pembelajaran bersama. Juga sebagai masukan internal spriritual. Apapun keadaan yang sudah terjadi harus di syukuri. Sebelumnya penulis susah makan dan selalu pilih-pilih makanan. Dengan hadirnya kasus ini, penulis menyadari sesuatu hal pelajaran hidup yang besar. Keterbatasan bukan masalah. Asalkan sehat jasmani dan rohani semua menjadi barokah.
Sejak dulu penulis diharapkan pada roda kehidaupan yang melankolis, bahasa hancurnya “susah”. Mungkin maksud Tuhan agar apabila suatu saat penulis menjadi orang yang besar, penulis dapat memahami realitas yang seperti yang telah penulis lalui. Betul….????. Tuhan tidak akan main-main pada hambanya. Tinggal penulis dan Anda menyikapinya ;-).
Semoga tulisan ini memberikan hikmah bagi para pembaca. Ada kritik saran “monggo” (Silahkan) di utarakank. Masalah adalah pengantar seseorang dalam menuju pendewasaan yang bijak. Salam SEMANGAT dari Elisa.
Apa yang anda genggam, rasakan sekarang adalah anugrah dari Tuhan.
Baik itu buruk dan baik. Semua itu tetaplah yang terbaik bagi anda.
Jika anda sekarang tidak merasa tidak baik,
maka di waktu yang akan datang,
apa yang anda anggap tidak baik, akan membaikkan apa yang anda sangka tidak baik
(Elisa, 1 Desember 2011: 19.34WIB)

Saturday, November 26, 2011

MERENDA KASIH



-->
Ingatkah anda bagaimana pertamakali anda jatuh cinta pada seseorang. Masihkah ingat betul masa lalu anda mendekati sang kekasih. Waktu itu pertama kali yang anda lihat pada pasangan anda sekarang saat itu karena apa. Kecantikannya, kecantikan hatinya atau karena kecerdasannya.
Dan kini seseorang yang anda kagumi dan cintai sedang duduk di samping anda. Kini menjadi pasangan hidup anda. Mungkin anda melihat pasangan anda sekarang telah banyak berubah. Berbeda saat pertama kali anda mengenalnya yang serba sempurna di mata anda, dampak dari sama-sama di mabuk cinta.
Genggam tangan pasangan anda yang siang malam selalu berada di samping anda, mendukung anda. Lihat kulit yang dulu membuat anda tidak berkutik. Baik wajahnya, senyumnya, matannya, alisnya yang membuat anda mati akal (sedikit lebai iki), kini sudah menua.
Senyum yang menawan itu menjadi berkerut. Semua keindahan yang anda agungkan lekang perlahan oleh waktu, begitupun dengan diri anda. Tak terasa waktu jauh meninggalkan anda. Putra-putri anda semakin dewasa dan hidup sendiri. Uang yang anda timbun tak berarti lagi, ketika semua yang ada di sekitar anda sudah lepas satu persatu.
Di waktu luang anda, tatap pasangan anda. Jangan anda risaukan soal tampang pasangan anda yang tidak simetris antara mata kanan kiri, atau mungkin hidungnya mancung ke dalam. Tapi lihatlah perjalnan yang telah anda lalui bersama.
Rentang perjalanan anda merasa disakiti itu hanya cara tuhan mendewasakan kita. Tuhan memberikan kesalahan pada cara kita bertindak untuk membenarnkan cara yang baik untuk putra-putri kita.
Keluarga adalah dermaga. Ketika anda kacau pada pekerjaan atau teman anda, keluargalah tembatan dan obatnya. Kekesalan hilang semua.
Apa yang anda punya sekarang adalah apa yang tuhan hadiahkan yang terbaik bagi anda. Ingat apa yang anda sukai belum tentu apa yang saya sukai. Apa yang aku sukai belum tentu apa yang anda sukai.
Pasangan anda sekaranglah investasi jangka panjang untuk menuju tuhanmu. Apa yang anda genggam jangan mudah anda lepaskan. Amanah adalah simbol komitmen antara anda sendiri dan tuhan anda. Amanah adalah janji tersurat yang wajib di jaga dalam keadaan baik maupun buru.
Ketika genggaman anda nyaris lepas, ingatlah perjuangan anda dahulu saat pertama kali ngin mendapatkan pasangan anda.
Apa yang anda dapatkan sekarang bukan perkara yang mudah. Banyak di luar sana yang menantikan hadirnya sebuah cinta kasih sayang. Mendambakan sebuah ketulusan. Berbahagialah anda yang telah menemukan cinta anda bersama keluarga kecil anda.
Elisa, 25112011 ; 23.00 WIB
Pojok Motivasi Lewat Catatan Tuhan.
by Elisa Berdzikir, Berfikir dalam roda kehidupan.
Salam Semangat! Dari Elisa, CP : 085327125712.
ajang Share demi perbaikan bersama ^_^
http://snowlife-elisa.blogspot.com

Saturday, October 8, 2011

ORANG TUA SIBUK, ANAK TERASINGKAN



-->
Sepulang dari rapat di DISPORA, melintas di blok O dan melihat Harmonisasi kehidupan yang sempurna. Sebuah keluarga bahagia yang dibanggakan. di depan komplek perumah blok O itu terlihat sepasang suami istri yang berjalan bergandengan tangan, dengan canda yang Nampak renyah. Yah… bisa saya pastikan dia sepasang suami istri!.
Angin merembet menerpa tubuh yang lelah, saat itu juga ku pelankan laju montorku melihat dan mengamati kemesraan mereka. Kecepetan sepersekian detik teringat presentasi di kampus tentang Atecthment “sentuhan”.
Yah… keluarga adalah taman syurga yang musti di rawat. Apalagi ketika kembang dalam rumah tangga berbuah menjelma bayi imut, cantik dan tampan menawan ketika di pandang. Yah…. Buah hati. Seorang buah hati yang selalu di nantikan kehadirannya.
Kali ini saya mencoba mengulas ketika sang buah hati terkalahkan oleh factor kepentingan karir orang tua. Tidak dapat di pungkiri karir sepertinya lebih berat dari seorang anak. Yah… dalam lapangan mereka yang memilih karir tetap berjalan karena banyak factor dan itu sangat wajar. Terutama factor tuntutan kebutuhan.
Terlepas “keputusan” yang diambil selalu terdapat konsekwensinya. Seperti konflik yang merebak di daerah saya. “Nenek merawat cucunya”, jika tidak demikian maka mencari “Pemomong Anak” bahasa bekennya bebi siter, (bukan suster ngesot pastinya. Bayinya bisa kejang di tempat). Dari sinilah muncul attachment “Sentuhan Kasih Sayang” yang berbeda. Dan akan menimbulkan beberapa dampak lain yang menyertainya.
Contoh konkritnya ibu saya yang menjadi pemomong si bayi. Setiap pagi si anak di antar ibu dan ayahnya ke rumah kami, kemudian beliau (Orang tua si anak bekerja hingga sore). Sore harinya si anak di jemput pulang. Ini dimulai sejak si anak berumur 2 bulan sampai sekarang si anak berusia 1 tahun 5 bulan.
Sering (waktu itu) sebelum saya berangkat bekerja, melihat bocah yang masih tertidur dengan bibir merah, pipi yang empuk, tubuh mungil yang terbungkus selendang yang melilit tubuh merahnya membuatku iba. “Inilah korban tuntutan modernisasi!!”. Bayi tak berdosa itu secara tidak langsung di buang dan mendapatkan kasih sayang orang tua lain.
Tidak seperti masa kecilku dulu yang diasuh oleh Ibu kandungku sendiri secara penuh. Mendapatkan asupan ASI 24 nonstop!. Dan ketika saya sudah dewasa, ibu menceritakan dengan detail masa kecilku. Menjadikan dewasaku seperti ini. Setidaknya inilah kasih sayang ibuku yang sudah merawatku hingga dewasa. Yang memberiku banyak pelajaran tentang kesabarannya mengasuhku. Yang mampu menitihkan air mataku ketika ibuku menangis karena ulah nakalku jua.
Sedangkan sekarang banyak anak-anak yang senasip oleh balita yang di asuh keluarga kami karena kesibukan orang tuanya. Dampaknya tidak heran jika balita itu lebih dekat dengan keluarga kami yang mendapatkan kasihsayang penuh layaknya bagian dari keluarga kami. Hal ini bisa terlihat dari kebiasaannya. Ketika di rumah kami, balita yang sekarang berumur satu tahun 5 bulan ini lebih lincah, kreatif, perkembangan motorik dan olahan vokalnya terlihat aktif.
Berbeda ketika suatu hari saya berkunjung di rumah si balita, si balita tidak seaktif ketika berada di rumah kami. Si anak lebih menurut dengan ibu saya daripada menurut pada si ibu kandungnya. Ironisnya kakak si balita yang berusia 2 tahun lebih sering mengalami sakit dan lebih cenderung memberontak (Si kakaknya ini di sekolahkan di PAUD sejak kelahiran si adik).
Sepertinya dua hal ini adalah perbandingan konkrit dampak tingkah laku si anak. Dimana PAUD adalah lembaga yang sistemnya seperti sekolah TK. Guru hanya 3 atau 5 guru dengan anak didik yang lebih banyak. Dengan kata lain, kasih sayang yang diberikan oleh guru mereka tidak se-intens dan semaksimal karena mereka terfokus pada beberapa anak.
Berbeda dengan si adiknya. Si adik lebih mudah bergaul menyenangkan. Mengapa saya berani mengatakan mudah bergaul dan menyenangkan di usianya yang 1 tahun lebih ini. Karena si adik tidak takut ketika anak teman tetangga bermain. Si adik mencoba mengajak bermain bersama. Dimana kasih sayang sangat berpengaruh dalam perkembangan.
Sedangkan dampak si kakaknya lebih pasif. Ketika bertemu dengan orang asing dia menjadi dingin, pendiam, ketika sudah kenal akan menjadi agresif. Lebih kekanak-kanakan ketika ada orang tuanya. Boso jowone “ngulet”, atau “kami mbok-mbok-an”.
Semoga pengamatan kecil-kecillan ini membantu bagi teman-teman. Ada kritik, masukan, sanggahan silahkan. “Saya Manusia Biasa” J. Mari kita belajar bersama.
Catatan Pojok
1. Dengarkan Celotehan si anak dengan menatap matanya selalu tersenyum padanya
2. Berikan penghargaan berupa pelukan, atau pujian
3. Jadikan anda menjadi orang tua yang ekspresif dan spontanitas
Ketiga poin ini sangat efektif, sudah saya praktekkan kepada keponakan saya. Selamat mencoba.
Elisa, 08 Oktober 2011
Pojok Motivasi Lewat Catatan Tuhan.
by Elisa Berdzikir, Berfikir dalam roda kehidupan.
Salam Semangat! Dari Saya Elisa, CP : 085327125712.
ajang Share demi perbaikan bersama ^_^
http://snowlife-elisa.blogspot.com

Monday, August 22, 2011

INDAHNYA BERBAGI ILMU AL QURAN



-->
Usai Sholat terawih, saling berlomba-lomba anak-anak berlari mengambil ke-rak tempat Al Quran yang tidak jauh letaknya di samping mereka. Kemudian duduklah mereka mengambil tempat dan membuat lingkaran dengan sendirinya.

membuka Al Quran, sesekali salah satu mereka ada yang menatap hangat wajah temannya yang juga antusias membuka Al-Quran. kemudian dimulailah Tadarus. berbagi, saling menyimak. kebersamaan yang hanya tercipta di Ramadhan.

tidak mau kalah, para nenek-nenek juga membuat barisan sendiri. Melantunkan ayat-ayat suci Al Quran. Sungguh suasana ini membuat hati kembali damai. Seperti berteduh di bawah pepohonan yang rimbun.

Alangkah indahnya seandainya Harmonisasi kedamaian ini terjalin tidak hanya di bulan Ramadhan saja.

Friday, August 19, 2011

Santap Tadarus dengan Segelas Teh Hangat



-->
Yah…. Sesederhana seperti inilah teman makan saat tadarus di bulan ramadhan tiba. Hanya segelas teh hangat dan beberapa jajanan ringan yang sangat sederhana. Tidal lebih, namun memberikan kesan.
Tadarus…. Inilah moment yang sebenarnya sangat berharga. Rasa kebersamaan bersama teman, adik-adik dan ibu-ibu. Semua berkumpul bertadarus bersama. Sayangnya hanya terjadi saat ramadhan. Rayakan kebersamaan, tentunya akan memberikan makna tersendir.
Marhaban ya… Ramadhan…..

Wednesday, August 17, 2011

Memaknai Ramadhan dengan Hati yang Suci


Marhaban ya Ramadhan….
Lihatlah huluran tangan ketulusan,
Warna bukan alasan pembeda pemberian makna terdalam,
Tapi lihatlah caranya, “kegalauan menjadi keteduhan” bersamanya
Benarkah Ramadhan identik dengan “kembalinya Kemurnian Hati”. Lantas bagaimana cara memurnikan hati dengan kesucian hati?.
Seperti yang kita tahu, bulan Ramdhan bulan penuh Rahmat. Bulan yang kita tahu pula semua harga Naik dua kali lipat, tingkat konsumsi lebih banyak dari hari biasanya, tidak peduli dengan harga yang ditawarkan mahalnya selangit. Tidak khayal beberapa jenis makanan seperti daging semakin menunjukkan kwalitas yang buruk, karena tidak bisa memenuhi keinginan pelanggan yang membludak.
Padahal ada yang lebih penting dari sekedar memikirkan naiknya harga mengelabuhi pelanggan dengan keburukan pikiran. Yah…. memikirkan apa yang ada di ditengah-tengah kita. Banyak sekali yang harus direnungkan.
Sudahkan di bulan Ramadhan ini anda berhenti sejenak sekedar memikirkan sesuatu yang sebelumnya belum pernah terlintas oleh anda?.
Meluangkan waktu untuk keluarga dan sedikit menduakan pekerjaan anda?.

Wednesday, August 10, 2011

QUANTUM MENCINTAI



Ada sahabat yang bertanya pada saya,
“Apakah kau akan bahagia melihat dia menikah dengan orang lain?. Tidakkah hatimu tercabik-cabik?. Kau disakiti masihkah kau memaafkannya?”. Tanya seorang sahabat menohokku.
Sejenak aku terdiam.
“Lalu apa dan bagaimana caramu mencintai seseorang?. Apakah kau akan memaksanya mencintaimu. Jika demikian tujuan anda bukan demi kebahagian kekasih anda, tetapi demi kebagian anda sendiri!. Apakah dengan membenci dan menyalahkannya akan menyelesaikan semua masalah?. Dan apakah semua ini juga harapan dia?”. Jawabku pada seorang sahabat.
“Lalu bagaimana kau bisa berdiri menyembuhkan lukamu?”. Tanya sahabat lagi yang mencoba membujukku bercerita.
“Aku hanya mencoba mengerti pada keadaan. Aku hanya mencoba memahami dan bersahabat pada masalah. Meskipun teramat sulit dan menyakitkan, karena sekarang aku mengalami pada titik maksimum puncak suatu kesakitan. Setelah melalui titik maksimum kesedihan masalah itu akan reda dengan sendiri”.
Seperti dialog diatas, sahabat saya melihat suatu masalah dari sudut pandang diri saya tanpa mengambil dari pihak lawan yang disebut dengan persepsi pribadi. Akibatnya sahabat saya yang marah jengkel dengan keputusanku yang demikian tanpa melihat alasan mengapa saya mengambil keputusan itu.
Kawanku yang dikasihi tuhan, kebanyakan masyarakat umum dalam menyelesaikan masalah menunjukkan bahwa pemikiran kita berada pada susunan kubik yang terkotak-kotak. Kita terjebak dengan perasaan diri kita sendiri. Seringkali kita hanya berfikir pada pihak yang kita rasakan, tidak mencoba melihat dari sudut pandang lawan.
Di sinilah seharusnya kita merubah Paradikma yang salah kaprah. Mencoba memenejemen hati dan berfikir dengan cara pandang yang bijak. Dimana dalam menyelesaikan masalah sangat diperlukan kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual ini terdapat satu kunci yang sangat ampuh yaitu “Keikhlasan”.
“Apakah Itu Ikhlas?”.
Ikhlas adalah kerelaan kita melepas sesuatu yang pernah kita miliki. Penyebab ketidak ikhlasan adalah rasa percaya diri yang berlebih, keterlanjuran pamer pada kerabat, teman yang menyebabkan rasa malu, ketakutan akan mendapat cemoohan dari orang-orang. Kecintaan kita pada sesuatu hal yang sebenarnya tidak perlu disikapi secara berlebihan.
“Lalu bagaimana carannya agar dapat mengikhlaskan maupun melupakannya?”. Tanya kawan lamaku di SMP dulu.
Sahabatku yang menginprisasi hidup saya, tengoklah sebentar seberapa besar kedua orang tua kita berkorban banting tulang demi membesarkan kita. Berapa banyak kesalahan yang anda buat pada ibu anda. Sanggupkah anda menghitung berapa kali ibu anda tidak memarahi anda meskipun jelas-jelas andalah yang bersalah?.
Kawanku yang bermakna, pernah suatu hari sepulang dari aktivitas. Dimeja kamar saya tersedia sepiring nasi dan lauk pauk yang lezat (makanan kesukaanku). Aku makan dengan lahap hingga perut saya benar-benar kenyang. Taukah kau kawan ketika saya masuk kedapur. Hatiku tercabik-cabik melihat di meja makan hanya terdapat nasi tanpa lauk pauk tak selezat yang saya makan.
Segera saya mencari ibu

Tuesday, August 2, 2011

10 Catatan Foto Dikaki Kehidupan


Suatu hari ketika saya datang di tempat workshop Fotografi, Vidio Bloging, dan Menulis di Galangpress. Mbak Shaha salah satu narsum bercerita tentang bocah pemulung yang mendapatkan penghargaan foto terbaik. Ketika Narsum mengadakan Event lomba fotografi didapatilah selembar foto yang sangat menarik bagi teman-teman juri.

Waktu penjurian didapati Sebuah foto yang bergambarkan seorang wanita tua yang tengah tertidur lelap. Wajahnya tampak damai dipadu dengan sinar matahari yang menelusup di celah-celah genting rapuh dan berlubang dengan gradasi kemerahan mencoba menembus ditubuh seorang ibu dengan wajahnya yang kelelahan. Wanita paruh baya itu tertidur dibawah baju-baju yang tergantung diatasnya. Rumahnya dekil dan seperti itulah rumah orang-orang yang kerjanya sebagai pemulung.

“Siapakah wanita ini?”. Tanya tim juri.

Dengan wajah polos ditengah peserta lomba fotografi yang lain hanya sekedar menggenakan baju ala kadarnya, bocah pemulung itu menjawab,
“Ini adalah ibuku yang sedang teridur kelelahan. Aku tidak tau dimana ayahku dan siapa ayahku. Yangku tahu hanyalah ibu yang selama ini membesarkanku di tengah lingkungan seperti ini”.

Sang bocah pemulung selalu membantu ibunya mencari barang-barang bekas. Saat itu si anak mendapatkan foto ditempat sampah yang masih dapat terpakai. Si anak pemulung menularkan ilmunya kepada anak pemulung lain. Sangat sederhana, hanya memberitahu caranya memencet tombol “ok” untuk menghasilkan Foto.

Si bocah itu berjalan dari kampung satu ke kampung yang lain. Tidak mengenal lelah sang bocah berjalan menularkan ilmunya.

Tim juri hanya diam, “Shok” oleh seorang anak yang tidak tahu tentang fotografi bisa menghasilkan foto yang luar biasa. Akhirnya sang bocah dinobatkan menjadi pemenang.

Dalam cerita kisah nyata ini dapat kita ambil pelajaran. Suatu mahakarya terbaik adalah ketika mahakarya itu dibuat dengan kepolosan niat kita, tiak ada embel-embel untuk disombongkan maupun untuk mendapatkan pujian. “Sebuah kemurnian hati”

Kita sejak kecil dibesarkan hingga saat ini menjadi seseorang yang mengerti ilmu. Dibesarkan di dunia yang mencukupi, baik berupa materi, kasih sayang. Tidak ada satu hal pun yang kurang. Disini ada yang terlewatkan, yaitu sebuah rasa syukur dan kegigihan.

Betapa tuhan itu maha adil, bocah yang sejak kecil dibesarkan oleh ibunya sebagai pemulung dan hidup disekitar pemulung, kumuh, kotor dan bau. Namun dengan kopolosan bocah itu mempunyai semangat yang luar biasa. Mengajari berkeliling sambil memungut sampah dan mengajari cara memfoto untuk pemulung yang lain.

Mungkin seprti inilah tuhan menyadarkanku tentang kuasa tuhan melalui cerita si bocah pemulung ini. Tidak ada keluhan dalam hidupnya, hasilnya membuat si bocah mendapatkan penghargaan terbaik. Mungkin penghargaan terbaik ini sebenarya tidak pernah terbayangkan dihati adik ini.

So!!!!!, apapun itu yang dilakukan tergantung pada niatnya. Kalimat inilah yang semakin menguatku. Aku yang dibesarkan lebih baik dari si anak pemulung SEHARUSNYA tidak boleh berdiri di satu titik. Semangatku harus lebih besar dari si anak itu. Aku harusnya lebih bersyukur atas apa yang telah diberikan tuhan untukku.

Dengan keterbatasan itulah sesungguhnya tuhan menguji seorang hamba agar dapat meloncat lebih jauh. Dengan keterbatasan menjadikan bumbu terindah dan terlezat dalam episod perjalanan hidup kita.

Pojok Motivasi Lewat Catatan Tuhan. by Elisa
Berdzikir, Berfikir dalam roda kehidupan.
Salam Semangat! Dari Saya Elisa, CP : 082136579940

Saturday, July 30, 2011

Masadepanku ditentukan oleh Nuraniku, bukan oleh Nuranimu!


Kamis 28 Juli 2011. Lihat Antusiasme ribuan pelajar yang mengikuti talkshow di SMK N 6 Yogyakarta. Lebih tepatnya mereka adalah calon korban uji Coba Pendidikan di Indonesia. Masihkan keberhasilan pendidikan diukur dengan kelulusan dan ketidak lulusan dalam menempuh ujian. Sepertinya ada yang terlupa,,,,,, mereka mempunyai potensi diluar pendidikan. Potensi luar biasa yang justru potensi di luar sekolah itulah yang jika diperhatikan yang kan memberikan aset terbesar atas nama negeri ini. (Elisa-Red)

Saturday, June 18, 2011

UJI COBA UN BERDAMPAK PSIKIS DAN POLA PIKIR

Pendidikan adalah harga mutlak bagi putra-putri bangsa Indonesia. Warga Negara wajib belajar 9 tahun. Dimana pendidikan merupakan suatu pengumpulan ilmu pengetahuan yang diharapkan mampu menyumbangkan keberhasilan dalam segala Ilmu Pengetahuan yang ditekuni. Cara mendapatkan Ilmu Pengetahuan salah satunya adalah dunia Pendidikan Formal (Dunia Sekolah).

Pendidikan Formal di bangku SMA/SMK maupun yang di SMP, SD itu selalu berkaitan dengan Peraturan Pemerintah dalam tata laksana Pendidikan yang selalu dikaitkan dengan Ujian Nasional (UN), sebagai syarat ketuntasan belajar. Dengan adannya peraturan ketat Ujian Nasional banyak peserta didik yang merasakan ketertekanan. 

Pada tujuannya adannya peraturan tentang Ujian Nasional ini berpandangan akan meningkatkan pendidikan Bangsa Indonesia. Mungkin dengan peraturan ini peserta didik secara tidak langsung dituntut belajar dengan kesadaran dirinya sendiri. Namun dalam realitas, sedikit peserta didik yang menyadari hal itu. 

Ketidak berhasilan pemerintah melaksanaan Ujian Nasional ini didukung dengan seringnya melakukan pergantian peraturan UN tiap tahunnya. Hal ini karena banyak ditemuai beberapa kecurangan saat UN berlangsung.