Monday, August 22, 2011

INDAHNYA BERBAGI ILMU AL QURAN



-->
Usai Sholat terawih, saling berlomba-lomba anak-anak berlari mengambil ke-rak tempat Al Quran yang tidak jauh letaknya di samping mereka. Kemudian duduklah mereka mengambil tempat dan membuat lingkaran dengan sendirinya.

membuka Al Quran, sesekali salah satu mereka ada yang menatap hangat wajah temannya yang juga antusias membuka Al-Quran. kemudian dimulailah Tadarus. berbagi, saling menyimak. kebersamaan yang hanya tercipta di Ramadhan.

tidak mau kalah, para nenek-nenek juga membuat barisan sendiri. Melantunkan ayat-ayat suci Al Quran. Sungguh suasana ini membuat hati kembali damai. Seperti berteduh di bawah pepohonan yang rimbun.

Alangkah indahnya seandainya Harmonisasi kedamaian ini terjalin tidak hanya di bulan Ramadhan saja.

Friday, August 19, 2011

Santap Tadarus dengan Segelas Teh Hangat



-->
Yah…. Sesederhana seperti inilah teman makan saat tadarus di bulan ramadhan tiba. Hanya segelas teh hangat dan beberapa jajanan ringan yang sangat sederhana. Tidal lebih, namun memberikan kesan.
Tadarus…. Inilah moment yang sebenarnya sangat berharga. Rasa kebersamaan bersama teman, adik-adik dan ibu-ibu. Semua berkumpul bertadarus bersama. Sayangnya hanya terjadi saat ramadhan. Rayakan kebersamaan, tentunya akan memberikan makna tersendir.
Marhaban ya… Ramadhan…..

Wednesday, August 17, 2011

Memaknai Ramadhan dengan Hati yang Suci


Marhaban ya Ramadhan….
Lihatlah huluran tangan ketulusan,
Warna bukan alasan pembeda pemberian makna terdalam,
Tapi lihatlah caranya, “kegalauan menjadi keteduhan” bersamanya
Benarkah Ramadhan identik dengan “kembalinya Kemurnian Hati”. Lantas bagaimana cara memurnikan hati dengan kesucian hati?.
Seperti yang kita tahu, bulan Ramdhan bulan penuh Rahmat. Bulan yang kita tahu pula semua harga Naik dua kali lipat, tingkat konsumsi lebih banyak dari hari biasanya, tidak peduli dengan harga yang ditawarkan mahalnya selangit. Tidak khayal beberapa jenis makanan seperti daging semakin menunjukkan kwalitas yang buruk, karena tidak bisa memenuhi keinginan pelanggan yang membludak.
Padahal ada yang lebih penting dari sekedar memikirkan naiknya harga mengelabuhi pelanggan dengan keburukan pikiran. Yah…. memikirkan apa yang ada di ditengah-tengah kita. Banyak sekali yang harus direnungkan.
Sudahkan di bulan Ramadhan ini anda berhenti sejenak sekedar memikirkan sesuatu yang sebelumnya belum pernah terlintas oleh anda?.
Meluangkan waktu untuk keluarga dan sedikit menduakan pekerjaan anda?.

Wednesday, August 10, 2011

QUANTUM MENCINTAI



Ada sahabat yang bertanya pada saya,
“Apakah kau akan bahagia melihat dia menikah dengan orang lain?. Tidakkah hatimu tercabik-cabik?. Kau disakiti masihkah kau memaafkannya?”. Tanya seorang sahabat menohokku.
Sejenak aku terdiam.
“Lalu apa dan bagaimana caramu mencintai seseorang?. Apakah kau akan memaksanya mencintaimu. Jika demikian tujuan anda bukan demi kebahagian kekasih anda, tetapi demi kebagian anda sendiri!. Apakah dengan membenci dan menyalahkannya akan menyelesaikan semua masalah?. Dan apakah semua ini juga harapan dia?”. Jawabku pada seorang sahabat.
“Lalu bagaimana kau bisa berdiri menyembuhkan lukamu?”. Tanya sahabat lagi yang mencoba membujukku bercerita.
“Aku hanya mencoba mengerti pada keadaan. Aku hanya mencoba memahami dan bersahabat pada masalah. Meskipun teramat sulit dan menyakitkan, karena sekarang aku mengalami pada titik maksimum puncak suatu kesakitan. Setelah melalui titik maksimum kesedihan masalah itu akan reda dengan sendiri”.
Seperti dialog diatas, sahabat saya melihat suatu masalah dari sudut pandang diri saya tanpa mengambil dari pihak lawan yang disebut dengan persepsi pribadi. Akibatnya sahabat saya yang marah jengkel dengan keputusanku yang demikian tanpa melihat alasan mengapa saya mengambil keputusan itu.
Kawanku yang dikasihi tuhan, kebanyakan masyarakat umum dalam menyelesaikan masalah menunjukkan bahwa pemikiran kita berada pada susunan kubik yang terkotak-kotak. Kita terjebak dengan perasaan diri kita sendiri. Seringkali kita hanya berfikir pada pihak yang kita rasakan, tidak mencoba melihat dari sudut pandang lawan.
Di sinilah seharusnya kita merubah Paradikma yang salah kaprah. Mencoba memenejemen hati dan berfikir dengan cara pandang yang bijak. Dimana dalam menyelesaikan masalah sangat diperlukan kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual ini terdapat satu kunci yang sangat ampuh yaitu “Keikhlasan”.
“Apakah Itu Ikhlas?”.
Ikhlas adalah kerelaan kita melepas sesuatu yang pernah kita miliki. Penyebab ketidak ikhlasan adalah rasa percaya diri yang berlebih, keterlanjuran pamer pada kerabat, teman yang menyebabkan rasa malu, ketakutan akan mendapat cemoohan dari orang-orang. Kecintaan kita pada sesuatu hal yang sebenarnya tidak perlu disikapi secara berlebihan.
“Lalu bagaimana carannya agar dapat mengikhlaskan maupun melupakannya?”. Tanya kawan lamaku di SMP dulu.
Sahabatku yang menginprisasi hidup saya, tengoklah sebentar seberapa besar kedua orang tua kita berkorban banting tulang demi membesarkan kita. Berapa banyak kesalahan yang anda buat pada ibu anda. Sanggupkah anda menghitung berapa kali ibu anda tidak memarahi anda meskipun jelas-jelas andalah yang bersalah?.
Kawanku yang bermakna, pernah suatu hari sepulang dari aktivitas. Dimeja kamar saya tersedia sepiring nasi dan lauk pauk yang lezat (makanan kesukaanku). Aku makan dengan lahap hingga perut saya benar-benar kenyang. Taukah kau kawan ketika saya masuk kedapur. Hatiku tercabik-cabik melihat di meja makan hanya terdapat nasi tanpa lauk pauk tak selezat yang saya makan.
Segera saya mencari ibu

Tuesday, August 2, 2011

10 Catatan Foto Dikaki Kehidupan


Suatu hari ketika saya datang di tempat workshop Fotografi, Vidio Bloging, dan Menulis di Galangpress. Mbak Shaha salah satu narsum bercerita tentang bocah pemulung yang mendapatkan penghargaan foto terbaik. Ketika Narsum mengadakan Event lomba fotografi didapatilah selembar foto yang sangat menarik bagi teman-teman juri.

Waktu penjurian didapati Sebuah foto yang bergambarkan seorang wanita tua yang tengah tertidur lelap. Wajahnya tampak damai dipadu dengan sinar matahari yang menelusup di celah-celah genting rapuh dan berlubang dengan gradasi kemerahan mencoba menembus ditubuh seorang ibu dengan wajahnya yang kelelahan. Wanita paruh baya itu tertidur dibawah baju-baju yang tergantung diatasnya. Rumahnya dekil dan seperti itulah rumah orang-orang yang kerjanya sebagai pemulung.

“Siapakah wanita ini?”. Tanya tim juri.

Dengan wajah polos ditengah peserta lomba fotografi yang lain hanya sekedar menggenakan baju ala kadarnya, bocah pemulung itu menjawab,
“Ini adalah ibuku yang sedang teridur kelelahan. Aku tidak tau dimana ayahku dan siapa ayahku. Yangku tahu hanyalah ibu yang selama ini membesarkanku di tengah lingkungan seperti ini”.

Sang bocah pemulung selalu membantu ibunya mencari barang-barang bekas. Saat itu si anak mendapatkan foto ditempat sampah yang masih dapat terpakai. Si anak pemulung menularkan ilmunya kepada anak pemulung lain. Sangat sederhana, hanya memberitahu caranya memencet tombol “ok” untuk menghasilkan Foto.

Si bocah itu berjalan dari kampung satu ke kampung yang lain. Tidak mengenal lelah sang bocah berjalan menularkan ilmunya.

Tim juri hanya diam, “Shok” oleh seorang anak yang tidak tahu tentang fotografi bisa menghasilkan foto yang luar biasa. Akhirnya sang bocah dinobatkan menjadi pemenang.

Dalam cerita kisah nyata ini dapat kita ambil pelajaran. Suatu mahakarya terbaik adalah ketika mahakarya itu dibuat dengan kepolosan niat kita, tiak ada embel-embel untuk disombongkan maupun untuk mendapatkan pujian. “Sebuah kemurnian hati”

Kita sejak kecil dibesarkan hingga saat ini menjadi seseorang yang mengerti ilmu. Dibesarkan di dunia yang mencukupi, baik berupa materi, kasih sayang. Tidak ada satu hal pun yang kurang. Disini ada yang terlewatkan, yaitu sebuah rasa syukur dan kegigihan.

Betapa tuhan itu maha adil, bocah yang sejak kecil dibesarkan oleh ibunya sebagai pemulung dan hidup disekitar pemulung, kumuh, kotor dan bau. Namun dengan kopolosan bocah itu mempunyai semangat yang luar biasa. Mengajari berkeliling sambil memungut sampah dan mengajari cara memfoto untuk pemulung yang lain.

Mungkin seprti inilah tuhan menyadarkanku tentang kuasa tuhan melalui cerita si bocah pemulung ini. Tidak ada keluhan dalam hidupnya, hasilnya membuat si bocah mendapatkan penghargaan terbaik. Mungkin penghargaan terbaik ini sebenarya tidak pernah terbayangkan dihati adik ini.

So!!!!!, apapun itu yang dilakukan tergantung pada niatnya. Kalimat inilah yang semakin menguatku. Aku yang dibesarkan lebih baik dari si anak pemulung SEHARUSNYA tidak boleh berdiri di satu titik. Semangatku harus lebih besar dari si anak itu. Aku harusnya lebih bersyukur atas apa yang telah diberikan tuhan untukku.

Dengan keterbatasan itulah sesungguhnya tuhan menguji seorang hamba agar dapat meloncat lebih jauh. Dengan keterbatasan menjadikan bumbu terindah dan terlezat dalam episod perjalanan hidup kita.

Pojok Motivasi Lewat Catatan Tuhan. by Elisa
Berdzikir, Berfikir dalam roda kehidupan.
Salam Semangat! Dari Saya Elisa, CP : 082136579940